Hari Yang Menyebalkan

1.4K 141 26
                                    

Yesung membawa bantalnya menuju Kamar Jaejoong ketika dia merasa belum mengantuk sama sekali. Sebelum masuk dia mengetuk pintu dan sudah menebak kalau ibu angkatnya itu memang belum tidur.

" Masuklah, Yesung-ah" Sahut Jaejoong.

Yesung masuk kedalam, menghampiri Jaejoong yang sedang memeriksa beberapa kertas ditangannya.

" Kenapa kau belum tidur?" Tanya Jaejoong.

" Ibu, apa setelah adik lahir kalian akan, akan melupakan aku? "

Jaejoong meletakkan beberapa kertas itu diatas mejanya lalu dia menatap mata Yesung dalam-dalam.

" Siapa yang bilang begitu padamu? "

Yesung menggigit bibirnya, sebenarnya dia sama sekali tidak pantas bertanya seperti itu mengingat dia hanya sebatas anak angkat Yunho dan Jaejoong saja.

" Temanku kemarin bercerita kalau ibunya baru saja melahirkan. Awalnya ayah dan ibunya melimpahkan seluruh kasih sayang mereka hanya padanya saja. Tapi, setelah adiknya lahir kedua orang tuanya seperti tidak perduli lagi padanya "

Jaejoong tidak menjawab, dia hanya semakin menatap mata Yesung lebih dalam.

" Ta-tapi, tapi. Maaf ibu, tidak seharusnya aku bertanya seperti ini" Ucap Yesung gugup sembari menunduk dalam-dalam.

Jaejoong lalu membingkai wajah Yesung dengan kedua tangannya, sedikit mengangkat wajah Yesung agar membalas tatapannya " Mungkin iya, kasih sayang yang kami miliki akan terbagi. Tapi meskipun begitu jangan pernah berfikir kalau kami tidak menyayangimu lagi. "

Yesung berkedip ketika matanya dengan mata Jaejoong saling beradu pandang.

" Bukankah kau yang meminta adik? Kenapa jadi kau yang ketakutan sendiri? " Jaejoong tertawa kecil, tangannya terulur mencubit ujung hidung Yesung dengan gemas.

" Iya, ibu benar"

Jaejoong menarik Yesung kedalam dekapannya, tangannya mengusap rambut Yesung lembut dan penuh kasih sayang " Jangan takut. Semua orang begitu mencintaimu" Bisiknya lembut.

Yesung mengangguk, dia lalu melepaskan pelukan Jaejoong " Ya sudah,  ibu. Aku akan kembali kekamarku."

" Selamat malam, nak"

Yesung tersenyum, setelah itu dia mengangguk " Malam ibu"

Setelah itu Yesung berjalan pelan menuju kamarnya, dia lalu membuka pintu. Dahinya agak berkerut karena sebelumnya dia sama sekali tak mematikan lampu.

Yesung menggaruk alisnya, mencoba mengingat tapi gagal. Ah sudahlah, mau dimatikan atau tidak sama saja.

" Hoam, " Yesung lalu naik keatas ranjangnya tanpa menghidupkan lampu karena dia memang berniat untuk tidur.

Tapi, tapi tunggu dulu. Ranjangnya kenapa jadi sempit begini. Dahinya berkerut samar ketika menyentuh sesuatu di sebelahnya. Dia lalu meraba-raba sesuatu itu dan kenapa benda ini terasa kenyal. Yesung menekan benda kenal itu beberapa kali, kerutan didahinya menjadi semakin kasar membuatnya tidak tahan dan menjadi sangat penasaran.

Yesung terus menerus menekan benda kenyal itu sampai ada yang memegang tangannya. Sontak jantung Yesung berdegub kencang, bagaimana kalau yang memegangnya adalah, Hantu.

Mata Yesung membesar, dia lalu berusaha menarik tangannya tapi sipelaku penarik tangannya mencengkramnya begitu erat " Apa yang kau lakukan?" Suaranya begitu dingin membuat Yesung menggigil ketakutan " Mengatai orang cabul, ternyata kau sendiri yang cabul"

" Hah? "

" Apa yang kau lakukan dikamarku, bocah nakal"

" Eh? "

Semua Sayang YesungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang