Di malam saat hendak tidur, tiba-tiba Hao teringat pada Jiung. Percakapannya dengan Jiung tadi berputar dalam Pikirannya.
"Iyalah gw juga seneng. Matthew sahabat gw apapun yg buat dia bahagia gw akan dukung," Kata Jiung tadi.
"Dari jawaban Jiung kayaknya dia emang sayang sama Matthew, yah wajarlah mereka udah lama sahabatan. Tapi gw bisa ngerasain sebenarnya Jiung juga kesepian setelah Matthew punya pacar, mereka udah jarang main sama-sama. Gw juga pasti akan ngerasa kayak gitu."
Hao merasa iba saat mengingat cerita Jiung tentang orang tuanya yg sudah bercerai.
"Gak apa-apa. Gw lega akhirnya mereka cerai. Daripada tiap malem mereka berantem terus lebih baik mereka pisah."
"Kasihan juga Jiung. Ternyata di balik sifat jahilnya dia punya cerita sedih juga. Gw gak nyangka ternyata dia anak brokenhome. Padahal dia selalu keliatan ceria, kayak hidupnya gak punya masalah."
Hao melihat handphonenya. Tidak ada panggilan masuk atau Chat dari Jiung seperti biasanya.
"Tumben dia gak ngechat gw? Biasanya jam segini dia pasti nelpon gw. Bagus deh jadi gak ada yg gangguin gw."
Hao kembali menaruh handphonenya. Lalu dia memejamkan mata, bersiap untuk tidur.
"Kalo dia kenapa-napa gimana? Mungkin dia sakit tadi sore dia diem terus."
Hao kembali mengambil handphonenya.
"Telfon gak yah? Kalo gw telfon gw harus ngomong apa? Nanti dia kesenengan. Udah deh gak usah."
Hao mengurungkan niatnya. Tapi pikirannya masih tidak tenang.
"Gw telfon aja deh. Gw harus mastiin kalo dia baik-baik aja."
Akhirnya Hao menelfon Jiung. Setelah agak lama Jiung belum menjawab juga membuat Hao semakin khawatir.
"Ayo dong angkat Jiung.. Angkat.."
"Halo..."
Hao lega sekali mendengarnya.
"Akhirnya lo angkat juga."
"Tadi gw lagi di kamar mandi. Ngapain lo telfon gw?"
"Mmm itu apa.. Mmm gw cuma mau ngingetin aja jangan lupa besok lo bawa tendanya."
"Iya gw gak lupa. Gw udah siapin kok."
"Bagus deh."
"Lo nelpon gw cuma buat ngomong gini doang?"
"Iyah mau ngapain lagi?"
"Kali aja lo kangen sama gw."
"Diih kePDan banget sih lo. Besok lo mau jemput gw gak?"
"Lo mau gw jemput?"
"Gw cuma nanya, lo mau jemput atau enggak? Kalo mau gw akan tungguin kalo enggak yah gw mau berangkat sama supir."
"Kayaknya besok gw gak bisa jemput lo."
"Gak bisa kenapa?"
"Kan gw harus bawa tenda. Ribet kalo harus bonceng lo juga."
"Oh gitu."
Hao sedikit sedih mendengarnya.
"Lo berangkat dianterin supir aja yah."
"Iya gak apa-apa. Gw juga bosen naik motor lo."
"Bosen sama motornya tapi sama orangnya enggak kan?"
"Iih apaan sih. Lo udah makan belom?"
"Belom. Ini gw baru mau makan."
"Ya udah lo makan aja. Gw mau belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPIHAK
FanfictionRasa sayang Jiung kepada Matthew lebih besar dari seorang sahabat. Tapi Matthew akhirnya berpacaran dengan Hanbin Disisi lain ada Hao yg diam-diam juga menyukai Hanbin. Jiung mencoba move on dari Matthew dengan mendekati Hao. Tapi tidak mudah bagi...