021

6K 375 101
                                    

Edgar menggenggam tangan gadis yang tanpa sengaja tertidur dibahunya dengan lembut. Perjalanan mereka sebentar lagi akan sampai ke istana terbesar Persia, ini bukan kemauannya. Tetapi kemauan sang gadis.

Setelah ini, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Denmark, Edgar hanya ingin membelikan (Namakamu) rumah dan perlindungan untuk anak anak (Namakamu) selama beberapa tahun kedepan.

Edgar menepuk pelan pipi (Namakamu) saat mereka telah sampai di tujuan mereka. (Namakamu) terbangun dan mengucek matanya, memandang ke sekeliling. Lalu mendongakke arah wajah pangeran yang ada diatasnya. Ia sungguh tak menyangka, ia akan berada ditengah tengah para pangeran kerajaan.

"Maaf" Ujar (Namakamu) dengan suara yang sayu, ia menyesal telah menyender dibahu Edgar, ia benar benar merasa lancang, karena Edgar bukan siapa siapanya, terlebih mereka baru kenal beberapa hari. Tetapi Edgar memasang wajah yang lebih ceria dari biasanya.

"Tidak masalah, ayo turun, dan berpamitan pada Helena" Ujar Edgar. (Namakamu) mengangguk dan perlahan turun dari kereta kencana yang sudah disewa oleh Louise khusus untuk Edgar dan (Namakamu) selama di persia.

Para pelayan menunduk berjajaran seketika, bukan untuk menghormati (Namakamu), tetapi pangeran tunggal dari Denmark, Edgar.

Helena menjatuhkan nampannya seketika kala melihat (Namakamu), ia memeluk (Namakamu) sangat erat dan menangis dibahu (Namakamu). Helena mengelus dagu (Namakamu) yang melepuh karena air keras. Helena tak bisa menahan isak tangisnya, ia menangis sangat deras dan (Namakamu) kembali merasakan kehangatan pelukan tulus yang sangat membuatnya benar benar lega dan nyaman, hanya satu pelukan, hanya dari Helena dan ibunya.

"Kau kenapa, tuan putri? Kau tidak apa apa?" Ujar Helena, tak kuasa membendung air mata, (Namakamu) menumpahkan air matanya dan kembali memeluk tubuh hangat Helena. Bayang bayang kala ia menghardik Helena sungguh membuatnya menyesal. Bagaimana bisa ia menghardik wanita setulus Helena?.

"Helena, aku tak punya banyak waktu, aku kesini untuk berpamitan padamu" Lirih (Namakamu). Helena kembali menangis dengan terisak dan memeluk erat tubuh (Namakamu) kembali dengan sangat erat dan takut kehilangan.

"Jangan tuan putri, jangan tinggalkan aku, jangan" Pinta Helena menggeleng keras. Kini wajah anggunnya dibasahi oleh air mata.

"Helena, tidak bisa. Jika aku mencoba untuk semakin lama bertahan disini, itu namanya kau senang jika aku terus menerus disakiti oleh pangeranmu" (Namakamu) menangkup wajah Helena, menghapus air mata Helena.

"Percayalah, aku pasti akan kembali. Helena" Helena menggeleng.

"Kumohon jangan, tuan putri. Hanya kau semangatku untuk tetap berada disini, hanya kau, hanya kau alasanku untuk tetap melanjutkan kehidupan yang keji ini" (Namakamu) menggeleng dengan lirih dan tersenyum tipis, kembali memeluk Helena.

"Aku juga, aku juga tidak bisa hidup tanpamu. Hanya saja, aku tidak bisa terus menerus seperti ini. Fisikku lemah, batinku juga lemah" Lirih (Namakamu).

"Tidak tuan putri, kau pasti kuat menghadapi semuanya. Aku akan mendampingimu, anggap aku ibumu, ibu kandungmu yang akan selalu menjagamu disetiap detik" (Namakamu) semakin terisak, ia tak bisa menahan tangisnya kala bayang bayang ibunya yang selaly menjaganya dulu, sebelum pangeran bengis iti mengakhiri semuanya.

"Tidak Helena, salahnya aku gadis yang lemah" Helena menghapus air mata (Namakamu) dan menggeleng.

"Sudah, biarkan saja gadis pemberontak ini pergi dari sini, pasti pangeran Iqbaal juga sudah mengusirnya, lagipula dia gadis yang menyusahkan" Cibir Jack, yang merupakan tangan kanan Iqbaal. Hati (Namakamu) terhenyak, mengapa masih saja banyak yang membencinya? Apa salahnya? Apa karena ia hanya gadis yang lemah?.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang