011

7.7K 412 114
                                    

(Namakamu) terbangun saat merasakan berat yang tak lazim di dadanya.

"Auhh" Ringis gadis itu saat ia tak bisa bergerak, bagian perutnya sangat kram sampai ke selangkangannya. Ia mencoba memutar pinggulnya tetapi rasanya semakin sakit.

"Aku kenapa---anakku" (Namakamu) membulatkan mata seketika, ia baru teringat ia terlempar dari lantai paling atas, sampai ke kolam paling dasar.

(Namkamu) melihat seorang pria tertidur pulas di dadanya, menambah duka baginya karena orang itulah yang menyebabkan tubuhnya ambruk seperti ini, ia tak mau kehilangan anaknya.

"Helena!" Teriak (Namakamu), (Namakamu) mencoba menjauhkan kepala pria sialan yang menuduri dadanya, tetapi ia tak kuat. Hingga pintu dibuka dan Helena membulatkan matanya.

"Tolong aku, angkat kepala monster ini" Helena tak berkutik, ia takut dibilang lancang jika menyentuh kepala sang pangeran. Hingga kepala itu bergerak dengan sendirinya diiringi suara erangan.

"Nghh-- sayang" (Namakamu) geram dan mencongkel lubang hidung pria yang ia anggap monster itu, Iqbaal terkejut saat sesuatu hampir mengoyak lubang hidungnya. Ia tersentak dan manik abunya bertemu dengan manik biru terang sang gadis.

"Eh, udah bangun?" Iqbaal langsung menyenderkan kepalanya di sandaran ranjang, ia menatap kehadiran Helena juga.

"Kenapa?" Katanya, (Namakamu) berusaha duduk dibantu Helena.

"Apa? Kenapa kau bilang? Setelah kau melemparku bagaikan binatang?" Iqbaal terdiam seketika, kilas kilas tadi malam terngiang seketika di otaknya.

"Tuan putri--"

"Cukup Helena!" Sentak (Namakamu).

"Aku--aku meminta waktu padamu" Lirih sang gadis, ia menahan air mata yang segera turun ke pipinya. "Aku meminta padamu tunggu sampai putraku lahir maka aku akan pergi dari istanamu, lebih baik aku menjadi budak seperti Helena, dari pada menjadi selir dari monster sepertimu" Iqbaal terdiam, ia merasa sangat bersalah, ternyata gadisnya belum tahu bahwa sang calon pangeran masa depan sudah tidak ada.

"Tidak akan (Namakamu)! Kau tak semudah itu untuk lari dariku, apalagi membawa seorang pangeran bangsawan berkeliaran diluar sana! Musuhku akan menggunakan anakku sebagai senjata nanti" Helena terkejut, ternyata pangerannya tak memberitahu hal yang sebenarnya.

"Tapi mohon jangan bunuh anakku, Iqbaal" (Namakamu) menepis air matanya gusar, Iqbaal menyenderkan kepala (Namakamu) di bahunya, tetapi (Namakamu) tak terima, ia menepis tangan kekar itu. Helena pun hanya menyaksikan adegan langka yang mampu membuatnya terkejut setengah mati setelah ini.

"Hei, apa yang kau katakan?" Iqbaal menghapus air mata (Namakamu).

"Aku tidak akan membunuh anakku sendiri" Mata (Namakamu) bertabrakan dengan mata Iqbaal. Mereka saling menatap sejenak.

"Kau bilang--kau"

"Tidak akan, aku tidak akan membunuh anakku, aku berubah fikiran, kau tahu?" Iqbaal mengecup pelipis (Namakamu) sangat lembut dan mesra.

"Kau---"

"Ya, aku diberi penglihatan setelah melemparmu ke kolam itu, ternyata ada hikmahnya aku melemparmu kau tahu?" (Namakamu) menatap tajam Iqbaal, lalu ia merasa peeut bawahnya kembali kram dan sangat sakit.

"Helena--bantu aku" Helena membantu (Namakamu) meluruskan kakinya.

"Aku tidak yakin jika anakku baik baik saja setelah aku merasakan kram bebas diperutku" Ringis (Namakamu), Helena dan Iqbaal saling bertatap mata, Iqbaal mengode Helena untuk mengatakan sang bayi baik baik saja.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang