Rasa sayang Jiung kepada Matthew lebih besar dari seorang sahabat. Tapi Matthew akhirnya berpacaran dengan Hanbin
Disisi lain ada Hao yg diam-diam juga menyukai Hanbin.
Jiung mencoba move on dari Matthew dengan mendekati Hao. Tapi tidak mudah bagi...
Matahari sudah terbit. Hao masih terlelap di ranjang rumah sakit. Di samping Hao papihnya juga tertidur sambil duduk di kursi. Sementara mamih Hao tidur di sofa. Wanita cantik itu mulai membuka matanya. Lalu dia bangun, dan menghampiri suaminya. . . . "Pih bangun Pih. Ayo bangun sudah siang." . .
Suaminya mulai terbangun. Dia meregangkan otot pinggangnya yg terasa sakit karena duduk sepanjang malam. . . "Jam berapa ini Mih?" . . "Sudah jam 6 pagi Pih." . . "Papih harus masuk ke kantor Mih, ada rapat penting hari ini." . . "Iya tidak apa-apa Pih. Biar mamih yg menjaga Hao disini." . . "Iya Mih. Kalau begitu Papih pulang dulu yah." . . "Maaf mamih tidak bisa siapkan sarapan untuk papih." . . "Tidak apa-apa Mih. Nanti papih sarapan di kantor saja. Papih pulang dulu yah Mih." . . "Iya Pih hati-hati." . . "Hmm. Kalau ada apa-apa sama Hao segera hubungi papih yah mih." . . "Iya Pih." . . Papih Hao mengecup singkat kening istrinya sebelum pergi keluar. . . Lalu mamih masuk ke toilet yg ada di dalam sana untuk mencuci wajahnya.
•
•
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jiung sudah sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motornya, Jiung pergi ke kelas 1-3. Para siswa di dalam kelas terlihat bingung saat Jiung masuk kesana.
. . "Seung Eon udah dateng belum?" tanya Jiung. . . "Belum kak," jawab seorang siswa. . . "Oh okey." . . Jiung kembali keluar. Para siswa itu mulai berbisik. . . "Dia yg waktu itu pernah kesini terus mukulin Lee Jeong kan?" . . "Iya lo bener. Gw juga inget wajahnya." . . "Mau ngapain lagi dia kesini?" . . "Gak tau. Mungkin dia ada urusan sama Seung Eon." . . "Kira-kira urusan apa? Jangan-jangan dia mau mukulin Seung eon juga." . . . "Wah parah banget kalo bener. Apa dia gak kapok padahal waktu mukulin Lee Jeong aja dia udah hampir di D.O." . . "Iyah. Harusnya dia beneran di keluarin aja. Sekalian keluarin Keita sama temen-temennya juga." . . "Iya biar kelas kita aman." . . Dari luar Jiung mendengar percakapan mereka, dia sedikit kesal. . . . "Gara-gara bocah sialan itu, mereka beneran ngira gw udah ngebully dia. Nama baik gw jadi tercemar," batin Jiung. . . . Dari jauh Seung eon melihat Jiung yg sedang berdiri di depan kelasnya. . . .
"Ngapain Jiung ada disitu? Apa dia lagi nungguin Lee Jeong? Atau mungkin dia nungguin gw, karna memory card itu. Duuh gw harus gimana nih? Gw cuma bohong sama Jiung gw gak ada niat sedikitpun buat kasih memory card itu ke dia," batinnya.
. .
Jiung tak sengaja melihat Seung eon. Dia segera menghampirinya. Seung eon sedikit gugup saat melihat Jiung mendekat. . . "Duuh Jiung kesini lagi. Gw harus ngomong apa sama dia?" Pikirnya . . "Akhirnya lo dateng juga. Gw udah dari tadi nungguin lo," kata Jiung. . . "Lo ngapain nungguin gw?" . . "Kan lo mau kasih memory card itu ke gw. Mana memorinya?" . . "Euu... Memory card nya..." . . "Iya mana?" . . "Memory card nya ketinggalan di rumah gw." . . "Hah? Kok bisa ketinggalan? Lo kan udah janji mau bawa ke sekolah." . . "Ya sorry Jiung gw beneran lupa." . . "Ah lo gimana sih." . . "Besok deh gw bawa memorinya. Gw janji gw gak akan lupa lagi." . . "Nanti balik sekolah biar gw ambil aja ke rumah lo." . . "Eh jangan, lo jangan ke rumah gw." . . "Kenapa jangan?" . . "Itu apa... Mm.. Di rumah gw lagi ada acara keluarga. Banyak banget orang disana." . . "Acara apa?" . . "Acara ulang tahun keponakan gw. Acaranya nanti sore." . . "Oh gitu. Tapi besok lo harus beneran bawa memory card itu." . . "Iya besok pasti gw bawa." . . "Ya udah gw ke kelas dulu." . . "Hmm." . . Akhirnya Jiung pergi. Yoo seung eon baru bisa bernafas lega. . . .