(Namakamu) terlonjat kaget saat pintu kayunya terbuka, parfum maskulin itu menyengit di hidungnya, ia menatap sinis pada siapa yang datang memasuki ruangan.
"Lihatlah gadis kecil yang menatapku dengan tatapan membunuh" Ujar Iqbaal menatap (Namakamu) yang tak suka dengan kehadirannya, Iqbaal duduk di sisi ranjang membuat (Namakamu) meringsut sedikit demi sedikit menjauh dari pria ini, parfum Iqbaal sangat menggoda untuk dihirup dalam dalam, tetapi ia membuang fikirannya jauh jauh.
"Sialan! Pergi dari sini" Desis (Namakamu) menatap benci ke arah Iqbaal.
"Ohoo, ini istanaku kau berlagak layaknya ini adalah gubuk pribadimu, hmm?" Ujar Iqbaal dengan nada ejekan, (Namakamu) menggertakkan giginya, ia ingin menonjok wajah pria ini sampai babak belur, sangat ingin.
"Maka begitu, keluarkanlah aku dari istana kotormu ini, pangeran yang terhormat" Desis (Namakamu), Iqbaal terkekeh hambar menatap manik biru terang itu dalam.
"Kau harus menyelesaikan hukumanmu selama 3 tahun, kau tahu?" (Namakamu) tertawa kecil, ia membuang pandangannya ke arah lain.
"Setelah itu aku akan dibebaskan, right?" Iqbaal tertawa lagi dan lagi, tetapi tawanya kali dengan ejekan yang lebih mencela dari sebelumnya, (Namakamu) mengepalkan tangannya, pria menyebalkan yang ada dihadapannya benar benar menguji kesabarannya.
"Tidak semudah itu" Kata Iqbaal, dia menatap tajam kedalam manik mata gadis kecil yang ada dihadapannya.
"Kau mau aku menjadi budak nafsumu? Tidak akan, lebih baik aku mati, kau tahu?" (Namakamu) tak segan bahkan tak takut takut untuk menunjuk nunjuk wajah pangeran yang ada didepannya, bahkan jika Iqbaal mau, ia bisa membunuh (Namakamu) dalam sejelentikan jari, tetapi ia merasa tertarik dengan kelancangan gadis kecil yang ada dihadapannya.
"Apa yang kau bicarakan? Kau mengocok perutku, kau tahu hahaha" Iqbaal tertawa sangat deras, sampai sampai ia merebahkan diri diranjang itu, tepat dibawah kaki (Namakamu).
Iqbaal merangkak naik ke atas tubuh (Namakamu) membuat (Namakamu) merasakan sesuatu yang sangat memuncak dalam dirinya, kupu kupu berterbangan didalam perutnya, ia tak pernah sedekat ini dengan anak lelaki manapun, untuk beberapa saat dia merasa terdiam, merasakan parfum yang menyengit menusuk sedemikian rupa indra penciumannya.
"Kau berharap aku menidurimu?" Bisikan dengan deruan hangat menerpa telinganya, nafas Iqbaal menggelitiki lehernya.
Plakkk
Tamparan keras mendarat di pipi Iqbaal membuat pria itu terjatuh ke sisi samping, tepat disamping (Namakamu) terbaring. Pria itu memegangi pipi kanannya yang perih karena tamparan gadis itu.
"Aku sama sekali tidak berharap untuk ditiduri oleh pria bajingan sepertimu, awssh" (Namakamu) merasa tangannya kembali perih, ia memejamkan matanya menitikkan air matanya. Iqbaal menatap wajah gadis ini dan pergelangan tangannya bergantian, ntah mengapa ia merasa was was saat gadis ini meringis kesakitan, Iqbaal merubah posisinya menjadi duduk semula.
"Kau-- gara gara kau sialan!" Rutuk (Namakamu).
"Tinggalkan aku sendiri, dan sampai kapanpun aku tidak akan mau menjadi selirmu" Ujar (Namakamu) dengan ekspresi meringis, tangannya benar benar memprihatinkan saat ini.
"Cih, kau fikir aku mau meniduri gadis kecil yang bertubuh rata sepertimu? Kau hanya gadis kecil pengembala yang beruntung bisa bertatap muka denganku langsung" Iqbaal menatap dari atas sampai bawah tubuh (Namakamu).
"Dan gadis kecil yang gagal dalam percobaan bunuh diri" sambung Iqbaal tertawa mencela (Namakamu) lagi, kini (Namakami) benar benar menangis, ia merasa terhina.
"Untuk mengakhiri hidupmu sendiri saja kau tidak lulus, bagaimana bisa untuk mengakhiri hidupku?" Kata kata Iqbaal begitu menusuk dihati (Namakamu).
"Pergilah, kumohon" (Namakamu) tak mau merasakan sakit yang lebih dalam di dalam dirinya, cukup tangannya, tetapi tidak dengan hatinya juga. Iqbaal beranjak dari ranjang dan berdiri disamping (Namakamu), ia menunduk menyamakan tingginya pada gadis kecil ini.
"Dan kau jangan berharap sama sekali menjadi selirku, kau sama sekali bukan tipeku" (Namakamu) tak perduli apakah pria ini menjadikan selirnya atau tidak, bahkan ia berharap bagus jika pria ini tak memilihnya menjadi selirnya, lebih baik dia menjadi perawan tua sampai mati datipada harus menyerahkan keperawanannya pada pria itu, saat ini ia hanya memikirkan tangannya yang begitu membunuhnya secara perlahan.
"Aku tidak perduli, pergilah, aku ingin sendiri" (Namakamu) terisak, tangannya kembali mengeluarkan darah, perban yang awalnya seputih susu kini berubah menjadi perban yang dicucur darah segar.
"Aku hanya mengutarakan kepercaya dirianmu yang sangat memprihatinkan seolah olah pangeran sepertiku mau menidurimu dan derajatmu lebih tinggi dariku, bahkan tukang sampah saja tidak mau menidurimu"
"Gadis seperti kau hanya pantas dijadikan tukang cuci pakaian budak selir selirku manisku di istana ini" Sambung Iqbaal dengan bisikannya, ia meninggalkan tubuh (Namakamu) yang mengerjang menahan kesakitan, ia membanting pintu. Namun tak lama setelah kepergian Iqbaal, tiga orang tabib bangsawan memasuki ruangan (Namakamu) tergesa gesa, mereka mengganti perban (Namakamu) dan disusul satu tabib lagi dengan membawa peralatan penyembuhan yang lebih lengkap dari sebelumnya.
Disisi lain
"Hormat yang mulia, kapal perang menuju Serbia sudah disiapkan" Ujar Jack yang merupakan tangan kanan Iqbaal.
"Jangan biarkan gadis itu tersentuh siapapun bahkan ayah atau adikku sekalipun, kurung dia dipenjara selama aku naik tahta 3 tahun kemudian, aku ingin ia merasakan penderitaan yang lebih sadis dibawah pemerintahanku" Ujar Iqbaal pada Helena, wanita ramah yang menyuapi (Namakamu) dengan lembut seperti tadi pagi, wanita itu hanya mengangguk takut, sebelum ia menyusul Jack yang berjalan lebih unggul darinya.
Perkataanmu sangat menyakitkan dan begitu menusuk pangeran, aku akan membuktikan kalau kau akan mencabut semua perkataanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Obsession || IDR✔ 18++
Random⚠MATURE CONTENT!!!⚠ (Namakamu) Cecile gadis desa pembangkang 13 tahun yang diculik paksa dan orang tuanya dibunuh didepan matanya lalu ia dibawa oleh pihak kerajaan untuk dijadikan selir calon raja bangsawan Wessex. Ia menjadi selir termuda dan o...