041

4.4K 359 187
                                    

Alice mendobrak pintu dan berlari memeluk Afon. Afon membalas pelukan gadis itu. Afon mengelus punggung gadis itu lembut.

"Ayah--Edgar meninggal--kekasihku--" Isak Alice. Afon mencium puncak kepala gadis itu, sementara Helena hanya menunduk.

"Heh! Kau tadi yang menertawakanku kan?" Pekik Fransia. Semua pandang mata beralih pada Fransia.

"Kau pelacur---DIAM!" Pekik Alice. Fransia tak terima dikatakan pelacur, bahkan jatuh cinta saja dia tidak pernah, ia maju dan menarik rambut Alice hingga Alice terjatuh. Alice mencoba membalas menarik lengan Fransia, tetapi Fransia menginjak wajah Alice duluan, hingga sekarang pergulatan antar dua gadis konyol terjadi.

"CUKUP!" Pekik Alex. Alex menarik lengan adiknya, sementara Frances menarik lengan Fransia. Rambut Fransia berantakan. Fransia menggaruk hidungnya yang gatal akibat berurusan dengan kuman gembel itu.

"Kau Fransia--terlalu lancang menyentuh adikku!" Alex menunjuk wajah Fransia, sementara Alice menangis, bersembunyi dibalik belakang Alex.

"Apa kau bilang? Adikmu? Lantas jika dia adikmu, aku harus takut?" Tantang Fransia. Pipi gadis itu menggembung.

Plakk

"ALEX!" Pekik Afon histeris kala tamparan keras dari Alex ia ajukan pada Fransia. Fransia mengaduh dan mengelus pipinya. Mata gadis itu berair kala ia kembalu mendongak ke arah Alex.

"Urusan kita belum selesai!" Desis Fransia menunjuk Alex dan Alice. Pipi Fransia benar benar memerah. Fransia mrnapak pergi begitu saja dan membantingkan pintu gusar. Alex mengusap wajahnya gusar, mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Hingga Frances maju lebih depan mencengkram kerah Alex. Alex maju untuk beberapa langkah. Frances mengetatkan rahangnya, siapa yang terima jika kembarannya tersakiti?.

"Kau benar benar berubah, kau bukan Alex yang bisa kami ajak bercanda seperti dulu lagi semenjak gadis ini hadir, kami menyesal bahwa sempat berfikir, adik kecilmu sebaik dirimu dahulu, tetapi tidak, dia gadis ular" Desis Frances menatap Alice tak suka. Frances mengetatkan rahangnya.

"Aku berkata pada siapapun disini, baik paman Afon atau siapapun yang ada, aku tidak suka pada gadis yang menjadikan kakak sepupu kami tameng sekarang!" Tegas Frances. Pria itu melenggang pergi, Alex mengepalkan tangannya dan mencium puncak kepala Alice.

Afon memeluk Alice dengan haru, ia mengusap puncak kepala gadis itu.

"Maafkan keponakanku, mereka memang orang yang seperti itu" Ujar Afon. Alice menepis air matanya gusar dan menggeleng.

"Tidak apa, ayah, aku mengerti, aku memang tidak pantas berada disini" Ujar Alice penuh dramatis. (Namakamu) mengurut pelipisnya.

"Tidak, sayang. Kaulah yang berhak disini, bukan siapapun" Bujuk Afon. Perlahan Alice mendongak kebelakang, menampilkan senyuman miring yang licik pada (Namakamu).

"Aku permisi" Ujar (Namakamu) yang sudah tak tahan dengan suasana dramatis yang dibuat buat oleh Alice sialan ini.

Namun tak disangka, Alex mencekal pergelangan tangan (Namakamu) dan menarik gadis itu hingga menubruk tubuhnya. Kini mereka berdua berhasil menarik perhatian siapapun yang ada diruangan itu.

"Aku ingin berbicara denganmu" Bisik Alex pelan. (Namakamu) menepis tangan pria itu dan menatap pria itu tajam. Ia masih tak menyangka, perlakuan Alex pada Fransia benar benar kasar.

"Aku ingin melihat anakku" Desis gadis itu tajam. (Namakamu) mengangkat gaunnya dan berlari begitu saja keluar dari ruangan itu.

"Alex--kau sudah--"

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang