026

5.7K 357 86
                                    

Besok, kami memutuskan untuk kembali. Malam ini, Iqbaal berada di kamar mandi, ia ingin membersihkan diri. Dan ingat. Kamar tamu istana tidak tersedia kamar mandi di dalam, tetapi tidak bergabung dengan para selir dan pelayan juga.

Iqbaal sudah berjanji, setelah ia membersihkan diri dari segala debu dan kotoran yang menempel ditubuhnya, ia akan 'bermain' dengan gadisnya.

(Namakamu) cemas. Sudah 3 jam, Iqbaal tak kunjung kembali, mana ada orang yang mandi lebih dari 4 jam bahkan gadis perawan desa sekalipun.

Setelah berjalan mondar mandir kecemasan, akhirnya pintu terbuka. (Namakamu) tersenyum lebar. Tetapi, bukan Iqbaal yang masuk, melainkan Edgar.

"Halo sayang" Sapa Edgar dengan suara serak basah yang ia buat buat. (Namakamu) meringsut, padahal ia sudah menyiapkan penampilannya hari ini, dengan memakai gaun ketat berwarna merah, bagian pundak dan dada yang terekspos mulus, karena bekas lukanya yang sudah menghilang. Dan prafum mawar merah kesukaan Iqbaal.

"A--apa maumu?" Tanya (Namakamu) gugup. Punggungnya menabrak balkon. Edgar mengunci tubuh (Namakamu). Menghirup dalam dalam aroma gadis itu.

"Selera Iqbaal bagus juga" Ujar Edgar.

"Menjauhlah Edgar!"

"Tenang, Babe. Aku tidak akan berbuat aneh aneh padamu" Edgar mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Aku hanya ingin mengatakan, beristirahatlah dengan tenang, tanpa menunggu pangeranmu itu, jangan ganggu kesenangannya" Edgar mengedipkan matanya sebelah. Bibir Edgar menyapu tulang pipi (Namakamu) membuat (Namakamu) berdecak, menghapus sisa ciuman Edgar. Pria itu tertawa. Apa katanya? Kesenangan?

"Baiklah, aku tidak mau Iqbaal memergoki kita berduaan didalam kamar dan kau akan disiksa lagi, tidurlah di istanaku yang nyaman ini, anggap ini rumahmu, rumah kita" Edgar menggigit bibir bawahnya, membuat (Namakamu) meringis seketika.

"Selamat malam, aku akan mencintaimu malam ini dan seterusnya" Edgar menutup pintu kamar kembali. Kepergian Edgar membuat (Namakamu) sedikit menjadi lebih tenang.

(Namakamu) kembali berjalan mundar mandir, setelah kepergian Edgar setengah jam yang lalu, Iqbaal belum juga kembali. Hingga pintu kembali terbuka, menampilkan Iqbaal yang sudah memasuki kamar. (Namakamu) berlari memeluk pria yang menjulang tinggi diatasnya.

"Minggir sedikit, aku lelah" Ujar Iqbaal menolak (Namakamu) pelan, Iqbaal berjalan dengan terhuyung. Pria itu terbaring di ranjang, merebahkan tubuhnya. Iqbaal dicucuri keringat, tubuhnya bau keringat dan rambutnya acak acakan, wajahnya memerah, apa ia belum mandi?.

"Kau belum mandi?" Ujar (Namakamu) pelan, ia takut pria itu akan marah kepadanya. Iqbaal mengangguk.

"Diamlah, aku sangat lelah"

"Kenapa?"

"Tidak semua urusanku, kau harus mengetahuinya, (Namakamu)" Ujar Iqbaal tajam. (Namakamu) mendengus, ia tak mungkin memintanya duluan kan? Apalagi tubuh Iqbaal yang sekarang hampir ambruk dan sangat lelah, tidak mungkin melakukannya sekarang. (Namakamu) mencoba tersenyum, naik ke atas ranjang dan mengelap peluh keringat Iqbaal yang ada didahinya dengan telapak tangan (Namakamu) sendiri tanpa jijik.

"Tidurlah" Gumam (Namakamu). Iqbaal tak mendengarkannya, ia sudah duluan terlelap. (Namakamu) kembali mencoba tersenyum, ia membuka sepatu dan celana katun Iqbaal, agar pria itu tidur tak kepanasan. Tetapi, (Namakamu) malah menemukan semburat lendir putih, seperti sperma, yang bertengger di pangkal paha pria itu. (Namakamu) mencoba menepis fikiran buruknya, bisa saja Iqbaal hanya bermain sendiri, kan?.

Dengan telaten (Namakamu) menyelimuti Iqbaal. (Namakamu) kembali turun dari ranjang, memantulkan dirinya pada cermin yang menjulang tinggi, lebih tinggi darinya. Ia mencoba tersenyum. Ntah mengapa, ia tak tahu air matanya terus menyucur keluar. (Namakamu) mencoba menepis air matanya gusar dan tersenyum, melepas ribuan duri yang tertancap didalam dadanya.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang