010

7.7K 438 91
                                    

Iqbaal berusaha menyelam lebih dalam, pandangannya kabut oleh banyaknya lumut dan rumput liar yang ada didalam kolam ini, ia berusaha menyingkirkan rumput liar yang menghalangi pandangannya, hingga ia melihat tangan berwarna pucat putih mengambang dan melemah, ia menarik tangan itu kedalam dekapannya.

Ia membawa tubuh itu kembali naik ke permukaan, sesampainya dipermukaan, ia menyeret tangan gadis itu ke permukaan, ia seketika langsung disambut oleh kerumunan budak, selir, orang orang penting bahkan juga ada adiknya dan para menteri.

"APA YANG KALIAN LIHAT?! CEPAT PANGGILKAN TABIB!" Sentak Iqbaal membuat semuanya terkejut, ia panik melihat tubuh yang sama sekali tak bergerak, kulit (Namakamu) semakin pucat.

Wait!! Helll!

Ia menangis, ia segera menghapus gusar air matanya agar tidak ada yang melihatnya, tetapi hati tak bisa dibohongi, ia merasa terpukul saat (Namakamu) tak sadarkan diri seperti ini, hingga tabib datang tergesa gesa dan memeriksa (Namakamu).

Ia memperhatikan luka luka lebam yang ia berikan pada tubuh mungil ini, kepala (Namakamu) membengkak, pipinya memerah dan tubuhnya dibercaki kebiruan, Iqbaal merutuki dirinya sendiri, hingga tabib mencekoki paksa butiran bubuk seperti tepung kedalam mulut (Namakamu) membuat (Namakamu) terbatuk dan banyak menyemburkan air yang ia telan di dalam kolam.

(Namakamu) membuka matanya sepicing, sangat lemah, matanya membengkak, hingga ia kembali memejamkan matanya rapat. Keadaan ricuh, orang orang istana mengerumuni tabib, Iqbaal dan (Namakamu). Iqbaal senantiasa menggenggam telapak tangan (Namakamu) yang semakin waktu semakin dingin.

"Kondisi nona saat ini benar bebar lemah" Ujar sang tabib, suasana menjadi hening, Iqbaal terdiam sejenak, matanya memerah.

"Kondisi fisiknya sangat terganggu" Sambung sang tabib, tabib itu mulai meracik ramuan ramuan yang ia bawa untuk (Namakamu).

"Kepala nona (Namakamu) terbentur pinggiran kolam?" Iqbaal mengedikkan bahunya, ia tak tahu. Sangkin kalutnya, ia tadi tak memperhatikan apakah tubuh gadisnya mengenai tanah atau tidak.

"Dan perut nona mengalami benturan pinggiran kolam sangat keras sebelum ia tercebur, nona mengalami pendaharan didalam" Suasana semakin hening, Helena semakin terisak dan pelayan lain hanya bisa mengusap punggung Helena. Iqbaal merasa terpukul.

"Ja--jadi, bayinya?" Lirih Iqbaal pelan, ia tadinya tak menginginkan bayi itu, tetapi saat ini ia merasa benar benar terpukul, ia berharap tabib akan mengatakan bayinya baik baik saja, tetapi--

"Nona mengalami pendarahan yang keluar dan sangat banyak! Tolong ambilkan kain dan baskom berisi air panas!" Titah tabib itu, Iqbaal melihat juga banyaknya darah yang keluar dari bagian bawah (Namakamu), tetapi gadis itu masih memejamkan matanya, begitu polos dan lugu.

Hingga Helena datang membawa air panas yang nampak masih setengah mendidih dan kain berwarna putih, tabib itu memasukkan kain handuk berwarna putih polos dan mencelupkannya kedalam air panas setengah mendidih. Tabib itu menyibakkan gaun (Namakamu), Iqbaal menahannya.

"Apa yang kau lakukan?!" Iqbaal menyentak keras ke arah sang tabib.

"Kumohon tenanglah pangeran, jika telat sedikit saja, aku tidak bisa menyelamatkan nona lagi sebelum darahnya benar benar menggumpal dan tak bisa dikeluarkan dari dalam sana" Iqbaal terdiam, matanya memerah, ia sangat merasa bersalah dan terpukul, ia panik. Tabib itu menyibakkan handuk putih yang sudah dilumuri air panas, ia tepat menyibakkannya diatas perut rata telanjang (Namakamu) membuat orang orang yang menyaksikannya merasa sangat miris.

Aborsi dilakukan secara paksa.

Darah semakin keluar dari kemaluan (Namakamu) dan gumpalan gumpalan darah, tabib terus mengurut perut (Namakamu) dengan gerakan keras, mulai dari memutar, menekan dari atas sampai kebawah. Hingga keluarlah gumpalan darah menyerupai kepalan tangan.

Darah berhenti keluar, tabib merasa lega, sementara Iqbaal semakin panik.

Tabib mengambil gumpalan darah yang menyerupai kepalan tangan, tabib menyerahkannya pada Iqbaal, Iqbaal menampungnya dan menatap gumpalan darah tersebut tak mengerti.

"Itu, calon janinmu, maaf, saya terpaksa melakukan aborsi agar nona (Namakamu) masih bisa terselamatkan, karena jika telat sedikit saja, nona akan menyusul calon janinmu"

Deg

Ia menatap lirih gumpalan darah yang masih dilumuri banyak darah, ia meletakkan gumpalan tersebut di dadanya.

"Dia laki laki" Sahut Helena, Iqbaal mendongak menatap Helena yang juga terisak, ia juga menatap gumpalan darah yang ada di genggamannya, ia kehilangan putra pertamanya, calon pangeran wangsa Wessex, calon penerusnya.

Pelayan wanita yang lain berusaha membersihkan tubuh (Namakamu) dari lumuran darah, Iqbaal menyerahkan calon putranya yang telah tiada dengan hati hati.

"Makamkan dia dengan layak" Tabib mengangguk, Iqbaal menepis kasar air matanya agar tak ada yang melihatnya, ia mengikuti Helena yang membopong tubuh (Namakamu) ke kamar selir favorit pribadi milik (Namakamu).

"Tinggalkan kami berdua" Titah Iqbaal, Helena mengangguk lirih dan kembali menutup pintu, Iqbaal naik ke ranjang (Namakamu), memang ranjangnya tak sebesar ranjangnya, tetapi ranjang ini cukup untuk tiga orang.

"Ayo buka matamu sayang, kau lelah, hm?" Lirih Iqbaal mengusap kelopak mata (Namakamu) yang masih terpejam.

"Aku sudah jahat padamu, ya?" Kata Iqbaal, ia sekarang persis seperti orang yang sedang gila, ia berbicara sendirian. Ia terus membelai halus surai lembut yang ada didepannya.

"Aku berjanji, kita akan membuat banyak pangeran dan putri wangsa Wessex lagi jika kau sudah bangun" Iqbaal menangis lirih, dirinya teringat kala mata biru terang itu masih terbuka lebar, ia selalu mengejeknya, menghinanya, mencelanya, bahkan mengasarinya. Iqbaal menggeleng, ia berjanji pada dirinya tidak akan mengulangi hal bodoh lagi.

"Bangunlah sayang" Lirih Iqbaal sangat lembut dan pelan, kehilangan benar benar membuatnya merasa terpukul.

Cup

Iqbaal mengecup kening gadis yang masih senantiasa terpejam di hadapannya, air mata Iqbaal mengenai pipi (Namakamu). Ia benar benar merasa menyesal kala kilas kilas masa lalu mengingatkannya.

Saat manik biru terang itu masih terbuka lebar, ia menyakitinya, menyiksanya, dan merendahkannya, manik biru terang itu mengeluarkan air mata kepedihan, ketakutan, detik detik dimana, tubuh mungil yang masih berdiri kokoh seperti tadi, ia tampar, ia sakiti, ia bentak, ia umpat dan semua kata kata kasar ia keluarkan membuat tubuh mungil itu bergetar hebat, ketakutan sembari menunduk, dan wajah yang dilumuri air mata.

"Mengapa kau begitu lemah, hm? Kau baru terjatuh ke kolam, apa kau tidak tahu dulu suamimu ini pernah hampir diterkam singa saat berburu ke hutan sendirian, hm? Tetapi suamimu ini bisa mengalahkan singa sialan itu hanya berbekal satu anak panah, apa kau tidak mau membanggakanku, hm?" Iqbaal terkekeh kecil, suaranya sangat lirih, air mata terus menetes dipinya, ia mengecup pipi (Namakamu) pelan.

"Kau tahu?" Iqbaal menyingkirkan anak poni sang gadis ke belakang telinganya.

"Aku mencintaimu"

Deg

"Hanya saja, aku akan mencabut kata kataku saat matamu kembali terbuka, dan bibir sialanmu kembali mengoceh dan mengumpat betapa bajingannya diriku, aku tidak akan menunjukkan kelemahanku, dan aku tidak akan membiarkan kau menjadikan kelemahanku sebagai senjatamu"

Cup

"Aku berjanji akan menikahimu secara sah setelah aku naik tahta, bersabarlah, temani aku hingga aku menduduki singgasana kebanggaan kekaisaran dan menjadikanmu ratu dunia."

"Lalu kita akan membuat banyaknya penerus wangsa Wessex, aku berjanji, sayang" Pria itu mencium lembut surai halus milik sang gadis, hingga ia tertidur dan menumpukan kepalanya tepat diatas dada sang gadis.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang