(Namakamu) terbangun dari tidurnya, ia hanya terlelap beberapa jam. (Namakamu) mengedarkan pandangannya. Ia mencari se keliling, tidak ada Helena. Biasanya Helena akan menunggunya terbangun sambil mengemil dengan nampan berisi banyak makanan untuk (Namakamu).
(Namakamu) mencari Helena se keliling, kini ia persis seperti balita yang kecarian ibunya. Gadis itu mengucek matanya, ia tak tahu harus mencari Helena kemana lagi padahal saat ini ia benar benar membutuhkan senderan.
(Namakamu) keluar dari kamar, melewati harrem kembali. Pandangan (Namakamu) jatuh pada Victoria dengan wajah yang memar akibat karyanya, Victoria melirik (Namakamu) sangat tajam, tetapi Victoria tak berani berkutik selain dengan melirik sinis.
(Namakamu) terus berlari tak tentu arah, ia mengabaikan tatapan sinis dari prajurit ke arahnya. (Namakamu) akhirnya menemukan tangga yang menuju balkon paling atas, kaki mungil gadis itu menapak lembut.
Semilir angin menyambut dirinya, hari semakin petang. Tetapi tak satupun antara Iqbaal maupun Helena yang ditemuinya.
Semilir angin lembut menerpa wajahnya, membuat dirinya merasa lebih lega, ia memandang kagum pada bunga bunga mawar yang ditanam sangat rapi dan sedemikian rupa. Kaki (Namakamu) beranjak lebih maju, meremas balkon yang terbuat dari batu bata ini. Cuaca agak mendung, ia melihat kebawah sana, banyak rakyat yang beraktifitas disana, ada yang memikul goni gandum, dan ada juga yang berjualan buah keliling.
"Lancang sekali kau memasuki tempat pribadi kami" (Namakamu) tersentak kala mendengar suara bariton dari seorang pria dibelakangnya. (Namakamu) meringsut mundur, membuat punggungnya terpentok oleh balkon.
"Maaf, aku hanya berniat mencari angin" Cicit (Namakamu), pria itu menaikkan kedua bahunya pertamda ia tak perduli. Ia menyesap wine nya dan duduk di kursi kayu dengan meja bundar ditengah tengahnya.
"Kemana kakakku? Kenapa kau tidak bersamanya?" (Namakamu) menggelengkan kepalanya.
"Apa dia punya selir lain selainmu?" Lidah (Namakamu) seketika tercekat. (Namakamu) mengedikkan bahunya.
"Akhir akhir ini aku tidak melihatnya bermalam dengan gadis lain" Ujar (Namakamu), ia berbalik memunggungi Louise. Membiarkan semilir angin kembali menerpa wajahnya, membuat rambutnya berterbangan kesana kemari.
"Itu tidak menjamin ia hanya memakaimu, bisa saja ia meletakkan selir yang baru ke rumah pondok" Ujar Louise santai. (Namakamu) terdiam sejenak, kemudian ia menggeleng, kembali membuka matanya.
"Itu bukan hak ku, lagipula jika dia memiliki gadis baru yang lebih baik dariku, kenapa tidak?" Ujar (Namakamu). Louise masih menyesap wine nya.
"Bagus jika kau memiliki prinsip seperti itu, berarti kau bukan gadis yang bodoh. Karena hanya gadis bodoh yang mengharapkan seorang pangeran hanya memiliki satu wanita" Gumam Louise. (Namakamu) berbalik. Ia menatap Louise yang dengan santainya menyesap winenya.
"Ya, aku tahu" Gumam (Namakamu), ia membohongi perasannya, ia membenci kala ia berpura pura kuat, berpura pura tak acuh pada Iqbaal. Ia tahu yang ia katakan hanya omong kosong, ia tak terima jika ia di duakan, tetapi ia bukan gadis yang kuat, ia juga bukan gadis yang berpangkat. Ia bukan seorang putri juga. Ia bukan gadis yang kuat, ia tak berhak mengatur kehidupan Iqbaal.
"Aku tahu, sebenarnya raut wajahmu mengatakan kau tidak ikhlas jika kakakku menggauli gadis lain" Ujar Louise tiba tiba. Ia bangkit dari kursinya, mendekati (Namakamu).
"Ti--tidak" Cicit (Namakamu) gugup, ia menundukkan pandangannya.
"Aku bisa membantumu suatu saat, untuk memata matai kakakku sendiri, dan mengungkap, siapa gadis dibalik rumah pondok yang diselundupkan kakakku" Ujar Louise. (Namakamu) seketika mendongak, manik biru terang antara (Namakamu) dan Louise bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Obsession || IDR✔ 18++
Random⚠MATURE CONTENT!!!⚠ (Namakamu) Cecile gadis desa pembangkang 13 tahun yang diculik paksa dan orang tuanya dibunuh didepan matanya lalu ia dibawa oleh pihak kerajaan untuk dijadikan selir calon raja bangsawan Wessex. Ia menjadi selir termuda dan o...