Chapter 75

35 8 9
                                    

Aku mulai membuka mata dan merasakan bahwa tidurku sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya kemudian bangun untuk meregangkan tubuhku. Saat itu kulihat ukiran bunga pada tubuhku dan mengingat perkataan Xi Chou tapi ku usahakan tersenyum dan menjalani sisa waktuku dengan bahagia bersama orang-orang terdekatku.

Saat keluar kamar, aku segera menuju dapur dan melihat ibuku dan jiejie sedang memasak sedangkan Yi gege dan ayahku minum teh sambil berbincang dihalaman depan. Aku memeluk ibuku dari belakang dan jiejie meminta untuk tidak bermain-main lalu menarikku untuk membantunya membersihkan sayuran. Tentu saja aku tidak berhenti bertingkah, aku bertanya pada Er jiejie adakah seorang pria yang dekat dengannya atau dia sukai.

Jiejie hanya menatapku dengan tatapan seperti mengatakan berhenti bicara omong kosong. Tapi aku tidak peduli dan tetap melanjutkan dengan mengatakan bahwa aku kenal dekat dengan dewa takdir Hong Ye lalu menawarkan bantuan pada jiejie jika ingin memiliki pasangan aku bisa meminta bantuan dewa takdir menjodohkan jiejie dengan seorang pria.

Mendengar hal itu jiejie hendak memukulku dengan sayuran lalu aku berlari berlindung pada ibuku sambil tertawa mengoloknya sedangkan ibuku berusaha menghentikan pertengkaran kami dan memberitahu Chun Er bahwa adiknya bercanda.

"Chun Er punya banyak pria yang menyukainya jadi tidak perlu bantuan dewa takdir" kata ibu sedikit bercanda.

Mendengar hal itu membuatku tertawa keras sedangkan jiejie menatap ibuku tidak menyangka akan berkata seperti itu lalu melempar sayuran padaku atas perkataan yang kusampaikan.

Kukatakan bahwa jika sikapnya tidak berubah maka setiap pria akan kabur darinya. Pagi itu dapur dipenuhi suara tawa meskipun dengan membuat marah jiejie tapi aku suka suasana ramai seperti itu.

Disisi lain ayah dan Yi gege yang menikmati teh bersama melihat kami yang membuat seisi rumah dipenuhi suara tawa. Hal itu membuat ayah tertawa senang.

"Akhirnya suasana rumah kembali seperti dulu. Meskipun Chun Hua suka bermain, bercanda, membuat masalah tapi berkat dia keluarga ini terasa ramai dan hidup." Kata ayah sambil tertawa senang dan menatap kami dari jauh sedangkan kakakku hanya menatap diam.

Lalu ayah kembali menatap kami dari jauh. Sedangkan kakakku hanya terdiam tanpa mengatakan apa-apa.

Meja makan sudah dipenuhi makanan, aku keluar menghampiri ayah dan Yi gege memberitahu mereka makanan sudah siap lalu aku menggandeng mereka berdua masuk bersama. Saat dimeja makan, jiejie masih mengabaikanku bahkan menolak setiap kali aku mengambil lauk untuknya.

Akhirnya aku meminta maaf dan janji tidak akan bercanda seperti itu lagi tapi jiejie masih mengabaikanku lalu kugunakan jurus terakhir yaitu menggelitiknya sampai memaafkanku. Kemudian aku ambil beberapa lauk untuk jiejie sebagai tanda maafku dan jiejie memakannya yang berarti dia sudah memaafkanku.

Kami pun mulai makan bersama, saat makan aku mulai merasa aneh, kuambilkan lauk lainnya untuk kucoba lalu ambil lagi yang lain dan yang lain lalu yang lainnya.

"Chun Hua ada apa?" Tanya ibu yang melihat tingkah anehku.

Aku tersadar setelah mendengar suara ibuku dan kembali tenang memberitahu bahwa aku sangat lapar dan semua masakan ini terasa sangat enak yang membuatku jadi terburu-buru. Mendengar hal itu ayah dan ibu hanya bisa tertawa kemudian kulanjutkan makan.

Setelah selesai makan, kuberitahu ibu aku bisa membersihkan semua piring jadi ibu dan ayah bisa melanjutkan aktivitas mereka. Ibu menunjukkan reaksi tidak percaya bahwa aku bisa serajin ini lalu kutarik ibuku dan memanggil ayah juga Er jiejie agar mereka pergi mengurus pekerjaan mereka.

"Apa yang terjadi?" Tanya kakakku

"Aku tidak bisa merasakan... semua yang kumakan tadi tidak ada rasa apapun." Jawabku panik.

Dengan terburu-buru pergi kedapur lalu mencoba bumbu masakan tapi tidak ada rasa lalu mencoba lagi juga tidak ada lalu mencoba semua bumbu yang ada didapur satu per satu dengan paniknya kemudian aku hanya bisa terduduk menangis.

Yi gege hanya bisa berdiri diam melihat kondisiku lalu membawaku masuk dan memberitahu bahwa dia berencana untuk segera memberitahu pada ayah, ibu dan Chun Er agar mereka bisa mempersiapkan diri sebelum kondisi semakin parah.

"Mereka adalah keluarga..mereka berhak tahu meskipun sulit" katanya sambil memegang kedua bahuku. 

Air mataku mengalir keluar dan dengan berat aku menyetujui perkataan kakakku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang