Aku mengajak Yu Han untuk berlatih pedang bersama seperti dulu dihalaman belakang dan Yu Han menyetujuinya. Kami menghabiskan waktu dengan mempraktekkan ilmu pedang bersama. Hal ini membawa kembali kenangan masa lalu dan membuat air mataku mulai keluar.
Saat itu aku hanyalah Chun Hua yang hidup bebas tanpa beban dihati dan pikiran. Tapi Chun Hua sekarang penuh dengan rasa sedih dihati dan banyak pikiran serta gerakan pedang ini adalah yang terakhir bagiku.
Tanpa sadar hari semakin malam, kami berdua duduk berdampingan dibawah pohon. Aku mengingat kembali saat Yu Han melamarku didunia manusia, dan sekarang waktu yang tepat untuk menolaknya.
Aku menatap Yu Han dan mengingatkan kembali ajakannya untuk menikah denganku saat didunia manusia, Yu Han menatapku dengan tatapan bertanya-tanya ada apa.
"Aku rasa aku belum siap untuk menikah dalam waktu dekat ini"
Kujelaskan agar tidak melukai perasaannya dengan mengatakan bahwa bukan karena aku tidak ingin menikah dengannya tapi aku ingin menjadi pasanganmu disaat semua orang yang melihat akan mengatakan bahwa kita pasangan yang cocok. Aku sekarang hanyalah seorang peri sedangkan kau adalah dewa api yang dihormati enam alam. Aku hanya tidak ingin menjatuhkan nama besar dari dewa api.
"Aku ingin menjadi dewi dulu dengan begitu aku tidak akan membuat namamu berdampak jelek". Kataku menatap Yu Han.
Setelah mendengar perkataanku wajah Yu Han terlihat sedih tampak dia tidak setuju dengan pemikiranku.
"Kenapa kau berpikir sejauh itu? Itu aku yang ingin menikah denganmu. Tidak peduli apa posisimu selama aku yang meminta tidak akan ada yang berani memandang rendah"
"Kita masih punya banyak waktu bersama. Tidak bisakah kau menunggu sedikit lebih lama?" Tanyaku sambil menggenggam tangannya.
Yu Han kemudian menanyakan dengan serius benarkah bahwa ini keinginanku lalu aku mengangguk membenarkan.
"Diantara banyak wanita yang ingin menikah denganku tak kusangka aku malah memilih seorang wanita yang memintaku menunggu" ujarnya.
Dia menyetujui permintaanku kemudian memberitahuku bahwa saat menjadi dewi kelak harus segera menikahinya tanpa alasan apapun sambil memukul ringan keningku lalu dia pergi.
Aku yang melihatnya berjalan menjauh mulai mengeluarkan air mata dan menangis.
Aku mengetuk kamar Yu Han lalu masuk, aku membawakan cemilan malam dan meletakkan dimeja. Lalu membantunya membawakan beberapa keperluan untuk dibawa besok.
"Apa kau menangis?" Tanyanya sambil menghentikanku dan menatap.
Kulepaskan tangannya dan menyibukkan diri melihat barang apa saja yang perlu dibawa kemudian Yu Han memelukku dan menepuk bahuku. Aku tidak bisa menahan tangisku lagi, dalam pikiranku hanya ingin menangis dalam pelukannya.
Setelah merasa tenang, aku meminta malam ini untuk tidur dikamarnya dan dia mengizinkan. Aku tidur dalam pelukannya diranjang yang sama. Saat itu aku hanya ingin melihatnya, kuperhatikan setiap wajahnya dengan seksama, menyentuh alis matanya, hidung dan bibirnya. Malam itu aku tidak bisa tidur dan hanya menatap Yu Han yang tertidur, terkadang aku meneteskan air mata dan terkadang tersenyum melihatnya.
Tanpa sadar pagi sudah tiba, aku membantunya berpakaian, menyisir dan menata rambutnya. Yu Han menatapku dari cermin, mungkin untuk memastikan keadaanku. Lalu kami makan bersama, aku tidak terlalu banyak bicara dan hanya mengambil lauk dan meletakkannya dalam mangkok nasi Yu Han.
Hingga tiba waktunya untuk berpisah, mungkin bagi Yu Han kami hanya berpisah selama sebulan tapi bagiku untuk selamanya. Aku mengantarnya sampai pintu utama paviliun awan, disana aku melihat pengawalnya sudah menunggu.
Tidak lupa untuk terakhir kalinya kusampaikan untuk istirahat dan jaga kesehatan dengan baik. Yu Han mengerti lalu mencium keningku.
Saat itu dalam hati kukatakan untuk jaga diri. Kemudian Yu Han pergi bersama pengawalnya. Aku mulai merasa sakit pada bagian dada, segera kukembali kekamar dengan berjalan perlahan menahan sakit.
Setiba dikamar kututup pintu dan semua jendela lalu menahan sakit diranjang. Saat itu cahaya mulai keluar dari dadaku dan bunga melepaskan mahkota ketiganya.
Pandanganku mulai kabur dan aku sulit bernapas dan tubuhku kehilangan energi. Tak lama, aku mendengar suara kakakku memanggil dan aku mulai tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAO HUA (END)
FantasíaSeorang peri bernama Chun Hua dari alam bunga untuk pertama kali mengunjungi istana langit bertemu dengan seorang dewa yang berpangkat tinggi bernama Yu Han. Setelah berbagi waktu dan kebersamaan mereka akhirnya saling menyukai. Tepat saat terjadi...