097

2K 277 186
                                    

(Namakamu) tidur sambil memunggungi Iqbaal. Gadis utu tidak bisa tidur. Ia memilih untuk memunggungi Iqbaal dan tidur sambil memeluk Alston. Gadis itu mengusap air matanya. Ia sakit hati. Perasaannya bak dikoyak oleh Iqbaal. Ya, ia memang sudah tak perawan. Namun usianya masih 16 tahun. Apa yang harus ia lakukan agar suaminya itu puas dan menuntut kepuasan? Haruskah (Namakamu) merelakan Iqbaal yang bersama Sesilia, karena Sesilia masih sangat belia, usianya bahkan 2 tahun lebih muda dari (Namakamu). Dan perlu diingat, Iqbaal mendapatkan Sesilia dalam keadaan perawan, dan Sesilia hanya disentuh oleh Iqbaal sepanjang hidupnya dan belum melahirkan anak, bayangkan, seberapa sempitnya Sesilia.

Iqbaal terbangun dan mengusap matanya. Ia melirik gadis yang menjauhinya. (Namakamu) tersadar dan menarik isaknya. Gadis itu memejamkan matanya untuk berpura pura tertidur.

Iqbaal mendekati (Namakamu) dan mengecup pipi sang gadis. Ia tahu (Namakamu) menangis semalaman dan marah padanya, ia tersenyum kecil. (Namakamu) masih tak mau berbalik.

"Aku pergi dulu ya?" Ujar Iqbaal. Sontak (Namakamu) membulatkan matanya, bahkan ini masih pukul 7. Bukannya Iqbaal berangkat kerja siang?.

(Namakamu) menarik isaknya dan mengangguk. Iqbaal tersenyum tipis.

Cup

Pria itu langsung turun dari ranjang setelah mengecup (Namakamu). (Namakamu) masih tak mau berbalik, aia membiarkan Iqbaal berkutak katik disana.

"Semalam aku memasak ikan panggang, jika kau mau sarapan, sarapan saja" Ujar (Namakamu) tanpa berbalik. Iqbaal menggeleng.

"Aku sarapan diluar saja. Aku tidak mau masakan dingin yang tidak enak"

Deg

(Namakamu) tersenyum getir menahan isaknya. Ia perlahan mengangguk. Kenapa sekarang Iqbaal blak blakan? Iqbaal kembali seperti dulu, ia sering menghina (Namakamu)--bukan menghina--memang (Namakamu) akui yang Iqbaal katakan adalah kenyataan. Namun haruskah ia tak memikirkan perasaan (Namakamu)?.

Percayalah, setidak enak apapun masakan gadis itu, ia selalu mencicipinya, apakah enak atau tidak, ia menuangkan sepenuhnya rasa kasih sayangnya saat memasak untuk keluarga kecilnya, sambil tersenyum tulus sesekali saat memasukkan beberapa bumbu. Ia juga sudah belajar memasak dengan Rose sejak kecil, namun apakah masih tak enak? Kenapa Iqbaal berkata seperti itu?.

"Oh iya--maaf, nanti aku akan membeli beberapa stok bumbu" Lirih (Namakamu). Iqbaal menggeleng.

"Mau pakai bumbu satu lemaripun, jika memang masakanmu tidak enak ya tidak enak! Nanti aku akan membeli makanan diluar saja" Ujar Iqbaal menohok.

(Namakamu) tersenyum kecil dan mengangguk. Matanya sudah berkaca, sedetik lagi--setetes air mata kepedihan, kehancuran dan kekecewaan akan menetes.

Tesss

Setetes air mata gadis ini jatuh.

"Aku pergi dulu, jika kau ingin belanja, belanja saja sendiri, aku bukan pembantumu" Ujar Iqbaal.

Deg

"Lalu--anak anak bagaimana?" Lirih (Namakamu).

"Dirumah saja, kunci dari luar. Aku pergi" Ujar Iqbaal. (Namakamu) mengangguk lirih, hingga gadis itu mendengar suara Iqbaal membanting pintu dan pergi begitu saja.

Gadis itu memegangi dadanya. Ia menangis, sangat sakit yang ia rasakan. Semenjak Iqbaal meminta jatah tadi malam, Iqbaal menjadi kasar. Apakah karena (Namakamu) tak sempit lagi, itu yang membuat Iqbaal menjadi kasar seperti sekarang?.

Hingga Ava dan Lea bergerak gelisah. Ini waktunya untuk menyusui, (Namakamu) duduk dan membuka resleting dadanya. Ia memangku Ava dan Lea. Ava menyedot susunya disebelah kanan, dan Lea menyedot susunya disebelah kiri. (Namakamu) mengecup dahi kedua bayi kembarnya.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang