072

3.1K 371 742
                                    

(Namakamu) mengangguk setelah melepaskan pelukan pada Alex. Mereka berniatt mencari temoat yang aman. (Namakamu) menggeleng, ia juga tidak bisa menyembunyikan kebusukan Iqbaal, jika memang Iqbaal lebih bahagia bersama gadis yang tadi malam ia perawani, ia harus siap angkat kaki dari kehidupan Iqbaal.

Namun hanya satu langkah (Namakamu) berjalan. Seketika seorang pria memamggio namanya.

"(NAMAKAMU)!" Pekik pria itu dari jauh. Pria itu memanggil (Namakamu) dan berlari mengenggam erat pergelangan tangan sang gadis. (Namakamu) menatap ke pria itu, ya, siapa lagi jika bukan Iqbaal?.

"Aku ingin berbicara denganmu" Ujar Iqbaal. (Namakamu) menghela nafasnya dan menatap wajah Iqbaal. Alex menajamkan matanya dengan Iqbaal.

"Kau fikir kau saja yang mau berbicara dengannya?!" Sentak Alex. Iqbaal menatap Alex. Iqbaal menggeleng.

"Tentang apa?" Lirih (Namakamu). Suara gadis itu terdengar kecewa sejak tadi malam, ia menemukan darah di paha Iqbaal--ya tuhan, lupakan (Nam)!.

"Bukan, ini tentang Alston" Ujar Iqbaal. Seketika (Namakamu) terdiam--tidak! Putranya kenapa?!.

"Alston kenapa?" Lirih (Namakamu) cemas. Iqbaal menggeleng,

"Ikut aku sekarang" Ujar Iqbaal. Alex menahan tangan (Namakamu).

"Jika ini tentabg keponakanku, aku ikut!" Ujar Alex. Iqbaal menyipit tajam ke arah pria itu.

"Ini sama sekali bukan urusanmu dude, jangan ikut campur" Desis Iqbaal. Alex menajamkan matanya.

"TENTU SAJA JIKA HAL INI TENTANG ADIKKU ATAU KEPONAKANKU, ITU URUSANKU BODOH!" Pekik Alex. (Namakamu) mengusap lengan kakaknya, menyuruh Alex meredam emosinya. Alex menatap adiknya sendu.

"Tidak apa apa, aku sebentar saja" Ujar (Namakamu). Alex menggeleng.

"Tidak, aku ikut!" (Namakamu) menggeleng.

"Nanti aku akan kembali, percayalah, hanya sebentar" Ujar (Namakamu). Alex mereda seketika, namun perasaannya tak enak. Tanpa basa basi Iqbaal langsung menarik gadisnya.

"Perasaanku tidak enak, pasti ada yang tidak beres" Gumam Alex. Alex memutuskan untuk mengikuti mereka. Padahal persidangan ibunya tinggal beberapa jam lagi.

Ceklek

(Namakamu) terkejut dan hanya bisa menunduk saat Iqbaal membawa (Namakamu) keruangan Ciara dan Amber. Sesampainya disana. (Namakamu) digiring oleh Iqbaal hingga kehadapan Ciara dan Amber yang sedang duduk disofa.

Iqbaal tidak bohong, Amber sekarang memang berpakaian gaun putih sederhana berserta luaran berwarna biru dan rambut yang diikat kebelakang, itu memang pakaian para budak disini. Sama halnya dengan (Namakamu), Amber juha menunduk. Sementara Ciara sedang menggendong Alston dan menenangkan Alston yabg merengkel dan menangis tanpa henti.

Perlahan (Namakamu) memberanikan menatap Ciara. Ciara juga menantap (Namakamu).

"Sayang, bolehkah ibu berbicara kepadamu sebentar?" Tanya Ciara. (Namakamu) mengangguk dan memajukan langkahnya. Ciara tersenyum manis pada (Namakamu), sementara gadis itu mendatarkan pandangannya.

"Ibu sangat menyayangi cucu ibu, termasuk yang satu ini, lihatlah. Sangat tampan seperti suamimu kan?" Ujar Ciara. (Namakamu) hanya diam saja, padahal wajah Alston sama sekali tak ada miripnya dengan Iqbaal. Malahan wajah Alston lebih mirip ke (Namakamu) dan Alex, tentu saja karena (Namakamu) mirip Alex, jadi Alston jiga bisa dibilang antara perpaduan Alex dan (Namakamu). Padahal (Namakamu) tak pernah berhubungan apapun dengan Alex. Jika Krystal, masih dibilang sangat wajar. Karena wajah Krystal sangat mirip dengan Iqbaal bahkan bagai Iqbaal versi bocah perempuan.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang