Credit Scene 6

496 82 11
                                    

"Akhirnya datang juga," ucap Grim Reaper kembali bertemu melihat tatapan dingin dengan seringaian mengerikan.

Melihat Lucius yang berdiri di tengah pola sihir, ia menghampiri jiwa asli yang juga pasti menunggu kedatangannya, lebih tepatnya ingin mengetahui informasi darinya.

"Harus seberapa lama kau membuat 1 portal doang? Butuh 70 tahun lebih? Apa kau semakin lemah? Pantas saja aku merasa mudah cap- "

Sindiran dan omelan sangat mudah dilakukan Grim Reaper, namun tergantikan dengan siulan panjang begitu ia menemukan tumpukan mayat tak jauh dari tempat mereka berada.

"Kau mau menambah pasukan lagi?"

"Energinya terus berkurang," sahut jiwa Lucius berwujud makhluk astral yang terus bersama Lucius.

"Itu karena sering melakukan ritual dan membuat kita, ditambah ia juga sudah tua."

Crashh!

Grim Reaper sedikit terhuyung dan menunduk mendapati tangan Lucius menembus perutnya.

"Aw itu sangat kejam." Grim Reaper bisa merasakan darahnya berwarna hitam mengalir deras. Tentu saja mengalir deras karena menembus sampai belakang tubuhnya.

Lucius menarik tangannya kembali meninggalkan lingkaran besar pada perut Grim Reaper. Mereka tak perlu merasa khawatir sebab Grim Reaper bisa menyembuhkan dirinya sendiri.

"Tak perlu banyak basa-basi. Apa yang kau dapat dari wanita itu?"

"Aku lupa kau seperti ini. Kenapa gak menanyakanku dulu yang sangat repot mengawasinya?"

Grim Reaper meminta perhatian dari Lucius yang terkenal tidak peduli dengan apa pun kecuali dirinya sendiri.

"Ya seperti yang kau pikirkan, ia cukup keras kepala," sambung Grim Reaper kembali melayang setelah lukanya sembuh.

"Berapa banyak ia mencoba?" tanya Lucius menjatuhkan dirinya dan duduk di tengah pola sihir.

"Maksudmu berusaha mengubah alur? Sangat sering. Bisa dibilang dunia kita menyesuaikan diri dengan kehadiran ia."

Lucius tidak kembali bertanya, melihat Grim Reaper yang mondar-mandir melayang di hadapannya.

"Kau tak menyembunyikan sesuatu?"

Grim Reaper tak segera membalas pertanyaan Lucius. Ia sudah menduga jiwa asli itu bakal menyadarinya.

"Ceritakan semuanya, tanpa ditutupi. Aku bisa mengetahuinya," titah Lucius tak ingin Grim Reaper berbohong.

"Kenapa kau gak baca pikiranku saja? Itu lebih memudah- woah!"

Hampir saja kepalanya putus kalau tak menghindar dari sabit jiwa Lucius yang melayang ke arahnya.

"Kau sangat setia," ucap Grim Reaper menurunkan sabit yang tepat di depan matanya.

Tak mendapat tanggapan dan jiwa itu hanya melihatnya, Grim Reaper menghela nafas kasar.

"Baiklah, baiklah."

Grim Reaper menceritakan semuanya, dari ditinggal sendirian bersama (Y/N), sampai bertemu kembali dengan Lucius.

"Setidaknya alur tetap sama," pungkas Grim Reaper mendengikkan bahu tak menyadari perbuatannya yang juga hampir merubah alur cerita.

Tak ada tanggapan. Keheningan pun menyelimuti mereka, hanya terdengar suara hembusan angin dari tanah gersang di sekeliling mereka, namun keheningan itu hanya bersifat sementara.

Perlahan kedua jiwa Lucius merasakan gejolak energi sihir yang meledak keluar, hingga dalam sekejap kegelapan menyelimuti apa pun di dekat mereka. Tanaman yang awalnya sudah mati akibat tanah yang gersang, hancur seutuhnya menerima aura kegelapan Lucius.

Avengers With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang