Part 75

1.1K 219 35
                                    

Sementara itu di tempat lain jauh dari New York, Kaecilius yang berhasil keluar dari Dimensi Cermin dengan sling ring yang dicurinya, ia bersama kedua Zelot-nya telah sampai di Hongkong. Mereka bergegas menuju kuil penyihir untuk menyerang menghancurkannya supaya berhasil membawa Dormammu ke Bumi.

"Pilih lah senjata dengan bijak."

Wong yang mengetahui kedatangan Kaecilius, meminta penyihir lainnya untuk segera bersiap-siap bertarung melawan Kaecilius.

"Tak ada yang boleh ke kuil ini. Tak ada." tegas Wong benar-benar ingin melindungi kuil mereka dengan sepenuh jiwa raganya.

Wong pun berjalan keluar dan melihat para warga Hongkong yang bersuka ria melakukan aktivitas mereka masing-masing. Senyuman bahagia terpancar jelas dari wajah mereka yang sedang menikmati aktivitasnya saat ini. Di tengah perjalanan, Wong akhirnya bertemu dengan Kaecilius bersama kedua Zelot-nya.

"Kaecilius." panggil Wong dengan siap melawan sebagai sesama penyihir.

"Kau berada di pihak yang salah, Wong."

.
.
.

"Dr. Palmer, tolong ke UGD."

"Aku harus pergi. Masih ada banyak cara untuk selamatkan nyawa."

"Meskipun dengan cara tersulit."

"Meski juga dengan cara teraneh."

Christine memandang lekat Stephen yang berurai air mata setelah melihat kematian seseorang yang cukup berarti baginya.

"Aku tak tahu apa yang telah terjadi, tapi aku turut berduka. Ia pasti seseorang yang berarti bagi kalian. (Y/N) tak bergerak sedikit pun dari tempatnya."

"Tunggu!" Stephen menahan Christine yang beranjak pergi darinya.

"Lakukan sesuatu untuknya. Ia sudah banyak membantumu. Aku harus pergi."

Setelah tersenyum simpul, Christine pun bergegas pergi ke UGD melakukan pekerjaannya kembali. Stephen menghela nafas panjang setelah melewati banyak kejadian yang cukup mengubah jalan kehidupannya. Lalu, dengan tatapan tajam, ia mulai siap bertarung melawan Dormammu yang bisa mengancam kehidupan manusia.

Jubah sihir yang mengetahui kesiapan Stephen, ia pun bergerak dengan memasang sendiri pada tubuh Stephen dan mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Stephen. Stephen yang merasakan jubahnya mengusap air matanya, ia pun bergerak menghindar tak ingin diperlakukan seperti itu.

"Stop... Stop it."

Jubah itu langsung berhenti begitu Stephen dengan tegas melarangnya. Stephen yang mengingat ucapan Christine, ia pun bergerak menemui wanita kecilnya. Begitu menemuinya, sesuai dengan ucapan Christine, (Y/N) tak bergerak sedikit pun dari tempatnya dan tetap berdiri di pinggir balkon rumah sakit.

"Terkadang kalau sudah memang takdir, gak bisa dicegah sedikit pun. Aku harus selalu ingat bukan Tuhan yang bisa sesuka hati menentukan kematian."

(Y/N) yang mengetahui kedatangan Stephen di sampingnya, ia pun mengungkapkan perasaannya selama ini.

"Tapi, kita manusia bisa mencegah kematian orang lain yang belum waktunya."

(Y/N) menoleh memandang lekat Stephen yang terlihat sudah tegar menerima kematian guru mereka.

"Kau siap menghadapinya?"

"Tak ada yang bisa selalu siap."

(Y/N) tersenyum gentir mendengar Stephen meniru ucapan Ancient One sebelumnya. "Siap atau tak siap, nasib akan tetap terus berjalan."

Avengers With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang