002

13K 426 13
                                    

(Namakamu) merasa semuanya menjadi gelap, hari sudah malam, ia meringkuk diatas lantai tanah didalam ruangan penjara kecil ini, ia pasrah dengan apa yang terjadi pada dririnya, 3 tahun, ya, 3 tahun, ia harus seperti ini selama 3 tahun, sampai usianya 16 tahun, apakah setelah itu ia akan dibunuh? Atau dibebaskan? Atau bahkan menjadi selir dari pria bajingan berdarah bangsawan itu?.

Suara gerbang besi dibuka paksa, ia menatap kearah sinar yang memasuki ruangan pengap ini, kedua pelayan memasuki ruangan ini dengan membawa nampan, se teko air dengan sepiring roti gandum.

(Namakamu) di dudukkan paksa, (Namakamu) disuapi secara paksa, hingga dia tercekik dan merasa sesuatu dari tenggorokannya mendesak keluar, pelayan ini menyuapinya dengan cara kasar, mencekoki air putih sampai air putih itu tumpah mengenai bajunya, (Namakamu) menitikkan air matanya, ia juga lapar, tapi apakah roti hambar ini bisa mengenyangkannya sampai besok?.

Setelah selesai makan, (Namakamu) diseret paksa oleh kedua pelayan wanita bersifat bengis itu, ia dipaksa masuk kedalam harrem yang di isi banyak matras selir.

Semua pandang mata memandang ke arahnya jijik, beberapa gadis kenalannya tadi pagi sudah berpakaian rapi, sementara ia terus digeret secara paksa dan kasar memasuki kamar mandi.

Ia dilemparkan ke kamar mandi.

"Gadis pemberontak sepertimu harus dikasari"

Bapp

Pintu ditutup kasar, (Namakamu) memandang ke arah shower yang lebih kumuh dari pemandiannya tadi pagi, ia mencoba membersihkan diri, memakai shampo dan sabun yang ia rasa wanginya sesuai seleranya, ia melihat gaun berwarna merah berani dengan renda menggoda mengitari tangannya, pakaian ini pas, tidak membuat tubuh kecilnya tenggelam seperti tadi, baru saja ia ingin keluar, ia menatap ke arah pisau buah yang terletak dimeja, ada banyak buah buahan disana, berserta pisau buahnya.

Ia mengurungkan niat untuk keluar, air matanya kembali jatuh, kepergian orang tuanya, setelah ini dia juga harus masuk kedalam penjara kumuh bau tanah itu, menahan lapar dan haus seharian. Ia mendekati pisau itu, ia menggenggam pisau itu.

"Ibu" Lirih (Namakamu) menatap kosong dan datar ke arah depan.

"Ayah, putrimu disiksa hiks" Lirih (Namakamu), (Namakamu) kembali menangis terisak, hingga tanpa sadar pisau buah nan tajam itu menusuk nadinya, membuat darah segar mengalir di pergelangan tangannya.

(Namakamu) melihat kedepan, ia melihat bayangan putih yang berwujud seperti kedua orang tuanya seolah olah menyuruhnya untuk mengakhiri hidupnya, ntah itu perbuatan setan yang menginginkanya mati atau memang sang orang tua yang tak ingin melihatnya lebih tersiksa, (Namakamu) bertekat kuat untuk membunuh dirinya sendiri, terlepas dari bayangan itu, ia juga merasa tersiksa secara perlahan seperti ini.

"Mending aku mati, daripada harus menahan sakit ini, selama bertahun tahun" Lirih (Namakamu) memejamkan matanya membiarkan rasa sakit menjulur di nadinya, hingga pandangannya memutih, kepalanya bak dihantam ribuan balok, lututnya lemas, ia juga mendengar suara dobrakan.

"Siapkan tabib!" Suara itu, yang terakhir ia dengar.

:::

Kedua pelayan panik menggendong tubuh kecil (Namakamu) memasuki harrem, bahkan mereka sampai tak menyadari dua orang pangeran, tengah memilih selir untuk penghangat ranjang malam ini.

Pandangan Iqbaal dan Louise jatuh pada gadis kecil dengan darah menyucur dipergelangan tangannya, bahkan darahnya mengotori marmer harrem, para selir meringis jijik dan kesakitan, merasakan apa yang (Namakamu) rasakan.

"Hormat yang mulia,bisakah kami membawa gadis pemberontak ini ke ruangan perawatan?" Kata kepala pelayan yang tak henti menyiksa para selir. Iqbaal menaikkan sebelah alis matanya.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang