"Kali ini siapa lagi yang harus kita interogasi ?"
"Seorang anak remaja, ia telah mencuri dari toko senjata api dan membunuh setidaknya dua puluh orang di sekolahnya."
"Lagi, Samantha ? Rasanya kemarin aku sudah memukuli dua orang anak yang menembak di sekolah mereka, setidaknya lima belas tewas." obrolan mereka berhenti ketika anak itu masuk ke dalam ruang interogasi.
"Kau bisa memulai interogasi ini pak." aku berjalan ke depana anak itu dan duduk di depannya. "Kau pikir kau seorang jagoan dengan menembak di sekolah hah ?"
"Kau tak tahu bagaimana cara mendapatkan martabat di sebuah tempat yang memiliki hukum rimba."
"Lalu apakah alasan itu yang membenarkan kau untuk membunuh mereka semua ?"
"Ini hidupku! Tak ada yang berhak mengaturnya selain diriku, bahkan kedua orangtuaku."
"Kalau begitu mengapa kau tak menembak mereka saja hah ? Karena mereka pasti akan mengaturmu." ia diam. "Kau hanya berpura-pura saja bocah tengik." kudorong dahinya dengan dua jari. Terlihat tatapannya begitu marah ketika kulakukan itu, kutatap kembali ia, kami saling menatap, ia dengan wajah yang kesal sedangkana aku tersenyum.
Samantha menenggak secangkir coklat, lalu membersihkan bekas coklat di bibirnya dengan jilatan. Seketika kulihat matanya membesar, hal itu menarik perhatianku, aku segera melihat kearah Samantha. "Ini adalah ide cerdas." aku menghampiri Samantha dan membisikkannya di telinga.
Aku keluar dari ruang interogasi untuk membeli sebuah permen anak kecil untuk Samantha. Lalu kembali dan memberikan itu kepada Samantha. "Lakukan bagianmu." ia berjalan dan membuka permen itu di depan anak itu. "Kecantikanmu akan membunuhnya, kuyakin itu." ucapku pelan, hanya diriku saja yang bisa mendengar.
"Jadi," jilatan sensual memulai pertanyaan itu, terlihat matanya terfokus pada lidahnya. "mengapa kau membunuh mereka semua ?" jilatan pada permen itu telrihat makin menggairahkan.
"Sekolah itu melakukan pembullyan yang tak masuk akal kepadaku, bahkan hampir menjadi sebuah kekerasan yang seperti ada dalam film." Samantha mendekatkan wajahnya dan menjilat permen itu dengan tatapan yang tegas, jilatannya pun semakin menjadi.
"Alasan yang umum. Tetapi tetap saja, kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal akan kejahatanmu." ia mengangguk. "Andai saja kau tak melakukan hal ini, lidahku bisa sampai padamu." ia menjilat jarinya dan menempelkan itu kepada bibir anak itu. Aku tertawa melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Case Of Crime
Misteri / ThrillerSUDAH DITERBITKAN. Silahkan PO dengan langsung chat. Buku berisi 151 kasus dengan tebal 432 halaman ada kasus dan juga jawaban. Pre order selama tiga hari. Hi, back with me again, Forgionne 247. Do u miss with my riddle ? I'm back again with my rid...