Psycology Might 23

1.1K 83 0
                                    



Waktu yang ditunggu pun akhirnya tiba, Sireo bangun dari tidurnya yang lama. Ao hanya diam duduk menatap dinding tanpa ekspresi. Sireo terkejut melihat Ao yang duduk di lantai dan dia segera melepas tangannya pada Ao.
"A..Ao. Apa yang kulakukan barusan ? Maaf. Eh kau sudah merasa baikan ?"
Tanya Sireo gugup. Ao bangkit dari duduknya.
"Tidurmu lama sekali. Sakit.."
Ucap Ao sambil berjalan pergi.
"Apa yang sakit ? Maaf! Kenapa tidak membangunkanku barusan ? Dimana yang sakit ?"
Tanya sireo panik.
"Bercanda"
Ucapnya dengan wajah datar. Membuat sireo tercengang.

Kau tidak seperti bercanda! Apa tidak ada humor pada wajahmu ?!
Pikir Sireo dalam hati.

"Sireo, aku ingin ke suatu tempat."
"Kemana ?"
"..."

Sireo pun menemani Ao ke pemakaman Kawaru.
Ao menatap batu nisan di depannya dan menaruh setangkai bunga cosmos pada vas bunga di sana.
"Cosmos seperti dirimu, Kawaru. Bebas dan dan ramah. Tidak pernah memikirkan ke depannya, selalu seenaknya.."
kemudian hening hanya terdengar angin bertiup.


"kau bilang tidak akan mati semudah itu, tapi kau mengingkarinya, Kawaru. Sudah kukatakan jangan terlibat, tapi tetap saja keras kepala. Inilah akibat dari tidak mendengarkan orang."
Ucapnya sambil tersenyum pahit.


"Lihat. Pada akhirnya kau tetap meninggalkanku. Bukan untuk sementara, tapi untuk selamanya. Apa yang harus kukatakan jika oichii pulang nanti ? Apa yang harus kulakukan ? kalian selalu meninggalkanku ke belakang. Selalu begitu.."
Ucapnya terhenti karena menahan tangisnya. Setelah beberapa saat, Ao pun berbalik dan terlihat sireo memunggunginya.


"Aku meminjamkan punggungku, menangislah sepuasnya."
Ucap Sireo tetap membelakangi Ao. Sedetik, dua detik, tiga detik. Sireo tidak merasakan Ao akan meminjam punggungnya yang lebar. Tetapi saat sireo hendak berbalik, dia merasakan ada sesuatu yang menekan punggungnya yang membatalkan niatnya untuk berbalik.


"Aku tidak apa-apa. Tapi terima kasih untuk punggungmu."
Ucap Ao berlalu, sireo memandangi punggung Ao sejenak kemudian berpaling.
"Aku yang akan bersamanya sampai akhir."
ucapnya menatap nisan kawaru kemudian mengejar Ao.

Saat perjalanan pulang mereka bertemu Kas dan Ryu yang segera keluar dari mobil.
"Ao!"
Teriak kas memeluk Ao. Ao hanya diam saja.
"Apa sudah tidak apa-apa, jalan keluar begitu ?"
Tanya Ryu.
"Aku sudah baikan."
Jawab Ao menatap Ryu. Sedetik kemudian wajah Ryu memerah dan berpaling dari Ao.

"Be..begitu, baguslah."
Ucapnya gugup memandang ke arah lain.
kas tetap memeluk Ao.
"Ao, ayo kita ke sana."
Ajak Kas yang membuat Ryu dan Sireo kaget.
"Kemana ?"
Tanya mereka bersamaan. Tapi tidak dipedulikan kas, kas menarik Ao pergi ke depan dan masuk ke dalam sebuah taman hiburan yang tidak jauh dari mereka.
"Kas!"
Teriak Sireo mengejar mereka yang menghilang dikerumunan.

Ryu menyuruh supirnya untuk pulang dulu, sepertinya mereka akan lama di sana. Sireo dan Ryu mencari-cari Ao dan Kas. Mereka pun menemukan mereka tetapi mereka sudah masuk ke dalam antrian untuk permainan "RollerCoaster"
Sireo menatap wahana ekstrim itu dengan menelan ludah.
"Tidak baik."
Ucap sireo.


"Ini tidak baik. Segera membawa Ao keluar!"
Ucap Sireo masuk dalam antrian tetap saja dia tidak bisa menarik Ao keluar dengan banyak orang yang mengantri. Sireo akhirnya pun mendapatkan mereka dan duduk di belakang mereka berdua, begitu juga dengan Ryu yang sudah sampai.
"Apa yang kau lakukan Kas!?"
Tanya Ryu dan Sireo bersamaan lagi.
"Kalau menyangkut Ao, kalian kompak sekali."
ucap Kas dengan poker face nya, Ao hanya diam duduk dan memasang sabuk pengamannya.
"kereta akan jalan."
Ucap Ao datar.
"Ini bukan kereta, Ao!"
Teriak mereka bersamaan lagi yang asli diacuhkan Ao dan Kas. Keduanya saling memandang dan menghela napas panjang.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang