Chapter 9

97 35 14
                                    

Aku masih tidak menyangka begitu banyak hal yang harus kuhafal. Bagaimana mungkin aku bisa ingat semua ini hanya dalam beberapa hari saja. 

Akhirnya kumulai untuk membaca dan dewa api sibuk mengurus pekerjaan resminya dan sesekali mengawasiku.

Tanpa terasa hari sudah malam, aku merasa sangat lelah dan tidak sanggup lagi membaca. Kulihat dewa api sedang meditasi dan kuputuskan untuk istirahat sebentar membaringkan kepala dimeja.

"Aaauuhhhh!!!! Aku merasa kepalaku seperti dipukul dan melihat dewa api berdiri tepat dihadapanku.

 "Aku merasa lelah jadi bermaksud istirahat sebentar tapi malah jatuh tertidur" kukatakan dengan senyum bodoh diwajahku. 

Dewa api ingin memukulku lagi dan ku menghindar, mungkin ini yang disebut refleks karena terlalu sering dipukul oleh ayah dan ibu. Aku pun segera berdiri dan meminta maaf pada dewa api bahkan dengan konyolnya meminta untuk dipukul lagi olehnya. Dewa api hanya tersenyum melihat tingkah konyolku. 

"Sekarang kau tersenyum itu berarti kau tidak marah lagi. Ohhh yaaa... mulai sekarang aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? Guru? Yu Han? Dewa api? Pangeran kedua? Atau yang mulia?" Tanyaku penasaran.

"Kau boleh memanggil Yu Han saat sedang berdua atau dipaviliun ini namun jika diluar kau harus memanggil dengan sebutan resmi seperti dewa api, yang mulia atau pangeran kedua agar tidak menimbulkan masalah." Katanya sambil menatapku dan aku mengangguk mengerti.

Kami berdua pun duduk dekat jendela sambil minum teh bersama. Diluar aku melihat bulan bersinar sangat terang dan terasa dekat jika dibandingkan bulan yang kulihat dialam bunga. Benar-benar pemandangan malam yang sangat indah.

"Jika dialam bunga, aku pasti akan minum arak tao hua dibawah pohon bunga persik dan menikmati indahnya bulan sekarang." Kataku sambil menatap bulan.

"Apa kau tidak kesepian? Selain kakakku dan dewa takdir kau tidak memiliki teman bahkan kau membatasi pelayan ditempat tinggalmu sendiri. Kudengar kau orang yang sangat dingin dan cuek karena itu orang merasa takut. Tapi aku tidak takut, aku adalah muridmu dan akan selalu menemani, mendengarkan, juga menghiburmu." Aku mengatakannya dengan penuh senyum dan semangat sambil menatapnya.

"Ingat besok pagi aku akan mengujimu." Yu Han bangun dan hendak meninggalkan ruangan. 

Dengan posisi sedang duduk aku menahan Yu Han yang hendak pergi dengan memegang pakaian bagian bawahnya dan memohon untuk tidak terlalu serius dalam hal hukuman. 

Aku memegangnya dengan erat dan enggan melepas sampai dia menyetujui permintaanku. Yu Han pun mendekatkan wajahnya padaku dan memukul ringan keningku dengan jari tengahnya dan kemudian tersenyum melihatku. Tanpa sadar tanganku melepaskan pakaiannya dan dia pergi dari perpustakaan.

Aku merasa gugup, terkejut dan jantungku berdetak kencang dengan apa yang terjadi dan membuatku tidak fokus. 

Semua buku yang kubuka dan baca berisi gambaran apa yang terjadi barusan. Sepertinya besok aku benar-benar akan dihukum dan kelaparan atau dia memang sengaja melakukannya agar aku dihukum besok. Pikiran ini sungguh menyebalkan.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang