008

8K 413 41
                                    

"Tuan putri, ingin makan apa malam ini?" Aku tersentak, lamunanku terbuyar seketika, aku menatap Helena.

"Ya?" Aku termenung seperti orang bodoh, Helena menarik nafasnya lalu mengulangi perkataannya.

"Aku tidak lapar" Aku menghapus air mataku gusar, Helena menghampiriku dengan ekspresi yang cemas.

"Tuan putri, kau belum makan dari siang, apa yang terjadi padamu?" Aku menatap mata Helena dalam, karenanya aku bermalam dengan Iqbaal malam ini, yatuhan, aku tidak bisa menyalahkannya juga, dia cukup baik padaku. Aku memeluknya, aku merindukan pelukan hangat dari seorang ibu.

"Helena" Isakku, dia mengelus puncak kepalaku, aku menumpahkan tangisanku dipelukannya.

"Kau kenapa, sayang?" Helena mengecup puncak kepalaku, lihatlah, bahkan ia sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri.

"Aku takut hamil" Ujarku, aku menatap wajahnya, dia nampak menganga lebar dan menutupi mulutnya dengan tangannya.

"Kau--kau--"

"Kami bermalam, dan katanya dia mengeluarkan di dalam" Isak tangisku pecah, aku memeluk tubuh Helena, dia membalas pelukanku sangat erat, ia mengecup puncak kepalaku.

"Bagus jika kau hamil, siapa tahu dia akan berubah" Aku menatap wajah Helena lagi, menghapus gusar air mataku.

"Tidak--" Aku sangat terisak, ntahlah, aku tak tahu sudah seberapa lebam mataku, menangis seharian semalaman, tidak! Lebih tepatnya setiap hari aku menangis, semenjak aku mengenal tempat ini, tiada hari tanpa tangisan.

"Dia bilang dia akan membunuhku dan anakku jika sampai aku hamil" Ujarku sambil menangis, yatuhan, mengapa aku sangat cengeng sekarang? Dulu bahkan aku adalah anak ayah paling kuat, saat aku terjatuh, bagiku sangat pantang untuk menangis.

"Yatuhan, dia tidak akan melakukannya, seorang ayah mana yang tega membunuh calon bayinya sendiri?" Ujar Helena, tetapi dia berbeda, dia manusia paling kejam yang pernah kutemui.

"Yatuhan Helena, aku tidak tahu jika aku sampai hamil" Ujarku, Helena mengecup puncak kepalaku.

"Jangan dengarkan ancamannya, aku yakin jika dia melihat langsung anakmu, dia akan luluh" Ya, aku berharap seperti itu, Helena.

:::

Iqbaal POV On✅

"Sialan! Tangkap mereka Louise!" Louise memang bodoh, ia selalu menganggarkan pedangnya pada pedagang yang mencoba menyerang kami, aku memenggal kepala orang tua yang menahan anaknya satu persatu, gadis mereka sangat berarti untuk kekaisaran ku nanti.

Aku melihat seorang gadis kecil yang sangat menarik, dia lebih kecil dari yang lain, matanya berwarma biru terang, tubuhnya, yatuhan, sangat mempesona, walaupun ia tak memiliki lekukan, tetapi ia seperti gadis polos.

Aku mendekatinya, matanya elangnya mengintai pergerakanku, rambut blonde gelapnya berterbangan membuat dirinya semakin mempesona, padahal ia masih sangat kecil, tetapi ia memiliki pesona yang menarik.

Ctass

"Ibuuuu! Ayahhhhh!" Pekiknya memekakkan kupingku saat aku memenggal kedua kepala orang tuanya, wah, dia menatapku tajam. Yang benar saja, seorang gadis kecil menatapku dengan tatapan tajam, membunuh, dan memberontak. Hanya dia gadis yang mengumpulkan keberanian menatapku tajam.

"Aku membencimuuuuu!" Dia melemparkan sebuah belati dan menusuk tepat di jantungku. Aku membencinya dan bersumpah akan memenggalnya dengan tanganku sendiri.

Ctasss

"ARGHHHHHHHH!" Aku terbangun, menatap ke sekeliling, lilin yang dinyalakan dan suasana benar benar senyap. Apa yang aku mimpikan? Gadis sialan itu membunuhku? Hei, bahkan detik ini aku bisa memenggal kepalanya, kenapa aku menjadi takut padanya? Sialan!.

Aku mengurut pelipisku, aku tak mengerti mengapa aku sangat membencinya, yatuhan. Tetapi apakah namanya membenci, jika disaat ia terluka, batinkupun seperti terasa terluka. Jika dia menangis, maka hatiku merasa gelisah. Jika dia dilirik pria lain, hatiku terasa panas. Apakah itu? Aku baru merasakan hal ini, dan jika ia memberontak, rasanya aku ingin menampar wajahnya, sialan!.

Dan aku bersumpah demi apapun, aku akan menginjak injak harapannya untuk aku menikahinya secara sah, dan aku tidak akan jatuh pada gadis sialan sepertinya!.

Iqbaal POV Off❌

:::

Aku terbangun kala mendengar suara Helena membangunkanku, aku membuka mataku sedikit dan menatap Helena sedang memegang nampan. Aku duduk dan bersender di sisi ranjang.

"Tuan putri, waktunya sarapan" Ujarnya, aku duduk dan mengambil semangkuk sereal yang disiapkan Helena, aku mulai memasukkannya kedalam mulutku, Helena duduk di sampingku dan menyisiri rambutku dengan lembut.

Tiba tiba sesuatu mengolok perutku, aku menyingkirkan semangkuk sereal ini dan pergi ke kamar mandi yang ada didalam kamarku.

"Huekkkk" Aku memuntahkan apa yang kumakan tadi, tubuhku sangat lemah.

"Huekkkk"

"Tuan putri, kau baik baik saja?"

"Huekkk"

Helena mengurut pundakku, aku terus memuntahkan isi makananku hingga tibuhku terperosot kebawah dengan lemah.

"Tuan putri, kau kenapa?" Aku menggelengkan kepalaku, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Sudah sangat lama aku tidak muntah, terakhir aku muntah saat aku berusia 6 tahun dan terkena diare, ayah mencekokiku dengan susu murni dan beberapa hari kemudian aku merasa lebih baik.

Pintu tiba tiba terbuka, Helena membopongku untuk bangkit, aku memegangi dada dan perutku, aku mendongak dan--

Sialan!

Iqbaal, dia menatapiku dari atas sampai bawah dengan tatapan mengintimidasi.

"Kau kenapa?" Katanya. Aku menggeleng.

"Tuan putri sedang tidak enak badan, akhir akhir ini dia jarang menerima makanan" Ujar Helena, aku mengatur nafasku dan kembali menatapnya.

"Kenapa kau tidak sekalian saja mati?" Sialan! Bisakah dia sehari saja tidak mengejekku? Dia tertawa dan mengolok ekspresi wajahku.

"Baiklah, malam ini siapkan dia, antar dia ke kamarku malam ini" Aku tersentak kaget, aku menatapnya dan dia langsung berbalik pergi dari kamarku. Aku kembali mengatur nafasku.

"Tuan putri, tuan putri tidak apa apa?" Helena memberikan aku segelas air putih dan mendudukkan ku di sofa empuk ini.

"Aku---" Aku tak mengerti harus berkata apa lagi.

"Helena, tolong cek aku" Aku tahu Helena juga berperan sebagai bidan, ka mengagguk dan merapikan surai rambutku yang berantakan.

"Pasti tuan putri, saya akan mengecek keadaan anda dan saya pastikan anda akan baik baik saja" Dia menangkup wajahku yang pucat dan mencoba menenangkanku.

"Aku takut hamil"

Deg

Wajah Helena memucat seketika, pergerakannya reflek terhenti.

"Tidak masalah jika dia membunuhku, tetapi tidak dengan anak yang tak bersalah" Tak terasa air mata lolos di mataku.

Prince Obsession || IDR✔ 18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang