046

3.7K 312 218
                                    

"Jangan obati luka yang ada diwajahmu, biarkan Alex akan melihat karya Iqbaal, kita akan melihat pertempuran besar antar mereka" Ujar Louise selama diperjalanan. (Namakamu) menghela nafasnya. Ia terus mengusap luka lebam yang ada diwajahnya.

"Aku tidak bisa, bagaimanapun juga dia ayah dari ketiga anakku" Ujar (Namakamu). Louise menggeleng.

"Dia tidak pantas menjadi ayah dari anakmu, lihatlah, seberapa maniak dia, bukan sekali dua kali kau diperlakukan seperti ini" Ujar Louise, (Namakamu) menggeleng. Ia memejamkan matanya.

"Aku tahu,  tetapi dengan cara aku tidak kembali padanya lagi, itu sebuah pukulan besar baginya" Ujar (Namakamu). Louise tersenyum meremehkan.

"Memangnya kau bisa?" Ujar Louise, (Namakamu) menghela nafasnya, kembali menatap Louise.

"Doakan" Ujar wanita itu, Louise tertawa kecil.

"Belakangan ini tiba tiba aku merindukan ibuku" Ujar Louise. (Namakamu) menatap pria itu.

"Kenapa kau tidak mengunjungi makamnya? Jika kau mengizinkan, aku akam berdoa untuk ibumu juga" Ujar (Namakamu). Louise menggeleng.

"Hingga sekarang aku belum percaya ibuku meninggal" Sambung Louise.

"Karena disaat pemakaman, yang dimakamkan bukan jasad ibuku yang seutuhnya" Ujar Louise, (Namakamu) menatap pria itu serius.

"Ya, aku masih sangat ingat, yang dimakamkan adalah wanita yang lebih kurus dari ibuku, tetapi kondisi fisiknya bemar benar hancur, jadi orang hanya mengenali warna rambut dan kulitnya saja yang mirip"

"Aku jelas tau bagaimana kondisi fisik ibuku yang sebenarnya, karena aku adalah anak kesayangannya setelah Iqbaal" Sambung Louise.

"Aku sudah mengatakannya pada ayah, tetapi ayah bilang ibuku dibunuh dengan keji oleh salah satu selirnya yang menghilang hingga kini. Fisiknya benar benar hancur, dan aku harus mempercayainya" Ujar Louise.

"Jadi, kemana ibumu? Ya tuhan, jika memang ibumu masih hidup hingga sekarang, aku berharap ibumu akan baik baik saja" Ujar (Namakamu). Louise mengangguk, pria itu menatap sendu waita yang ada disampingnya.

"Apa kau ingat waktu pertama kali aku menciummu di koridor kamarku saat kau bertengkar dengan Iqbaal dan Victoria?" Ujar Louise tiba tiba. Nafas (Namakamu) tercekat, perlahan ia mengangguk. Mengapa tiba tiba pria ini membahas hal seperti itu?.

"Ke--kenapa?"

"Kau menamparku, itu sangat lucu" Ujar Louise, ia menatap kedepan datar.

"Lupakan, ini sangat canggung" Ujar Louise, (Namakamu) mengangguk kecil.

"Sebenarnya, dari usiaku menginjak 3 tahun. Tabib memprediksikan umurku tak sampai 20 tahun" Ujar Louise. (Namakamu) membelalak kaget.

"Ya, aku menderita penyakit paru paru, aku lupa namanya, tetapi itu disebabkan oleh bakteri. Sudah puluhan tabib yang menanganiku, tetapi mereka tetap tidak bisa. Karena penyakit ini sangat lama ditangani, semenjak usiaku 6 tahun, sudah terlalu banyak virus itu menggerogoti paru parku" Ujar Louise. (Namakamu) menggeleng lemah, mata pria itu berkaca.

"Hanya kau dan ibuku, yang tahu hal ini, kumohon jangan beritahu pada siapapun" Ujar Louise. (Namakamu) menggeleng, mata gadis itu juga berkaca.

"Jangan berbicara seperti itu kumohon, kau masih sangat kuat" (Namakamu) mengusap punggung pria itu datar. Louise menatap (Namakamu).

"Aku memang kuat diluar, tetapi hanya ibuku yang mengerti jika aku sedang terpuruk, walaupun aku sudah menyembunyikannya seperti saat ini" Ujar Louise tiba tiba, (Namakamu) menatap Louise tak mengerti.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang