Selama diperjalanan dikapal, (Namakamu) menyenderkan kepalanya dipundak Iqbaal. Ia merasa sangat pusing dan lemas, apalagi saat sudah ntah keberapa kalinya ia muntah. Dan ini pertama kalinya ia naik kapal, ia merasa seperti ikan yang mengambang di atas air.
"Kau sudah baikan?" Begitu kata Iqbaal, (Namakamu) mengangguk.
"Atau kau ingin duduk dipangkuanku. Dan kau harus tahu, jika itu terjadi maka aku tidak akan membiarkanmu hanya duduk." Goda Iqbaal dengan nengedipkan sebelah matanya. (Namakamu) berdecak sebal.
"Tidak, aku hanya menumpang bahumu" Ujar (Namakamu), kapal bergerak laju di atas air, membuat tubuhnya tergoncang goncang diambang air. Tak sekali dua kali kepala (Namakamu) terpental bahu Iqbaal dan mengocok perutnya, (Namakamu) mencoba memegangi perutnya yang merasa dikocok kocok dan membuatnya benar benar mual.
"Huekk" Muntah (Namakamu) di jendela, Iqbaal meliriknya dan menarik pinggang (Namakamu). (Namakamu) duduk dipangkuan Iqbaal dan Iqbaal membantu meringankan mual (Namakamu) dengan melingkarkan tangan kekarnya di perut kecil dan rata (Namakamu).
"Sedikit lebih baik" Gumam (Namakamu), ia benar benar lemas, ia memejamkan matanya.
"Kau mau makanan?" (Namakamu) menggeleng.
"Tidak, ini sudah cukup" Pelukan Iqbaal benar benar menghangatkan tubuhnya. Melindungi perutnya dari goncangan ombak.
"Bilang saja kau memang ingin kupeluk" (Namakamu) memicing tajam ke arah Iqbaal. Iqbaal tertawa dan mengecup daun telinga sang gadis.
:::
(Namakamu) terbangun saat ia tidak merasa goncangan diperutnya lagi. Ia terbangun di sebuah kamar dengan ranjang yang empuk dan besar, sama seperti ranjang Iqbaal sewaktu di istana. (Namakamu) mencari Iqbaal ke sekeliling ruangan, tapi ia tak menemukan siapapun. Hingga kakinya turun dari ranjang dan keluar dari kamar.
Istana ini tak begitu ramai seperti istana Iqbaal. Hanya ada 2 pengawal yang berdiri di ujung lorong, dan tak ada pengawal yang berjaga didepan ruangan.
(Namakamu) berlari kecil saat ingin menghampiri pengawal, bertanya dimana keberadaan Iqbaal, namun sesuatu menyandung kakinya, membuat ia hampir terjatuh. Untungnya ia langsung menumpukan tangannya pada tembok lorong. Ia mengatur nafasnya.
"Rasakan Miley, ini hukumannya jika kau mempermalukan seorang pangeran yang tampan, hahaha" (Namakamu) menoleh kebelakang, apa katanya? Miley?.
Seorang pria yang mungkin seumuran dengan Louise tercengang menutupi mulutnya, seorang pria berbadan tinggi dengan rambut pirang terang, kulit putih bersih, hidung yang mancung, bibir merah ranum yang sangat manis jka dirasakan dan iris mata hazel satu tingkat lebih terang dari rambutnya yang sangat unik.
"Oops, maaf, kau tidak apa?" (Namakamu) menggeleng. Pria itu membantu (Namakamu) meneggakkan tubuh.
"Iya, aku tidak apa apa" Ujar (Namakamu), (Namakamu) membersihkan gaunnya. Pria itu menatapnya dalam.
"Maaf, aku salah orang, kufikir kau Miley, adikku" Ujar pria itu, (Namakamu) tersenyum kecut, dia merasa sangat canggung sekarang.
"Edgar Wesley" Ujar pria itu mengulurkan tangannya pada (Namakamu). (Namakamu) menyambutnya dan tersenyum kecut.
"(Namakamu) Cecile, salam kenal, Edgar" Ujar (Namakamu), pria itu tersenyum kecut. Apakah setiap bangsawan berparas sempurna?.
"Baiklah, bisakah aku berbincang denganmu sebentar?" Ujar Edgar, (Namakamu) melirik ke sekitarnya, tak ada siapapun, bahkan Iqbaal yang ia cari cari juga tidak ada. Akhirnya (Namakamu) mengangguk.
"Baiklah, dimana kamarmu?" (Namakamu) menggeleng, ia mengikuti langkah besar Edgar.
"Aku tidak tahu, sepertinya aku tidak punya kamar, karena tadi saat aku bangun, aku sudah berada disalah satu kamar yang tak ku kenal" Edgar mengangguk angguk, akhirnya ia membawa (Namakamu) masuk ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Obsession || IDR✔ 18++
Diversos⚠MATURE CONTENT!!!⚠ (Namakamu) Cecile gadis desa pembangkang 13 tahun yang diculik paksa dan orang tuanya dibunuh didepan matanya lalu ia dibawa oleh pihak kerajaan untuk dijadikan selir calon raja bangsawan Wessex. Ia menjadi selir termuda dan o...