012

7.7K 435 113
                                    

Iqbaal membanting vas bunga yang ada di hadapannya, ia berjalan lebih unggul dari Helena, ia menendang kasar pintu kamar pribadi milik (Namakamu). Helena tak salah.

Percikan air bercampur darah sudah merembes hingga kelantai luar kamar mandi. Tanpa fikir panjang dan aba aba ia menendang pintu kamar mandi, tetapi tak terbuka juga.

"Shit!" Rutuk Iqbaal, suara memekakkan telinga. Hingga pintu terbuka lebar, menampilkan seorang gadis mengambang berendamkan air berwarna merah, bau amis menyebar.

Tanpa fikir panjang Iqbaal menyingkirkan pisau yang digenggam (Namakamu), ia menggendong tubuh polos (Namakamu). Ia meletakkan tubuh (Namakamu) diatas lantai marmer dibawah ranjang setelah berhasil membawa (Namakamu) keluar dari kamar mandi.

"Sialan! Panggil tabib cepat!" Sentak Iqbaal, Helena mengangguk panik. Iqbaal mengacak kepalanya, ia panik kala pergelangan tangan (Namakamu) dilumuri darah. Ia menggendong tubuh sang gadis ke ranjang setelah mengeringkan tubuh (Namakamu).

Iqbaal tersedak oleh liurnya sendiri kala ia merasa 'naik' saat melihat tubuh polos (Namakamu) sekarang, terlebih ia belum merasakan pelepasan dari tubuh jalang yang ia gauli tadi, terlebih ia masih merasa penasaran kenapa (Namakamu) tak pernah merespon sentuhannya, padahal sudah dua kali ia menggauli tubuh (Namakamu).

Jemari Iqbaal terulur menyentuh benda kenyal yang bergantungan di dada (Namakamu), namun fikirannya terbuyar saat darah kental semakin membanjiri selimut. Iqbaal menutupi tubuh (Namakamu) dengan selimut, tak ingin tubuh gadisnya dilihat oleh tabib tua itu.

Ceklek

Tabib beranjak lebih cepat ke arah tubuh (Namakamu)

"Luka nona (Namakamu) tak terlalu serius, pangeran. Hanya saja ia kekurangan banyak darah, seperti waktu pertama kali percobaannya bunuh diri" Iqbaal mendengus lega, ia menggenggam erat pergelangan tangan (Namakamu) yang sebelah lagi.

"Buat dia kembali sadar! Aku akan memberikan berapapun koin emas yang kau minta!" Tabib mengangguk, ia terus berusaha memberhentikan darah (Namakamu) yang terus menyucur keluar, darahnya tak seperti pertama kali (Namakamu) mencoba mengakhiri hidupnya, dan darahnya tak kunjung berhenti, membuat tabib semakin panik.

Tabib mengompres pergelangan tangan (Namakamu), menyiram pergelangan tangan sang gadis dengan ramuan penghenti darah, dan membuat darah sedikit demi sedikit berangsur berhenti. Setelah benar benar berhenti, tabib melilitkan perban di pergelangan tangan (Namakamu).

"Kondisi nona benar benar melemah untuk beberapa waktu, jangan biarkan ia menggerakkan pergelangan tangannya selama kurang lebih sebulan dan jangan berikan aktifitas ekstrem padanya, tolong perhatikan nutrisi dan baiknya mental nona" Iqbaal mengangguk, begitu juga Helena. Tabib pamit meninggalkan beberapa botol ramuan untuk (Namakamu).

"Helena, tinggalkan kami" Titah Iqbaal, Helena mengangguk setuju dan meninggalkan kedua majikannya, Iqbaal menatap wajah lemah yang ada dihadapannya, lagi dan lagi ia mencoba menyakiti gadisnya.

"Ternyata kau kebal juga ya, aku jadi bingung tuhan menganugrahkan berapa nyawa untukmu" Iqbaal mengecup bibir (Namakamu) sekilas, tangannya terulur membuka selimut, dan kembali memampangkan tubuh polos sang gadis.

"Aku hanya tidak ingin kau disentuh oleh Louise, (Namakamu)" Iqbaal menyatukan hidungnya dengan hidung sang gadis.

"Dia pria bajingan yang pernah kau kenal, kau tahu? Kau hanya milikku, catat (Namakamu), catat!" Desis Iqbaal.

"Hanya kau gadis yang ku kekang, jika gadis lain yang pernah tidur denganku disentuh Louise, aku tak perduli sama sekali, bahkan Victoria sekalipun aku tak perduli, bahkan aku dengannya berbagi selir, tetapi tidak denganmu sayang. Ntah mengapa aku tidak rela jika kau disentuh pria lain, sementara kau saja tak pernah merespon sentuhanku sama sekalipun, bahkan terlihat seperti aku yang memuaskanmu" Iqbaal mengelus lembut pipi sang gadis.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang