Chapter 5

116 40 8
                                    

Penjaga itu tetap mencariku dan hendak berkeliling tapi entah karena alasan apa mereka menghentikan langkah.

"Kita harus menyelamatkan hidup kita sendiri, jika penyusup itu benar datang kesini itu sama saja cari masalah." Kata salah satu penjaga lalu mereka pergi begitu saja.

Aku masih bingung kenapa mereka berbicara seperti itu, apa benar aku masuk ketempat yang salah. Tapi aku sama sekali tidak melihat apapun yang perlu ditakutkan disini. Kemudian aku baru sadar bahwa sekarang aku tersesat dan tidak tahu harus pergi kemana. Kulihat sekeliling dan melihat papan nama dari tempat ini. Tempat ini disebut paviliun awan. Aku mengerti kenapa diberi nama itu, karena posisinya di atas dan dikelilingi awan bahkan tempat ini sangat tenang dan damai.

Tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk mengagumi tempat ini, aku harus segera kembali menemui kakakku jika tidak konsekuensinya akan fatal. Tapi aku benar-benar tidak tahu dimana sekarang dan bagaimana caranya aku kembali. Seketika itu aku mendengar suara seseorang sedang berbincang.

Aku segera bersembunyi disisi samping bangunan berharap tidak ada yang menyadari keberadaanku dan harus segera pergi dari sini. Karena tempat ini berada diatas dan aku ingat tadi sewaktu dikejar aku terbang dan jika tidak salah harusnya aku turun kebawah dulu mungkin dengan begitu nanti akan menemukan jalan. Paling tidak disini tidak aman jadi kuputuskan untuk terbang dan melihat apakah ada jalan dibawah sana untuk kembali.

"Aahhhh..Ahhhh... Aauu...." Aku berteriak dan merasa diriku sangat memalukan jatuh seperti ini tapi bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu. 

Aku melihat dan berpikir kenapa tidak bisa keluar, rasanya seperti ada perisai pelindung ditempat ini. Aku merasa seperti seekor burung yang terkurung bisa masuk tapi tidak bisa keluar. 

"Aku ingin lihat penyusup seperti apa yang berani masuk kesini. Aahhhh... ternyata seorang peri. Hmmm... dewa api aku rasa dia salah satu penggemarmu, apa yang akan kau lakukan dengannya?"

Aku tidak tahu siapa dewa ini tapi dilihat dari gaya berpakaian sedikit eksentrik, pakaiannya penuh dengan corak tidak seperti kebanyakan dewa pada umumnya yang menyukai pakaian polos alami dan juga dia banyak bicara. Sedangkan yang satunya hanya diam tanpa merespon dan tiba-tiba...

"Bangunlah, sampai kapan kau akan duduk seperti itu." 

Nada bicaranya sangat berbeda, saat mendengar suaranya entah kenapa aku langsung mengikutinya seperti kena mantra. 

Apa ini namanya jika dewa tinggi dan agung berbicara kami peri berpangkat rendah tidak bisa menolak

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang