051

4K 325 207
                                    

"Panthera! Cukup!" Harimau itu menerkam Alice. Alice menckba melipat tangannya untuk melindungi cabikan dari harimau jantan itu. Hingga (Namakamu) mencoba merebahkan badannya diatas Alice melindungi gadis yang ada dibawahnya dari cabikan Panthera. Panthera menjauh sontak saat tahu siapa yang akan ia cabik. Panthera berbaring diatas (Namakamu) dan menjilati wajah (Namakamu) manja.

(Namakamu) memeluk Panthera dan membawa harimau itu sedikit menjauh, (Namakamu) berjongkok menyamai wajahnya dengan wajah harimau itu. (Namakamu) menangkup wajah besar Panthera lembut.

"Tidak boleh seperti itu, kau bisa membunuh seseorang, lihatlah, dia terluka" Lirih (Namakamu). Panthera mengaum tak terima, melihat wajah sang gadis pemiliknya meraut sedih karena ia bantah. Panthera tak tega dan menjilat wajah (Namakamu) lagi.

"(Namakamu), dengar aku, bawa Panthera menemui ayahku, dia akan menempatkan Panthera ditempat yang aman. Dan setelah ini masuk ke kamarku dan jangan kemana mana" Ujar Alex, (Namakamu) mengangguk kecil.

Pandangan Iqbaal dan (Namakamu) kembali bertemu, pria itu menatap (Namakamu) mengintimidasi. (Namakamu) membimbing Panthera berjalan lurus.

Alex menggendong tubuh Alice ala bridal style. Tubuh Aloce benar benar tak menyerupai tubuh lagi. Wajah dan lengannya sudah dicabik oleh Panthera. Lantai marmer dipenuhi darah, gaun gadis itu terkoyak. Dan betis gadis itu nyaris terbelah. Alice tak sadarkan diri.

Fransia terkikik senang memegangi perutnya dan menunjuk nunjuk Alice yang sekarat yang sedang dibawa oleh Alex. Iqbaal mencekal tangan Fransia.

"Jadi bagaimana? Kau menerimanya?" Fransia melototi wajah pria yang sedang berujar dengannya.

"Cuihh" Fransia meludahi wajah Iqbaal dan pergi melenggang dengan angkuh.

"Oh shit! Sesulit ini kah mendapatkan tahta dunia?!"

:::

Ceklek

"Ya tuhan, Panthera!" Panthera meloncat kedalam pelukan Afon. Harimau itu menjilati wajah Afon. Sementara Helena tersentak dan berjalan mundur.

"Tenanglah sayang, dia tidak akan menggigitmu" Ujar Afon. Panthera mengaum ke arah Helena. Bagaimana (Namakamu) bisa lupa? Helena adalah ibunya Alex, tentu Helena tidak akan terancam.

"Baiklah, aku akan mengantarkannya terlebih dahulu ke ruang Panthera" Afon berjalan membimbing Panthera paksa, sementara hewan buas itu menatap Helena. Helena mengurut dadanya lega setelah Afon membawa hewan buas itu keluar.

Helena menatap (Namakamu) lirih.

"Kau sudah chek kandunganmu untuk bulan ini?" Tanya wanita itu. (Namakamu) terdiam. Memang Helena lah yang setiap saat bertanya dan mengecek kandungannya dulu. Sekarang, waktu (Namakamu) menghabisi waktu bersama wanita ini terbatas.

(Namakamu) menggeleng. Gadis itu menghela nafasnya, dan memilih untuk berjalan mundur, keluar dari ruangan itu. Ada ekspresi terkejut dari Helena, kenapa gadis itu menghindarinya akhir akhir ini?. Helena mengurut dadanya.

(Namakamu) berjalan ke kamar bayinya. Ia membuka pintu, namun tak ada sama sekali pelayan didalam sana, mungkin ini sudah pergantian shift. (Namakamu) berjalan, memunggungi pintu, melihat kondisi anaknya. (Namakamu) bersyukur, sang bayi masih dapat menemani hari harinya, tetapi kulit mereka benar benar pucat.

Seseorang menyentuh pundaknya, (Namakamu) mendongak. Gadis itu berdiri seketika.

"Lancang sekali kau masuk ke kamar anakku!" Pekik (Namakamu). Pria itu mengulum senyum santai. Menangkup sebelah wajah (Namakamu).

"Kau fikir apa kau bisa memiliki anak jika aku tidak menguras tenaga dan keringatku malam itu? Aku yang melayanimu, bukan kau yang melayaniku" Ujar pria itu menyentak pipi (Namakamu) keras.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang