*Part 108*

12 3 0
                                    


Setelah selesai makan malam Hanbin dan Matthew pergi ke kamar untuk belajar. Matthew mulai mengeluarkan buku-bukunya. Sementara Hanbin memeriksa handphonenya yg baru selesai di cash. Ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari papahnya. Ada beberapa chat masuk juga.

.
.

"Hanbin cepat pulang. Mau sampai kapan kamu menginap disana?  Jangan bikin malu keluarga kita. Kamu sudah dewasa jangan bersikap seperti anak kecil begini. Ayo pulang sekarang juga. Atau papah akan jemput kesana," tulis Papah Hanbin.

.
.

Hanbin hanya menghela panjang nafasnya setelah membacanya.
.
.
"Ada apa sayang?" tanya Matthew.
.
.
"Ini sayang. Papah nyuruh aku pulang sekarang, katanya kalo aku gak pulang, Papah mau jemput aku kesini."
.
.
"Kamu mau pulang sekarang?"
.
"Aku belum mau pulang sayang. Aku masih kesel sama Papah."
.
.
"Coba kamu bilang baik-baik sama Om, kalo kamu masih mau nginep disini, siapa tau dibolehin."
.
.
"Kayaknya gak mungkin Papah bolehin aku nginep disini, Papah orangnya keras kepala."
.
.
"Gimana kalo aku aja yg bilang sama om?"
.
"Jangan sayang, aku gak mau nanti kamu di marahin lagi sama Papah."
.
.
"Tapi kalo om beneran dateng kesini gimana?  Pasti keadaan makin kacau, aku takut orang tua kita malah jadi ribut nantinya.".
.
.
"Itu gawat banget sayang. Papah gak boleh dateng kesini. Apalagi sekarang Papah pasti lagi emosi karna aku gak pulang-pulang."
.
.
"Karena itu lebih baik kamu ngomong sama om baik-baik."
.
.
"Iya sayang aku akan coba telfon Papah sekarang."
.
.

Hanbin membuang pelan nafasnya sebelum menghubungi Papahnya. 
.
"Loudspeaker sayang aku pengen denger," kata Matthew.
.
"Iya sayang."
.
.

Hanbin mengubungi papahnya dia juga mengaktifkan mode loudspeaker seperti yg Matthew minta.
Tak butuh waktu lama Papah Hanbin menjawabnya. 
.
.
"Malam Pah."
.
"Ternyata kamu masih ingat punya papah. Kirain kamu sudah tidak menganggap papah lagi."
.
.
"Papah jangan ngomong gitu dong. Aku minta maaf karna gak jawab telfon Papah, tadi HP aku lagi cash Pah."
.
.
"Cepat pulang atau Papah harus jemput kamu kesana?"
.
.
"Iya Pah besok aku pulang. Sekarang udah malem."
.
.

"Sekarang baru jam setengah sembilan malam, waktu itu saja kamu mengantar Matthew pulang hampir jam sepuluh malam ke rumahnya, kenapa kamu tidak mau pulang ke rumah kamu sendiri?"
.
.
"Gimana aku mau pulang kalo Papah marah-marah terus? Harusnya Papah bujukin aku biar aku mau pulang."
.
.
Matthew memegang tangan Hanbin, karna pacarnya itu mulai terlihat emosi.
.
.

"Kamu pergi atas kemauan kamu sendiri, dan sekarang kamu minta Papah bujukin kamu untuk pulang? Hanbin, kenapa kamu jadi manja begini?  Pasti kamu ketularan sama pacar kamu."
.
.
"Papah jangan salahin Matthew, dia gak salah. Papah harusnya introspeksi diri, kenapa sikap aku jadi gini?"
.
.
"Memang kenapa?  Papah yg salah?"
.
.
"Papah gak ngerasa bersalah sedikitpun sama aku Pah?"
.
.
"Enggak. Papah gak ada salah apa-apa sama kamu. Kamu yg gak sopan sama Papah, kamu langsung pergi padahal papah belum selesai bicara."
.
.
"Aku pergi karna aku kecewa sama Papah. Papah lebih belain Taerae yg jelas-jelas salah, dari pada aku, anak papah sendiri."
.
.
"Taerae kan hanya melakukan kesalahan kecil, kamu terlalu berlebihan, sampe kabur dari rumah."
.
.
.
"Buat papah mungkin cuma kesalahan kecil, tapi buat aku kesalahan Taerae fatal Pah. Dia udah gak ngerhormatin aku  sebagai pemilik kamar, dia juga udah kurang ajar sama aku Pah pas dia lagi mabuk."
.
.
"Namanya juga lagi mabuk, siapapun bisa melakukan kesalahan. Papah yakin Taerae tidak bermaksud kurang ajar sama kamu."
.
.
"Tuh kan Papah belain Taerae lagi, belain aja dia terus Pah. Kenapa gak sekalian angkat aja dia jadi anak papah?"
.
.
"Sayang kamu jangan marah-marah terus yah," kata Matthew.
.
.
"Oh jadi pacar kamu ada disana juga?"
.
.
"Ini urusan kita Pah, jangan libatin Matthew."
.
.
"Malam Om."
.
.
"Sejak pacaran sama kamu, anak saya jadi semakin susah diatur. Hanbin sudah tidak pernah mau menuruti nasehat saya gara-gara kamu."
.
.
"Pah aku jadi gini bukan karna Matthew Pah, tapi karena sikap papah yg udah berubah sekarang."
.
.
"Berubah bagaimana maksud kamu?  Dari dulu Papah tetap seperti ini."
.
.
.
"Dulu Papah gak pemarah kayak sekarang Pah. Aku sangat menghormati Papah, karna papah selalu mau dengerin omongan anak-anaknya. Tapi sekarang Papah gak kayak dulu lagi."
.
.
"Papah gak akan marah kalau kamu mau nurutin omongan papah."
.
.
.
"Papah  juga gak pernah dengerin omongan aku. Apa papah pernah tanya apa yg aku mau? Enggak kan Pah. Papah selamat mutusin sendiri apa yg harus aku lakuin. Aku harus ini aku harus itu, sekarang papah mulai ngatur hidup aku."
.
.
.
"Papah hanya ingin yg terbaik untuk kamu, wajar kalau papah mengatur hidup kamu. Itu tugas semua orang tua agar hidup anaknya lebih baik."
.
.
"Tapi ini hidup aku Pah. Aku tau maksud Papah baik tapi aku gak suka sama cara Papah yg terlalu ngekang aku. Aku ngerasa gak bebas Pah."
.
.

CINTA SEPIHAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang