*Part 114*

14 2 0
                                    



Jiung dan Matthew masih berada di taman. Mereka duduk santai di sebuah bangku, tapi Jiung terus melamun. Dia masih memikirkan pertemuan singkatnya dengan Hao tadi.
.
.
.

"Jiung, ayo kita pulang sekarang," ajak Matthew.
.
.
Tapi pria itu hanya bengong.
.
.
"Jiung.." panggil Matthew sambil menepuk pelan bahunya.
.
.
"Eoh kenapa Matt?"
.
.
"Lo kenapa bengong aja?"
.
.
"Gw lagi mikirin omongan Hao."
.
.
"Emang Hao ngomong apa sama lo?"
.
.
"Bukan ke gw, tapi tadi Hao ngomong ke bocah itu tentang kesepakatan."
.
.
"Kesepakatan apa?"
.
.
"Gw juga gak tau. Tapi tadi Hao bilang kalo dia mukul gw kesepakatan mereka akan berakhir."
.
.
"Kira-kira kesepakatan apa yah?  Pasti ada hubungannya sama alasan Hao mau pacaran sama dia."
.
.
"Mungkin Iya.  Tadi Hao juga sempet bilang kalo dia harus nepatin janjinya, kayaknya janji mereka ada hubungannya sama gw juga."
.
.
"Mungkin dia janji gak akan nyakitin lo kalo Hao mau jadi pacar dia. Tadi lo bilang Hao minta dia  gak mukul lo kan?"
.
.
"Iya tadi Hao belain gw pas dia mau mukul gw, dan bahas soal kesepakatan itu."
.
.
"Tapi kenapa Hao mau buat kesepakatan sama dia?  Pasti ada yg sesuatu yg terjadi sebelum mereka buat kesepakatan itu."
.
.
"Hao mutusin gw setelah gw di skors gara-gara mukulin dia di sekolah. Gak lama setelah putus dari gw mereka pacaran."
.
.
"Kayaknya semua kejadian itu ada hubungannya sama kesepakatan mereka."
.
.
"Iya. Sekarang kita udah punya petunjuk baru, kita bisa tau apa alesan Hao mau pacaran sama bocah itu."
.
.
"Setelah kita tau alesannya, kita bisa pisahin mereka."
.
.
"Hmm. Dan Hao akan kembali lagi ke gw."
.
.
"Iya. Kita harus cepet cari tau biar lo sama Hao bisa bersatu lagi."
.
.
"Gw juga kasian sama Hao. Dia keliatan selalu murung akhir-akhir ini."
.
.
"Pasti Hao tersiksa banget karna dia harus pacaran sama orang yg gak dia sayang."
.
.
"Kita harus bantuin Hao biar bisa lepas dari dia."
.
"Iyah. Kita harus bantuin dia."
.
.
"Ya udah yuk kita balik sekarang. Disini panas banget."
.
.
"Hmm ayo."
.
.
Akhirnya mereka kembali ke rumah Jiung.




Mobil Hao berhenti di depan rumah Lee Jeonghyeon. Lalu mereka turun.
.
.
"Ayo kak masuk dulu."
.
.
"Gak usah gw mau langsung balik aja. Gw capek pengen istirahat."
.
.
"Kak Hao bisa istirahat di kamar aku. Kebetulan ibu juga gak ada di rumah kak."
.
.

"Di rumah Lee Jeong gak ada siapa-siapa? Dia pasti akan makin seenaknya sama gw. Mungkin aja dia akan maksa gw buat ngelakuin itu," pikir Hao.

.
.
"Sorry gw harus balik sekarang. Tadi mamih telepon nyuruh gw pulang."
.
.
"Kata kak Hao orang tua kak Hao gak ada di Rumah?"
.
.
"Iya emang mereka gak ada di rumah, eeu... Jadi mamih nyuruh gw cepet pulang karna di rumah gak ada siapa-siapa."
.
.
"Oh gitu. Boleh gak kak kalo aku main sebentar di rumah kak Hao?  Biar kak Hao gak kesepian."
.
.
"Gak usah Jeong. Gw udah biasa di rumah sendirian kok. Gw juga mau belajar buat ujian besok."
.
.
"Oh gitu kak. Ya udah deh gak apa-apa. Tapi lain kali aku boleh yah main ke rumah kakak."
.
.
"Iya boleh kok. Tapi kapan-kapan aja yah."
.
.
"Iya kak."
.
"Kalo gitu gw balik sekarang yah."
.
.
"Iya kak."
.
'Mwuuah."
Lee Jeonghyeon mencium singkat bibir Hao.
.
.
"Gw balik yah. Sana lo masuk disini panas banget."
.
.
"Hmm Iya kak. Hati-hati yah."
.
"Iyah."
.
.

Hao segera masuk ke dalam mobilnya lalu menutup pintu mobil itu. Lee Jeonghyeon melambaikan tangannya. Mobil merah itu mulai melaju. Hao baru bisa bernafas lega karna dia bisa jauh dari pacarnya.


CINTA SEPIHAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang