*Part 110*

11 2 0
                                        



Akhirnya Hao sampai, dia segera masuk ke gedung apartemennya. Mamihnya menyambut kedatangan putranya itu.
Dia sangat khawatir karna Hao pulang terlambat.
.
.
"Ya ampun sayang kamu kemana aja? Kenapa baru pulang sekarang?"
.
.
"Maaf Mih."
.
.
Melihat tatapan mata Hao kosong, membuat mamihnya semakin khawatir.
.
.
"Sayang kamu kenapa?"
.
.
"Gak apa-apa Mih. Aku cuma kecapean aja. Aku ke kamar dulu yah."
.
.
"Iya sayang."
.
.
Hao berlalu ke kamarnya.
.
.

"Ada apa lagi sama Hao?  Kenapa wajahnya terlibat pucat sekali? Pasti ada yg gak beres. Apa ini ada hubungannya dengan Jiung?  Tapi tadi Hao bilang dia mau ke rumah Jihoon. Apa Hao bohong?  Mungkin dia pergi sama Jiung terus mereka ribut lagi," Pikir mamih Hao. 
.
.

Mamih Hao merasa sangat khawatir pada putranya itu. Akhirnya ia pergi ke kamar Hao. 
.
.

Di dalam kamar Hao sedang menangis. Dia masih sangat syok karna kejadian tadi. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
.
.
'Took.. Took...'
.
.
"Sayang kamu belum tidur kan?" tanya mamih Hao dari balik pintu.
.
.
Hao tidak menjawab, bibirnya terasa kaku untuk bicara.
.
.
"Kamu mandi dulu yah, sebentar lagi papih pulang nanti kita makan sama-sama."
.
.
Hao mengumpulkan tenaganya untuk bicara.
.
.
"A.. Aku gak laper Mih. Aku pengen langsung tidur aja."
.
.
"Ya sudah kalau begitu. Selamat istirahat sayang."
.
.
"Iyah Mih."
.
.
"Kalau kamu perlu sesuatu panggil mamih saja yah."
.
.
"Hmm."
.
.

Air mata Hao kembali mengalir. Hao menutup mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar. Akhirnya mamih Hao kembali ke ruang tengah.  Setelah mendengar suara langkah kaki mamihnya menjauh, Hao kembali menangis. 

.
.

Mamih Hao masih sangat tidak tenang.
Dia punya pirasat sesuatu yg buruk terjadi pada putranya. 
.
.

"Sebenarnya Hao kenapa?  Dari suaranya dia seperti sedang menangis. Tapi sepertinya Hao masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya sekarang.
Tapi aku benar-benar khawatir. Aku tidak bisa diam saja," batinnya. 

.
.

Mamih Hao mengambil handphonenya yg ada di atas meja. Dia berniat menghubungi Jiung. 
.
.

"Mungkin Jiung tau apa yg terjadi pada Hao. Tapi kalo Hao tau aku menghubungi Jiung, dia mungkin marah. Bagaimana ini?"
.
.

Mamih Hao terlihat semakin bingung.
Dia berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan.
.
.
"Aku harus telefon Jiung. Iya Jiung mungkin tau sesuatu."
.
.
Mamih Hao mencari nomor Jiung di daftar kontaknya.



Jiung masih duduk di depan meja makan. Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Jiung sedikit terkejut saat melihat siapa yg menghubunginya.
.
.

"Kenapa Mamih Hao nelfon gw malem-malem gini? Angkat aja deh mungkin ada yg penting," pikirnya.
.
.
"Halo tante selamat malam."
.
.
"Iya Jiung selamat malam juga."
.
.
"Tante apa kabar?"
.
.
"Tante lagi gak baik-baik aja Jiung."
.
.
"Ada apa Tante?  Tante kayak lagi cemas."
.
.
"Iya tante lagi cemas karna Hao."
.
.
Jiung jadi ikut cemas setelah mendengarnya.
.
.
"Hao kenapa tante?  Dia baik-baik aja kan?"
.
.
"Hao baru saja pulang, tapi wajahnya terlihat pucat sekali, dia seperti ketakutan, tadi juga tante dengar Hao nangis di kamarnya."
.
.
"Hao baru pulang jam segini?  Emang Hao abis dari mana tante?"
.
.
"Tadi sore Hao bilang katanya dia mau ngerjain tugas di rumah teman yg namanya Jihoon."
.
.
"Jihoon?"
.
.
"Iya Hao bilang begitu."
.
.
"Temen sekelas kita emang ada yg namanya Jihoon tante. Tapi setahu aku dia gak terlalu deket sama Hao."
.
.
"Tante juga tidak tau Hao benar-benar pergi sama dia atau tidak."
.
.
Jiung baru ingat saat dia berbicara dengan Hao di depan gerbang setelah pulang sekolah.
.
.
"Gak mau Jiung. Gw gak mau ngerjain tugas bareng kalian. Gw juga udah janji mau ke rumah Lee Jeong," kata Hao tadi.
.
.

CINTA SEPIHAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang