Lin Chuyan mulai tertawa diam-diam ketika Xiang Nuan membuka matanya karena pemuda itu takut membuat gadis itu marah. Pemuda itu merapatkan kedua bibirnya, mencoba sekuat mungkin untuk menahan tawanya. Bahunya bergetar sesedikit mungkin. Tatkala melihat Xiang Nuan sudah siap untuk meledak, pemuda itu cepat-cepat berkata : "Jangan marah. Aku akan menyanyi untukmu."
"Kau pikir kau bisa menyelesaikan masalah dengan menyanyi?"
"Aku akan menyanyi untukmu sepanjang minggu, setiap hari dalam seminggu."
"Kau, kau......... sebaiknya kau menepati kata-katamu itu!"
Sebenarnya, gadis itu benar-benar ingin menolak tawaran tersebut, tetapi ia tidak mampu melakukannya. Gadis itu membenci dirinya sendiri karena itu.
Xiang Nuan saat ini dipenuhi oleh perasaan yang kompleks. Gadis itu marah karena hidung babi itu, namun ia juga merasa depresi karena tak bisa menunjukkan kemarahannya dengan seharusnya. Gadis itu merasa dendam pada Lin Chuyan, malu pada dirinya sendiri karena menyerah semudah itu, dan lebih parah lagi, diam-diam ia punya perasaan senang, sesuatu yang tak ingin diakuinya namun tak bisa diabaikannya juga-- --karena pada akhirnya, ia akan bisa mendengarkan Lin Chuyan menyanyi selama satu minggu penuh.
Wajah gadis itu adalah jendela bagi emosinya yang berubah-ubah. Lin Chuyan terus memandangi si gadis dan dengan hati-hati mengingatkannya : "Jagung itu seharusnya sudah cukup dingin untuk dimakan sekarang." Pemuda itu berkata dengan suara kecil dan pelan seolah ia takut akan mengagetkan si gadis.
Xiang Nuan dengan marah mengambil jagungnya dan menggigit dengan sebuah gigitan besar.
Gadis itu memakan oden dan jagungnya sambil menatap sketsa gambar Shen Zemu miliknya. Hatinya berdarah, tapi perutnya terasa hangat dan penuh.
Beberapa saat kemudian, Lin Chuyan menepuk bahunya dan memberi isyarat padanya untuk melihat ke arah kasir.
Si gadis memalingkan wajahnya dan melihat Shen Zemu dan Waiwai. Kedua pemuda itu telah memilih cemilan malam mereka dan sudah siap membayar di kasir. Si pelayan mengulangi kalimat yang sama kepada kedua pemuda itu : "Hari ini Hari Single. Pasangan kekasih bisa mendapat potongan setengah harga."
Waiwai seketika menggenggam tangan Shen Zemu : "Kami pasangan, kok."
"Aku akan mempercayainya jika kalian berdua berciuman."
Waiwai ragu-ragu sesaat, menimbang-nimbang apakah ia harus mencium Shen Zemu. Pemuda itu berpikir seharusnya itu tidak apa-apa karena mereka adalah sahabat yang sangat baik. Ia lalu mencoba mulai mendekat.
Shen Zemu sudah menarik tangannya yang tadi digenggam Waiwai. Ketika Waiwai semakin bertambah dekat, Shen Zemu meletakkan telapak tangannya di wajah Waiwai dan mendorong paksa wajah pemuda itu menjauh.
Lalu ia menambahkan sebuah tendangan.
Waiwai terdorong cukup jauh. Pemuda itu merasa bahwa ia telah diperlakukan secara tidak adil dan bergumam : "Kau memanggilku kekasih kecil kemarin dan hari ini kau malah menendangku."
Shen Zemu merasa ingin memenggal seseorang sekarang.
"Berapa? Tak perlu diskon." kata Shen Zemu.
Si pelayan : "Apa kalian berdua pacaran?"
"Tidak, aku tidak kenal dia."
Shen Zemu membayar untuk barang yang dibelinya lalu menoleh dan melihat Xiang Nuan dan Lin Chuyan. Keduanya duduk di bangku di sisi meja. Xiang Nuan sedang menggenggam tongkol jagung dengan satu bagian pipinya menggembung dan ada sebuah biji jagung yang menggantung di sudut mulutnya. Lin Chuyan sedang memegang bakso ikan yang sudah setengah dimakan di tangannya.
Ekspresi keduanya mengingatkan Shen Zemu pada kata 'pandir.' Kata itu sepertinya memang dibuat untuk mereka berdua.
Shen Zemu menyipitkan matanya, menyadari bahwa keduanya sudah melihat semuanya selagi mereka makan.
Pemuda itu merasa sangat canggung. Kadang-kadang, Waiwai akan membuat lelucon seperti ini bersamanya dan biasanya ia takkan menganggapnya terlalu serius. Tapi malam ini ia merasa luar biasa malu. Pemuda itu berjalan menuju meja dengan makanannya. Mata Xiang Nuan mengikutinya, dari mulai ia bergerak dari jauh hingga mendekat.
Ketika pemuda itu melewati Xiang Nuan, ia berkata tanpa terduga : "Aku normal." Pemuda itu mengutuk setelah ia bicara, untuk apa juga ia menjelaskan ini?
Xiang Nuan mengangguk dengan naif. "Aku tahu." Di dalam pikiran gadis itu adalah 'pasti akan menjadi lelucon besar jika ternyata sang dewa yang kusukai adalah seorang gay......'
Shen Zemu merasa sangat tidak nyaman dengan situasi itu dan memalingkan wajahnya. Ia tak sengaja melirik pada gambar-gambar itu.
Lalu ia melihat wajahnya sendiri dan....... hidung babi di wajahnya.
Shen Zemu : "......."
Ia benar-benar ingin memenggal seseorang sekarang.
To be continued
Bahasa Inggris diterjemahkan oleh Tim DHH di http://dhh-workshop.blogspot.com
Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ryururiver
YOU ARE READING
Those Sweet Times by Jiu Xiao Qi [时光微微甜(Shi Guang Weiwei Tian)]
RomanceXiang Nuan mulai bermain suatu game karena seorang gamer terkenal. Namun setelahnya, gadis itu menemukan bahwa game itu jauh lebih menarik daripada lelaki itu.... Cerita ini saya terjemahkan dari link raw bahasa inggrisnya di http://dhh-workshop...