032

4.9K 353 328
                                    

Selama diperjalanan, Helena terus mengompres perut (Namakamu) yang sedikit mengalami pembengkakan. Sementara Louise dengan rempong menimang kedua bayi yang ada di dalam dekapannya.

Kuku (Namakamu) membiru. Membuat Helena semakin panik, karena persalinan ini terlalu mendadak. Dan usia (Namakamu) sendiri masih sangat terbilang muda, 14 tahun melahirkan kedua anak. Jika (Namakamu) berhasil selamat, maka dialah gadis pertama abad ini yang selamat dari persalinan dini.

"Kita akan kembali ke Persia" Gumam Louise. Helena mendongak menatap Louise.

"Kenapa?" Tanya wanita dengan rambut gelap cantik yang membuatnya masih tampak anggun dan awet muda.

"Aku akan memanggil tabib yang berulang kali menyelamatkan (Namakamu) disana, hanya dia yang bisa mengerti kondisi fisik (Namakamu)" Ujar Louise. Helena terdiam sejenak.

"Aku juga memiliki hak 50 persen di istana selama dia belum naik tahta, dia tidak mengganggu gugat keputusanku" Ujar Louise. Helena menggeleng, ia menatap (Namakamu) sejenak. Kuku gadis itu membiru, pertanda sarafnya melemah dan sudah diambang kehilangan nyawa. Helena menghapus gusar air matanya, ia mengangguk. Louise bergumam kecil pada pengawal lainnya.

Disisi lain.

Braghh

"Iqbaal! Aku lelah berdebat denganmu! Kau pria yang kasar! Kau tempramen!" Pekik seorang gadis yang ada didepannya.

"Sialan! Jika kau mau pergi, pergi saja, tetapi jangan bawa anakku!"

"Tidak bisa! Aku melahirkannya, memepertaruhkan nyawaku demi membawanya ke dunia, dan kau mengusirku lalu memungut anakku? Kau memang bejat!" Pria itu menunjuk kasar wajah gadis yang lebih pendek darinya.

"Pilihan ada ditanganmu, Pergi tanpa membawa kedua anakku, atau tetap disini bersamaku?!" Desisnya.

"Tidak akan! Aku tidak akan pergi tanpa membawa anakku, dan aku juga tidak akan tinggal bersamamu, kau bajingan!" Balas gadis itu dengan menunjuk wajah sang pria. Iqbaal tersulut emosi, ia membanting guci yang ada disampingnya hingga pecah.

"Aku tidak akan tinggal bersama orang kasar sepertimu. Mau jadi apa kau, huh?! Bisa bisa kau menyakiti anakku nanti"

"Itu urusanku jika aku mau menyakiti siapapun yang aku mau!" Balas pria itu.

"Kau kasar! Kau tempramen, kau tidak pantas menjadi pemimpin! Kau bajingan! Dan asalkan kau tahu, aku tidak akan mencintaimu lagi! Sudah cukup! Akhiri permainan ini! Aku muak denganmu! Aku jijik dengan suasana hatimu! Maumu apa, huh?! Jika kau ingin aku mati maka bunuh aku sekarang! Jangan sakiti aku secara perlahan, Iqbaal!" Balas gadis itu pada Iqbaal. Iqbaal terdiam sejenak, lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Bahkan sampai kau menangis darah untuk meminta aku tinggal bersamaku, tidak akan pernah!" Desis sang gadis. Iqbaal terkekeh hambar.

"KAU PERASAAN DICINTAI, BODOH!"

"PERGI DARI SINI TANPA MEMBAWA APAPUN, CEPAT!" (Namakamu) menggeleng. Ia segera mengambil kesempatan. Iqbaal lengah, ia merebut kedua anaknya dari pelukan Iqbaal. Gadis itu berlari sangat cepat, Hingga jalan buntu, hanya ada balkon dan dibawahnya adalah kolam dengan air yang keruh, persis seperti tempat pertama kali ia kehilangan pangeran kecilnya di usia tiga belas tahun. Gadis itu terpleset, membuatnya hilang keseimbangan. Kedua bayinya terlempar kebawah sana, air yang keruh, berubah menjadi air berwarna merah pekat. Darah!.

"Tidaaaaaaaakkk!"

"Anakku" Lirih (Namakamu) sangat pelan. Telunjuknya mulai bergerak. Air mata lolos dari kelopak matanya, Helena mengompres dahinya dengan air dingin.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang