009

7.9K 412 70
                                    

"Berbaringlah tuan putri" Titah Helena lembut, (Namakamu) berbaring di sofa dan merentangkan tangannya. Sebelum itu, Helena sudah mengunci pintu duluan agar aman dan tidak ada yang memata matai.

Helena sudah menyiapkan benih gandum dan benih jelai sebagai tes untuk kehamilan dan metode ini juga bisa mendeteksi jenis kelamin sang bayi sebelum adanya tespek dan USG canggih seperti yang tercipta dari abad ke 21.

Helena memegang perutku dan mulai mengurutnya, aku tidak tahu dengan apa yang ia lakukan, hingga ia membelalak dan ia dengan panik mulai mencipratkan benih gandum dan benih jelai bersamaan dengan urine ku yang telah ditampung tadi.

Helena menunggu beberapa menit, hingga aku merasakan tangannya bergetar, aku duduk dan menyender pada kepala sofa yang sangat empuk. Aku melihat ke arah gandum, aku fikir tak ada yang berbeda, tetapi ia sangat ketakutan dan membelalakkan matanya.

"Tuan putri" Suaranya lirih, ia menatapku takut takut, ia memperlihatkan jelai gandum padaku, ayolah, aku tak melihat perubahan apa apa.

"Aku tidak melihat perubahan apa apa dari gandum konyol ini, Helena" Ujarku, dia menggeleng dan memperjelas padaku gandum sialan ini!.

"Kau---kau---" Mengapa dia sangat ketakutan dan terbata bata? Suasana menjadi hening, aku tak dapat berbicara lagi, aku merasakan ketakutan yang ia rasakan juga.

"Kau hamil" Aku tersentak, aku terkekeh hambar dan menggelengkan kepalaku, tak terasa air mataku jatuh dan melesat begitu saja dipipiku.

"Katakan kau bercanda Helena, sama sekali tidak lucu!" Tungkasku, mata Helena memerah, ia menggeleng lagi.

"Helena!" Aku memekik ke arahnya, sungguh perasaanku sangat kalut saat ini, yatuhan, bagaimana di usiaku seperti ini aku sudah mengandung? Bukannya ke bebasan yang ku dapatkan, malahan malapetaka menari nari riang di hadapanku.

"Anakmu--anakmu--"

"STOP HELENA!" Dia tersentak, yatuhan, mengapa aku memgasarinya? Dia bahkan sudah seperti ibuku sendiri, ia menangis, aku tak kuasa menahan tangisku dan terisak dipelukannya, pelukannya masih sama, masih terasa hangat saat pertama kali ia memelukku.

"Jelainya berkecambah, anakmu laki laki" Hell! Aku terdiam sejenak, yatuhan, bibirku serasa kelu, aku tak bisa berkata apa apa lagi. Aku menoleh ke arah Helena dan tersenyum lirih, menghapus air mataku gusar.

"Omong kosong" Lirihku sambil tersenyum dan menghempaskan jelai gandum itu.

"Tuan putri, kenapa tuan putri sangat kalut?" Katanya, Helena memang tidak tahu seberapa bahayanya pria itu.

"Malapetaka sedang menari nari dihadapanku Helena, kau tidak melihatnya? Aku--aku merasa sangat terpukul, tidak masalah jika dia membunuhku, tetapi tidak dengan anak yang tak bersalah ini" Ujarku lirih sambil menangis, aku menangkis air mataku gusar, dadaku terasa sakit, mataku terasa lelah, aku tidur tak cukup banyak akhir akhir ini, bahkan setiap saat yang aku lakukan disini, hanya menangis, menangis dan menangis, dimana kebahagiaanku dulu?.

"Aku--aku--" Aku merasa suaraku memberat, mataku tak berhenti mengeluarkan cairan bening yang terus menetes dari sana, aku tak bisa melanjutkan kata kataku.

"Aku---aku tidak pernah menyangka, aku akan mengandung benih dari pria yang paling ku benci" Aku kembali terisak, sangat deras, bahkan suaraku tak bisa dipelankan lagi, dadaku terasa sakit dan berat seperti dihujami oleh ribuan palu. Helena memelukku erat dan ia juga ikut menangis di puncak kepalaku. Aku kembali menyender lemah pada kepala sofa dan menatap datar sembari mengelus perutku yang masih datar.

"Jika kau belum siap-- tidak apa tuan putri, kita akan melakukan aborsi" Ya aborsi pada zaman ini bukan seperti aborsi di abad 21 yang dilakukan dengan operasi. Aborsi di abad ke 16 hanya dengan melakukan kegiatan fisik ekstrem, seperti memanjat tebing, menyelam, mengangkat beban, menyiram perut dengan air panas, membanting perut jika masih hamil muda sepertiku, memakan makanan iritasi dan kegiatan ekstrem lainnya.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang