094

2.7K 322 49
                                    

(Namakamu) terjaga dari tidurnya, ia terus melihati kedua putrinya dan mengelus pipi sang putri barunya. Gadis itu tersenyum sesekali, karena setiap 2 jam sekali, kedua bayinya akan meminta susu secara bergantian. Membuat (Namakamu) rela terjaga dan menjaga kedua bayinya, senang? Tentu. Sejujurnya, baru sekali ini ia menyusui bayi yang meminta susu sejak baru lahir, karena Kingston, Krystal dan Alston lahir di era (Namakamu) masih helia dan belum bisa memproduksi susu, namun di usianya sekarang, gadis ini sudah jauh memiliki payudara yang lebih besar dan bisa menyusui diumurnya yang hampir menginjak 17 tahun.

Iqbaal tersadar dan menatap kesampingnya, sang istri yang tersenyum sendiri sesekali menciumi anaknya, persis seperti orang gila, batinnya.

"Mau buat anak lagi?" Tawar Iqbaal, membuat (Namakamu) tersedak oleh liurnya sendiri dan menggeleng cepat, ini saja sudah kerempongan, ya tuhan.

"Sudah ya Iqbaal. Cukup. Kumohon cukup 5 saja, aku sudah tidak kuat" Ujar (Namakamu). Iqbaal tertawa dan mengendus leher sang istri. Jika dulu, tak masalah, karema anak anak akam tinggal di istana dan kehidupannya terjamin, namun bagaimana sekarang? Rumah saja hanya 8×8. Ya tuhan Iqbaal tidak berfikir.

"Kenapa? Anak anak juga akan menjadi putri dan pangeran kan?" Ujar Iqbaal. Sontak (Namakamu) terkejut, namun Iqbaal menggeleng cepat.

"Ah tidak, lupakan" Ujar Iqbaal. (Namakamu) menggeleng lirih.

"Kenapa?" Lirih (Namakamu). Iqbaal menggeleng, mencoba mengalihkam pembicaraan.

"Tidak, kapan kau ulang tahun?" Ujar (Namakamu). Gadis itu memainkam jarinya dan berbisik sambil menghitung.

"3 bulan lagi aku 17 tahun" Ujar (Namakamu). Iqbaal tertawa kecil, memang benar, di usia 14 tahun, ia sudah memiliki Kingston dan Krystal. Di usia 15 ia memiliki Alston, di usia 16 ia memiliki dua janin kembarnya.

"Good, mama muda" Goda Iqbaal mengedipkam sebelah matanya.

Bibit Iqbaal benar benar luar biasa, dalam beberapa kali tembakan sudah menjadi janin, ya tuhan,

"Lalu, nama siapa nama kedua bayi kita yang sekarang? Kau belum memberinya nama" Ujar Iqbaal. (Namakamu) menepuk dahinya dan mengangguk--tunggu--nenek itu bilang, yang paling tua adalah yang bibirnya tebal seperti Iqbaal, sementara yang paling muda adalah yang bibir tipis sepertinya.

"Kau saja yang menentukannya, bukannya yang memberi nama sang anak itu kewajiban sang ayah?" Tanya (Namakamu). Iqbaal mengangguk, kini Iqbaal beranjak dan duduk disamping sang istri. Iqbaal menggendong salah satu anak mereka--ya--si sulung.

"Anak ayah kenapa cantik sekali hm?" Gumam Iqbaal menimang anak kembar sulungnya dan dan mengecup dahi si siulung. Tangan si sulung bergerak dan menggosok wajahnya. Iqbaal tersenyum kecil dan menatap (Namakamu).

"Havanna, Ava, anak ayah yang cantik," Gumam Iqbaal memberkati Havanna, Iqbaal mengecup pelipis Havanna dan mengusap kepala Havanna.

"Jadi kita akan memanggilnya Ava?" Ujar (Namakamu). Iqbaal mengangguk, kini Iqbaal memberikan Ava pada (Namakamu) dan menggendong si bungsu. Iqbaal mencium kepala si bungsu dan memberkari si bungsu dengan mengusap kepalanya.

"Aleanna, Lea, putri ayah yang manis" Ujar Iqbaal mencium kepala Aleanna, Aleanna menggenggam jemari Iqbaal, membuat Iqbaal tersenyum kecil dan mengusap wajah sang putri.

"Masih kecil saja sudah manis, ya tuhan, anak siapa ini huh?" Ujar Iqbaal terkekeh, (Namakamu) tersenyum manis dan mengambil Lea. (Namakamu) menimang Lea.

"Jiwa pedofilku memberontak, kau tahu?" Canda Iqbaal. (Namakamu) terkekeh kecil. Memang Iqbaal tak pernah waras.

"Ya sudah, letakkan Ava dan Lea disana, kita akan membuat adik untuk Ava dan Lea lagi, kalau bisa kembar, kembar laki laki, biar lengkap" Ujar Iqbaal tanpa berdosa.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang