Karena Xiang Nuan adalah gadis yang cantik, definisinya untuk kata "tampan" berada pada standar yang lebih tinggi daripada orang-orang pada umumnya.
Namun, bahkan dengan standar tingginya itu, bahkan hanya dengan tatapan sekilas saja, bahkan hanya dengan tatapan sekilas melalui kacamata hitamnya....... hanya dengan sekali lihat, gadis itu langsung memutuskan bahwa pemuda itu tampan.
Itu tidak sesederhana seperti hanya terlihat tampan saja, yang lebih penting, itu adalah karakter pemuda itu.
Secara umum, pria tampan biasanya memiliki sisi girly, banyak ataupun sedikit. Namun pemuda ini berbeda, meskipun wajahnya sangat indah, karakternya bersih dan hangat, tak ada sedikit pun yang menunjukkan sisi feminim atau banci dari wujudnya.
Pemuda itu memberikan kesan yang murni dan sopan.
Xiang Nuan tak bisa menghentikan dirinya untuk menoleh dan mengintip wajah pemuda itu lagi. Kali ini gadis itu menyadari bahwa si pemuda telah membelah rambutnya-- --dengan belah tengah -__-
Gaya rambut semacam itu membutuhkan bentuk wajah tertentu, karena kalau tidak, itu akan membuat pemuda itu tampak seperti orang hina atau orang yang depresi.
Pemuda itu lagi-lagi menyadari tatapannya dan menunduk ke bawah untuk melihatnya lagi.
Xiang Nuan memalingkan kepalanya lagi.
Hal ini terus berlangsung beberapa kali.
Xiang Nuan berpikir sendirian : Orang lain juga memandang ke arahmu, tapi mengapa kau hanya memilihku saja.....
Baiklah, aku akan berhenti menatap. Bagaimana kalau begitu? Hanya wajah indah saja kok, siapa yang tidak punya?
Xiang Nuan menolehkan kepalanya 90 derajat untuk memandang lorong bus.
Apa yang dilihatnya membuatnya kaget. Apa yang sedang terjadi?
Seorang mesum sedang melecehkan seorang gadis?
Di depan mata semua orang, beraninya dia!
Tangan orang mesum itu dengan tak tahu malunya naik dan turun di tubuh gadis itu. Si gadis tampak sangat pemalu, ia tidak memprotes dan hanya bergeser ke samping untuk menghindar. Namun, ia tidak berpindah terlalu jauh dan segera saja si mesum itu telah berada di sampingnya lagi.
Xiang Nuan merasa sangat marah sampai rasanya jantungnya gemetar. Ia tidak tahan dengan hal semacam ini. Gadis itu mengaduk-aduk tasnya, mencoba menemukan semacam senjata, namun hanya mengeluarkan sebuah gunting kuku.
Tidak apa-apa. Keadilan akan menjadi senjata terbesarku....... Pikir gadis itu untuk memberanikan dirinya sendiri dan bangkit dari kursinya.
Sekali lagi, pemuda itu bertindak selangkah di depannya. Gadis itu baru saja berdiri dan melihat si pemuda sudah berjalan ke belakang si mesum itu.
Pemuda itu mengangkat sebelah lengan panjangnya untuk berpegangan erat pada pegangan gantung di atasnya. Lengan satunya menyimpan ponselnya ke saku, lalu ia....... menaruh lengan itu di atas pinggul si mesum.
Si orang mesum tidak tahu bagaimana harus bereaksi dan menoleh untuk menatap si pemuda.
Dari tempat duduk Xiang Nuan, gadis itu bisa melihat sebagian besar wajah si mesum dan sebagian kecil bagian sisi wajah si pemuda.
Gadis itu bisa melihat si pemuda menolehkan wajahnya ke samping sedikit, perlahan menaikkan sudut mulutnya, memperlihatkan senyuman iblis.
Senyuman itu tampak begitu jahat sampai wajahnya itu sepertinya akan rusak.
Tangan di pinggul si mesum itu terus turun ke bawah, perlahan mengelus bokong si orang mesum.
Si mesum tak bisa melecehkan gadis di depannya lagi, karena ia sendiri pun sedang dilecehkan oleh orang lain. Lelaki itu melompat ke samping dan mengutuk pelan.
Lelaki itu takut untuk mengutuk terlalu keras..... karena si pemuda jauh lebih tinggi dari si mesum itu. Si mesum tahu bahwa ia bukanlah tandingan pemuda itu.
Si pemuda mengikuti si mesum dan mengelus bokongnya lagi.
Si mesum tak bisa menahan perlakuan itu lagi, "Kau orang mesum sialan!"
Ketika bus berhenti di perhentian selanjutnya, si mesum terburu-buru turun seolah-olah ia baru saja mendapatkan pengampunan khusus.
Xiang Nuan mengintip sekilas ke arah si pemuda; pemuda itu telah mengeluarkan sebungkus tisu basah dari tasnya dan mulai mengelap lengannya dengan hati-hati.
Pemuda itu terus mengelap tangannya selama beberapa menit. Sepertinya seluruh insiden yang tadi itu benar-benar membuatnya jijik.
Selagi ia mengelap tangannya, ia memandang Xiang Nuan lagi.
Xiang Nuan bergegas memalingkan kepalanya lagi untuk duduk lurus di bangkunya.
Bus itu telah mencapai perhentian terakhir. Tempat perhentiannya adalah Gerbang Barat Universitas gadis itu. Xiang Nuan mengikuti semua orang untuk turun dari bus. Ketika ia berjalan menuju kampusnya, gadis itu menyadari bahwa pemuda itu sedang berjalan tepat di belakangnya.
Apa dia seorang alumni?
Gadis itu penasaran, tetapi ia tidak mau memulai pembicaraan dengan pemuda itu. Gadis itu merasa bahwa ia telah kehilangan muka setelah pemuda itu mengetahui bahwa ia sudah memandanginya diam-diam.
Mereka berdua berjalan sendiri-sendiri.
Pemuda itu juga kelihatannya tidak mau berjalan bersamanya. Seolah ada saling pengertian yang sama di antara keduanya, mereka tetap menjaga jarak satu sama lain, si gadis di depan dan pemuda itu di belakang.
Namun, sepertinya terlalu banyak kebetulan, karena mereka berjalan ke arah yang sama.
Xiang Nuan berhenti di depan kedai kopi dan menarik keluar ponselnya untuk mengirimkan pesan suara pada Chuyan : "Kau di mana?"
Kemudian, gadis itu mendengar suaranya sendiri keluar dari ponsel si pemuda yang sedang berjalan semakin dekat : "Kau di mana?"
To be continued
Bahasa Inggris diterjemahkan oleh Tim DHH di http://dhh-workshop.blogspot.com
Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ryururiver
Tuh, kan Nuannuan... beneran ketemu sama orang mesum kan jadinya~ hahahahahahaha
YOU ARE READING
Those Sweet Times by Jiu Xiao Qi [时光微微甜(Shi Guang Weiwei Tian)]
RomanceXiang Nuan mulai bermain suatu game karena seorang gamer terkenal. Namun setelahnya, gadis itu menemukan bahwa game itu jauh lebih menarik daripada lelaki itu.... Cerita ini saya terjemahkan dari link raw bahasa inggrisnya di http://dhh-workshop...