022

6.3K 389 131
                                    

(Namakamu) terbangun kala seseorang mengecup hidungnya berkali kali.

"Night, babe" (Namakamu) melenguh, ia kembali memejamkan matanya, ia benar benar merasa lelah sekarang.

"Hei, wake up" Iqbaal menarik kedua lengan (Namakamu) untuk bangkit, tetapi wanita itu masih memejamkan matanya. Hingga (Namakamu) tersadar, Iqbaal berpakaian rapih dengan parfum yang sempat menjadi favoritnya beberapa bulan lalu, sewaktu ia pertama kali bertemu dengan Iqbaal.

"Kau mau kemana?" Lirih (Namakamu) mengucek matanya. Gadis itu bangkit, membunuh rasa kantuknya dan bersender dikepala ranjang.

"Lusa adalah peringatan meninggalnya ibuku yang ke 6 tahun. Jadi aku harus mengunjungi makam ibuku setiap hari peringatan itu, dan berlokasi di Denmark, karena ibuku lahir disana" (Namakamu) tertegun. Ia mengusap punggung datar Iqbaal dan tersenyum lirih, mencoba menguatkan Iqbaal.

"Aku yakin ibumu akan baik baik saja disana, dia tersenyum disana melihatmu tumbuh dengan baik, dan jangan lupa selalu kirimkan doa untuk ibumu setiap saat, dan aku akan membantu mengirimkan doa untuknya jika kau mengizinkannya" Lirih (Namakamu). Iqbaal mendengus dan mengangguk.

"Ya, aku merindukannya, aku akan selalu mengirim doa untuknya" Lirih Iqbaal.

"Pernahkah kau merasa sangat merindukan seseorang yang sampai kapanpun tak bisa kau gapai lagi meskipun dengan jutaan peti emas, (Namakamu)?" (Namakamu) mengangguk lirih.

"Karena, tepat di usia yang masih sangat ingusan, aku kehilangan ibuku, kehilangan sentuhannya, kasih sayangnya. Aku masih ingat, kala itu, setiap sore dia akan memandikanku dengan sentuhan yang lembut, menyuapiku makan di taman, mengurusku dengan baik disaat ayahku sibuk dengan perkerjaan dan ketahuan menyelundupkan selir favoritnya selama 3 tahun, di rumah pondok" (Namakamu) tercengang, ia sungguh meresapi kesedihan yang dialami Iqbaal.

"Meskipun ibuku ratu besar, dia tidak pernah memberi hak asuhku dan Louise pada pelayan, ia selalu memanjakanku dengan baik, hingga ibuku depresi, kala ayahku mengingkari janji. Dan selir itu, membunuh ibuku, tepat didepan mataku dengan pisau yang ia ayunkan di perut ibuku" Disatu sisi (Namakamu) senang karena Iqbaal mulai terbuka dengannya, tetapi disatu sisi, ia merasakan duka yang dirasakan Iqbaal.

"Padahal, waktu itu ibuku sedang mengandung adik perempuanku" Iqbaal mengurut pelipisnya, Iqbaal menangis. (Namakamu) memeluk tubuh hangat Iqbaal.

"Apa kau tahu, siapa selir yang membunuh ibumu?" Ujar (Namakamu). Iqbaal menggeleng.

"Tidak, dia memakai penutup mulut, rambut hitam gelapnya menutupi auranya saat itu. Dan saat itu, aku hanyalah bocah lemah berusia 8 tahun sementara Louise hanya bocah berusia 6 tahun,aku yang tak tahu apa apa saat itu, aku tak pernah diajarkan bagaimana cara berperang atau menghadapi musuh oleh ibuku, ia hanya mengajarkanku, bagaimana cara bernyanyi, tertawa riang, dan tidak berhenti untuk berbuat baik".

"Ayahku sering berdebat pada ibuku waktu itu, karena ayahku ingin mengajarkanku bagaimana cara berperang, tetapi ibu menentang ayahku, dia menangis didepan ayahku. Karena ibuku tidak bisa membiarkanku terluka sedikit saja, dia sangat menyayangiku dan tak aka membiarkanku terluka"

"Hingga tepat di usia 12 tahun, aku kehilangan semuanya, dan di usia itu juga, aku mulai menjadi orang yang kau kenal seperti sekarang. Jack mengajarkanku cara menjadi penembak yang jitu, pemanah yang baik, dan pembunuh yang handal. Ayah mengajariku menjadi pengibul yang hebat, penggila seks yang gila, dan hal buruk lainnya. Dan sejak itu, aku mulai hidup dengan duniaku sendiri. Dan ayah bilang dulu, ilmu kejahatan yang ia ajarkan akan berguna untuk menjadi pemimpin yang disegani rakyat" (Namakamu) menggeleng dan memeluk tubuh Iqbaal tiada henti.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang