056

3.6K 317 138
                                    

Alex mendorong kursi beroda Alice menunu taman, tak hanya mereka berdua, tetapi ada juga Fransia, Sarah, Afon dan (Namakamu).

"Kakak, aku bersumpah aku sangat merindukanmu" Ujar Alice. Kini gadis itu duduk didepan Alex dengan kursi rodanya, gadis itu memeluk Alex erat dan menciumi pipi Alex bergantian. (Namakamu) menunduk, meringis. Ntah mengapa dia cemburu, ya, cemburu. Ia merasakan pedih luar biasa didadanya, ketika ia hanya menjadi penonton dari ujung barisan.

"Ya Alice, aku juga merindukanmu" Ujar Alex malas, tetapi ia tetap mengelus bahu Alice. Gadis itu melompat ke pelukan Alex dan menyender didada pria itu. (Namakamu) meringis.

Hingga akhirnya pandangan Alice jatuh pada (Namakamu).

"Kak, aku tidak mau orang yang menyebabkan aku menjadi lumpuh seperti ini ada disini, usir dia kak dari sini!" Ujar Alice. Afon tersentak, begitu juga Sarah. Pandangan mereka semua menatap (Namakamu). (Namakamu) menunduk.

"Hei kau! Tunggu apa lagi?! Aku muak--"

"Kau benar benar bosan hidup hah?!" Pekik Fransia mencoba membela (Namakamu). Afon menatap tak enak pada Sarah, sejujurnya dia juga muak dengan tingkah laku Alice yang kuranh ajar, tetapi Alice adalah anak tirinya, ia harus menghargai Sarah juga.

"Cukup Fransia!" Ujar Afon. Pandangan Afon melirih pada (Namakamu).

"Kau bisa keluar dari sini" Ujar Afon. Mendadak seketika semua orang terbelalak. (Namakamu) mendongak menatap Afon, dan tersenyum kecil, gadis itu mengangguk, berdiri dan menyingkap gaun panjangnya untuk pergi dari situ.

"Sialan pergerakanmu sangat lama! Kau tidak dengar apa yang dikatakan ayahku huh?!" Ujar Alice, (Namakamu) mengabaikan Alice. Tetapi pandangan gadis itu melirih.

"Jika (Namakamu) keluar, maka aku juga keluar!" Ujar Fransia bangkit menggandeng tangan (Namakamu). Afoj terbelalak.

"Keluar saja jalang, tidak ada yang menahanmu" Ujar Alice dipangkuan Alex. Hingga Alex meletakkan Fransia ke sofa dan ia juga bangkit.

"Jika (Namakamu) dan Fransia keluar, aku juga keluar ayah!" Ujar Alex. Alice terbelalak kaget dan menggenggam tangan Alex.

"Tidak kak--hiks--aku membutuhkanmu" Ujar Alice. Pandangan Alex melirih pada Alice.

"Sudah dramanya? Bisa kami keluar?" Ujar Fransia. Afon menggeleng. Fransia sudah tak tahan lagi, ia menarik tangan (Namakamu) untuk keluar dari taman itu. Alex menggeleng.

"Alex, kau disini saja. Ada yang mau ayah bicarakan pada kalian berdua" Ujar Afon. Alex menepis tangan Alice kasar dan kembali duduk, ia merasa bersalah pada (Namakamu). Sungguh.

:::

(Namakamu) masuk ke kamarnya setelah meyakinkan Fransia dirinya tidak apa apa. Gadis itu terisak disana, ntah mengapa ia rindu perilaku nyaman Alex. Ia rindu tidur disamping pria itu, pelukan pria itu yang bisa mengganti dan menepis luka yang diberikan Iqbaal.

(Namakamu) memukul cermin. Tubuhnya merosot disana, ia menangis terisak, ia melampiaskan semuanya. Kehidupannya benar benar hancur. Bibirnya bergetar, tangan kecilnya memegangi perutnya. Ia menangis sangat terisak. Ya tuhan.

"Ya tuhan, mengapa hidupku se sial ini" (Namakamu) menangis sangat kencang. Bahkan di usianya yang ke 14, sia sudah memiliki 3 anak dari seorang bajingan yang tak bertanggung jawab. Bagaimana jika dia berusia 20 tahun atau seterusnya?.

"Kapan kebahagiaan berpihak padaku" (Namakamu) menangis, kenapa disaat saat seperti ini Alex tak perduli padanya? Dan Afon--mengapa setega itu?. (Namakamu) menangis, bibirnya bergetar, hatinua sangat sakit.

Apa Afon mulai membencinya karena ia telah memalukan Afon? Padahal ia sangat yakin obat itu beracun, tetapi kenapa tidak memberikan efek apa apa pada Jack?

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang