095

2.6K 318 49
                                    

(Namakamu) tersentak dalam tidurnya. Ia memunggungi anak anak, gadis itu mengelus rahang sang suami.mia sama sekali tak menyangka bisa menjadi bagian hidup dari pria keras kepala ini. Tidak masalah jika Iqbaal tidak menjadi kaisar, hanya saja satu yang ia inginkan. Hidup bersama dengan suami tanpa ada pengganggu.

"Tidak bosan menatapiku, huh?" Gumam Iqbaal dalam tidurnya. (Namakamu) menurunkan tangannya seketika. Iqbaal membuka matanya perlahan dan menatap sang istri dari dekat. Bahkan bulu mata mereka sudah bersentuhan.

"Apa sih" Gumam (Namakamu) memejamkan matanya. Iqbaal tersenyum kecil dan mengecup dahi sang istri.

"Kapan kita bisa bercinta?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) langsung membulatkan matanya.

"Kapan kapan ya Iqbaal, mungkin tiga hari lagi setelah aku baikan, aku bisa menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri, tapi kumohon jangan keluar di dalam" Lirih (Namakamu).

"Aku ingin keluar di dalam, please" Lirih Iqbal. (Namakamu) menggeleng.

"Jangan, sudah cukup lima, Iqbaal, kumohon. Aku tidak bisa membayangkan jika anakku nanti akan kembar lagi atau bahkan bisa mencapai kembar 3, mati aja aku" Lirih (Namakamu).

"Huh, yasudahlah, tidak apa apa" Lirih Iqbaal pasrah. Iqbaal nampak pasrah dan bangkit. Namun Iqbaal membelalak dan kembali terjungkang ke ranjang.

(Namakamu) terkaget cemas. Gadis itu menghampiri Iqbaal dan mengusap bahu Iqbaal, Iqbaal kenapa?.

"Ah (Namakamu)--aku tidak bisa bangkit" Isak Iqbaal menatap wajah (Namakamu). (Namakamu) menggeleng dan menyentuh kaki Iqbaal. Iqbaal nampak diam saja. Padahal Iqbaal tidak ada kemana mana, kenapa bisa ia lumpuh lagi?--

Tidak---jangan bilang Iqbaal lumpuh lagi.

"Kau merasakannya?" Ujar (Namakamu) cemas dan mengurut kakinya. Iqbaal menggeleng.

Bagus--wajah (Namakamu) sekarang benar benar memucat.

(Namakamu) meloncat dari ranjang dan berjalan ke arah lemari, untuk mencari minyak panas tersebut. Namun Iqbaal hanya tersenyum santai sambil sesekali menatap bokong sang istri dan menjilat bibirnya.

Tentu ia santai, karena obat yang hampir membuatnya mati tersebut sudah disembunyikannya.

Dan percayalah, ini hanya akal akalan Iqbaal, ia berharap agar (Namakamu) seperti kemarin, rela melayani Iqbaal tanpa disuruh.

Licik? Tentu.

Namun rencana Iqbaal benar benar bodoh.

"Dimana minyak panasnya? Aku tidak menemukannya" Lirih (Namakamu) hampir menangis. Ia kembali cemas. Sementara Iqbaal masih bersender dipinggir ranjang dan menjulurkan kakinya, menatap (Namakamu) lemas.

"Apa aku akan membeli obatnya di pasar, kau tunggu ya?" Ujar (Namakamu) sambil menyentuh leher Iqbaal dengan punggung tangannya, memastikan suhu tubuh pria itu panas atau tidak.

Malahan bukannya tadi malam dan baru saja tadi, Iqbaal baik baik saja dan mengajaknya bercinta? Kenapa bisa jadi seperti ini?.

"Jangan--jika kau berjalan satu langkah saja dari sini, maka aku akan bunuh diri" Lirih Iqbaal. (Namakamu) terkejut dan menggelengkan kepalanya.

"Apa?! Kau kenapa?!" Pekik (Namakamu) kaget dan langsung memeluk Iqbaal. (Namakamu) menangis di dada Iqbaal, Iqbaal memeluk (Namakamu) dan ikut menitikkan air mata.

"Jangan tinggalkan aku, saat ini aku butuh kamu" Lirih Iqbaal menangkup wajah (Namakamu). (Namakamu) mengangguk dan meremas tangan Iqbaal.

"Tetapi berjanji untuk mengatakan padaku, apa yang terjadi padamu?" Lirih (Namakamu). Iqbaal benar benar membutuhkan pengobatan lagi saat ini.

"Tidak penting (Namakamu)--biar saja aku mati, aku tidak punya semangat hidup lagi, aku tidak percaya dengan diriku sendiri, jika kau mau meninggalkanku, tinggalkanlah, aku hanya orang lumpuh yang--"

"Shhh Iqbaal--jangan berbicara seperti itu, aku mencintaimu dalam apapun kondisimu, aku berjanji" Lirih (Namakamu). Iqbaal menggeleng.

"Kau cantik, pergilah mencari pria yang lebih sempurna dariku, aku tidak pantas menjadi suamimu" Lirih Iqbaal. (Namakamu) menggeleng dan mengusap pipi Iqbaal.

"Apa sih ribut ribut!" Pekik Kingston berguling sambil mengusap matanya.

Krystal menguap dan menggaruk matanya dengan telunjuknya. Lalu Krystal menggaruk bokongnya dan meletakkannya dihidung Kingston.

Plakk

Kingston memukul wajah Krystal. Membuat Krystal teebangun dan langsung mengerjap. Krystal terduduk seketika dan menatap datar, ia masih oleng, tubuhnya masih terombang ambing, air mata dari tidur nyenyaknya bahkan masih membasahi kelopak matanya. Krystal mencoba mengumpulnya sedemikian nyawanya baru berbucara.

Kingston langsung duduk dan menatap Krystal. Lalu Kingston menatap (Namakamu) dan Iqbaal yang sedang menangis dan berpelukan.

"Mama kenapa?" Tanya Kingston. Krystal juga menatap (Namakamu). (Namakamu) menggeleng dan menepis air matanya.

"Ayah kalian kembali lumpuh" Lirih (Namakamu). Seketika Krystal memekik terkejut dan menutupi mulutnya dengan telapak tangannya.

"Jadi ayah gak bisa jalan lagi?" Ujar Kingston, Iqbaa
Menggeleng dan menepis air matanya.

"Tidak, bahkan ayah tidak akan merasakan rasa sakit apapun yang menimpa kaki ayah selama ini" Lirih Iqbaal.

Hingga Krystal berdiri sambik terjajar jajar dan berjalan ke arah Iqbaal sambil merentangkan tangannya. Iqbaal senang, ia fikir Krystal ingin memeluknya dan memberinya semangat, hingga---

BRAKK

"ARGHHHHHHHHHH!!!!!" Pekik Iqbaal keras sat Krystal meloncat di kaki Iqbaal dan duduk di kaki Iqbaal. Krystal menatap Iqbaal tanpa dosa.

"Tidak sakit kan ayah?" Tanya Krystal. Iqbaal menggeleng dan menepuk wajahnya sendiri, Iqbaal mengurut pelipisnya.

"Jadi kau berbohong?" Lirih (Namakamu) tak percaya. Iqbaal mengangguk.

"ARGHHHH SAKIT SEKALIII!" Ringis Iqbaal saat Krystal meloncati tulangnya bak trampolin.

Haii, maaf aku baru update dan semalem ngilang hehe, ini juga part draft karena semalem aku dirawat di klinik dan cuma sehari doang di suntik terus di infus, karena ga terlalu parah. Jadi aku bisa pulang dan alhamdulilah agak enakan, makasih buat semuaa supportnyaa ilyy❤❤

Oh ya, aku bakal ngetik 1 PO dan 2 BAB lagi dong buat kalian? Thanksss babee❤❤❤

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang