Chapter 81

34 8 7
                                    

Kubukaan mata dan melihat Yi Mei, aku meminta Yi Mei keluar karna ingin bicara dengan kakakku. Setelah Yi Mei keluar, aku meminta kakakku untuk segera kembali pulang. Karena aku bisa merasakan bahwa penglihatanku akan segera hilang, karena itu aku ingin segera kembali sebelum terlambat. 

Kakakku mengerti dan aku memintanya menunggu diluar dulu karena aku ingin berpamitan dengan Yi Mei dan Ru Ling.

Aku menemui mereka berdua didapur dan memberitahu bahwa aku akan pulang. Mereka terlihat khawatir melihat wajahku yang pucat dan meminta untuk istirahat dulu disini. Tapi aku malah memeluk mereka, mengucapkan terima kasih sudah mengkhawatirkannya juga memberitahu mereka untuk jaga diri baik-baik, mengingat ini mungkin terakhir kali aku menemui mereka berdua membuat air mataku keluar.

Segera kuhapuskan dengan tangan lalu melepaskan pelukan dengan senyum terpaksa dan memberi pesan setelah dewa api nanti kembali, mereka harus menjaganya dengan baik dan sering-sering memperhatikan kegiatannya juga jangan lupa memberitahunya untuk istirahat baik-baik.

"Chun Hua ada apa denganmu? Kenapa kau bersikap seperti tidak akan kemari lagi, rasanya seperti kau mengucapkan perpisahan."

Ru Ling pun membenarkan perkataan Yi Mei lalu menatapku. Aku hanya bisa tersenyum dan diam lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan melihat paviliun awan untuk terakhir kali dan melihat kamar Yu Han untuk terakhir kali lalu pergi menemui kakakku yang sudah menunggu. Segera kakakku membantuku setelah melihatku keluar lalu segera berangkat pulang. 

Melihat kondisiku yang seburuk itu membuat kedua orang tuaku panik dan bertanya-tanya pada Chun Yi. Chun Yi memberitahu mereka bahwa mahkota bunga ketiga sudah lepas dan kemungkinan penglihatannya akan segera hilang.

Ibuku sontak terkejut dan hampir terjatuh jika tidak ada ayah disampingnya. Ibu dan ayah menghampiriku yang terbaring, melihat mereka yang menangis dengan wajah khawatir membuat hatiku sangat sakit.

Kuangkat tanganku dan menghapus air mata mereka lalu meminta jangan bersedih atas apa yang akan terjadi denganku nanti. Tak lama Er jiejie masuk melihatku, terlihat seperti terburu-buru datang kemari dengan wajah khawatir dan mata yang dipenuhi air mata. Lalu melihat Yi gege, kakak yang selalu menemaniku. Wajahnya dipenuhi rasa menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa sebagai tabib dan tampak berusaha menahan air matanya.

Aku melihat kedua orang tuaku, ibu yang menangis dengan penuh air mata dan ayah yang berusaha tampak tegar. Mataku mulai kabur dan kabur dan saat itu aku mengingat wajah Yu Han yang tersenyum menatapku lalu semua menjadi gelap.

Dunia yang kulihat sekarang hanya memiliki warna hitam, meskipun sedih tapi untungnya tidak terlambat untuk melihat orang-orang yang ingin kulihat untuk terakhir kalinya. Aku mendengar suara pintu terbuka dan seseorang masuk.

Chun Er yang melihat adiknya yang berusaha menebak siapa yang masuk kemudian mengeluarkan suara untuk mengajak adiknya keluar berkumpul bersama keluarga lainnya dihalaman depan. Er jiejie membantuku melangkah pelan-pelan hingga tiba dihalaman depan dengan keluargaku lainnya.

Ayah memberitahu bahwa malam ini kami akan meminum arak tao hua yang dibuat bersama beberapa waktu lalu dan menuangkan disetiap cangkir kami semua lalu bersulang bersama. Ayah dan ibu memberitahu bahwa tadi siang banyak ibu-ibu yang ingin menjodohkan putri mereka dengan Chun Yi bahkan membawa potret putri mereka. Lalu ibu menunjukkannya pada Chun Yi tapi kakakku.

"Ibu, kenapa kau menunjukkan hal-hal seperti ini" kata Chun Yi lalu menghilangkan semua potret menjadi abu dengan kekuatannya. 

Aku bisa tahu reaksi Yi gege saat ini dan tertawa karena ingat dulu aku juga pernah mengerjainya dengan potret para wanita yang ingin dijodohkan dengannya. Ayah, ibu dan Er jiejie pun tertawa melihat reaksi Chun Yi. Lalu Chun Yi memberitahu untuk berhenti menunjukkan hal-hal seperti itu padanya. Mendengar hal itu membuat kami semua tertawa bersama karena sangat jarang bisa membuat Chun Yi bereaksi kesal. Saat dia kesal akan tampak seperti anak kecil.

Malam itu, kami semua hanya minum bersama dan mengobrol ringan sambil bercanda. Ayah dan ibu juga akan menceritakan masa kecil kami bertiga yang suka bermain dan berlarian, mengatakan bahwa Chun Yi kecil dulu suka berlarian dihutan bunga persik dengan Chun Hua kecil sedangkan Chun Er kecil hanya duduk dan suka meminta kakak dan adiknya berhenti berlari.

Tak disangka waktu cepat berlalu dan sekarang semua sudah tumbuh dewasa. Setelah itu aku mengangkat cangkir dan meminta bersulang bersama lalu membicarakan lelucon lain yang membuat malam dipenuhi tawa.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang