030

5K 343 150
                                    

Sudah 2 bulan terhitung sejak saat itu, Iqbaal hanya tidur di istana tak lebih dari 7 kali dalam 2 bulan. Ia juga kembali ke istana saat aku sudah terlelap, lalu pergi pagi pagi sekali. Ia tak mau diganggu olehku, dan sudah 2 bulan juga dia tak pernah menyentuhku walau hanya sekedar menciumku.

Malam ini, aku berniat untuk mengunjungi kamar Iqbaal walau ia tidak ada mengundangku malam ini. Aku bergegas ke kamarnya setelah berdandan rapi untuknya, tadinya pengawal melarangku untuk masuk, tetapi aku tak perduli, aku tetap masuk dan menolak pintu kamar Iqbaal. Hingga aku melihatnya sedang mengukir sesuatu di meja kerjanya.

"Hai" Sapaku padanya, dia melirikku sekilas, lalu pandangannya kembali fokus pada ukiran batu manis berwarna biru cerah. Ia mengacuhkanku, aku tak putus asa, aku menghampirinya dan duduk disampingnya.

"Kalung yang manis, untuk siapa itu?" Tanyaku, Iqbaal melirik ke arahku, ya tuhan, sungguh aku merindukan tatapan hangatnya seperti saat ini, setelah dua bulan, aku dan dia tidak pernah sedekat ini lagi, kami hanya sebatas bertemu di depan gerbang, lalu dia berlalu begitu saja. Parfumnya masih tidak berubah, masih terasa menenangkan bagiku.

"Untukmu, hanya saja belum siap" Ujarnya, aku tersenyum kecil menahan rasa blushingku. Aku melihatnya dengan lihai mengukirnya.

"Kenapa ada dua batu?" Tanyaku, dia terdiam seketika, kemudian dia bergumam kecil.

"Aku--ingin membuat mahkota dengan batu kecil juga untukmu, jadi aku harus mengumpulkan hanyak ukiran batu kecil berwarna senada, dan aku hanya baru mengumpulkan dua batu" Ujarnya terlihat kaku, aku mengangguk sesekali memperhatikannya.

"Apakah aku boleh membantumu?" Dia menggeleng.

"Tidak, tanganmu akan bertekstur kasar nanti jika mengenai serat dari batu sialan ini, dan jangan sesekali mencoba memegang pisau cutter yang tajam lagi, okay?" Ujarnya, aku mengangguk. Ingin ranya aku kembali tidur di pelukannya, dipangkuannya, aku benar benar rindu padanya.

"Kembalilah ke kamarmu, ini sudah malam" Ujarnya, aku menggeleng, menyenderkan kepalaku pada lengannya.

"Aku kesini sengaja untuk menemuimu" Ujarku, dia tertawa kecil, dia terlihat lebih manis dari sebelumnya. Ia menyingkirkan bebatuan yang masih nampak belum rapi itu, ia memandang ke arahku.

"Benarkah?" Katanya, aku mengangguk, dia mencium bibirku sekilas, aku membalasnya dengan cepat.

"Tetapi maaf, untuk malam ini aku benar benar lelah" Ujarnya bangkit tiba tiba tanpa aba aba, kepalaku seketika terhuyung dan hampir terpelanting kebelakang. Ia merebahkan dirinya diranjang, memejamkan matanya. Aku menghampirinya dan tertidur disampingnya.

"Jangan kemana mana malam ini, tidurlah disampingku" Katanya, aku mengangguk, dan meletakkan kepalaku di dada bidangnya yang nyaman, dia mengusap kepalaku lembut.

"Kenapa akhir akhir ini kau berubah?" Tanyaku, tak ada jawaban darinya, dia masih mengelus rambutku dengan lembut.

"Aku tidak bisa kembali menyulut gairahmu, sadarkah kau? Sudah dua bulan, kau sama sekali tidak menyentuhku maupun wanita yang ada di harrem" Ujarku padanya, gerakannya berhenti.

"Aku hanya lelah beraktifitas fisik diluar sana, dan staminaku benar benar menurun" Ujar Iqbaal.

"Dan percayalah, aku tidak memiliki gadis lain selainmu" Ujar Iqbaal mencoba meyakinkan, aku mengangguk. Aku benar benar kecewa padanya, aku rindu di yang perduli padaku, meskipun ia harus mengasariku. Tetapi aku tidak bisa diacuhkan seperti ini.

"Hanya saja, jika kau memiliki gadis lain, tidak masalah bagiku, bahkan aku ingin mengenalnya, jika dia baik, aku akan berteman padanya, dan aku hanya tidak mau kau menyembunyikan apa apa dariku, aku tahu aku bukan siapa siapa, Iqbaal" Ujar (Namakamu) melirih. Iqbaal terdiam sejenak.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang