Chapter 18

68 20 14
                                    

Sesampai dirumah ayah, ibu dan Er jiejie sudah menunggu di depan menyambut kepulangan kami berdua. Melihat hal itu membuatku berlari dan memeluk mereka dengan hangat dan bahagia. Ibuku buru-buru meminta kami semua masuk dan makan bersama.

Saat melihat banyaknya makanan dimeja membuatku takjub. Aku rasa ada sekitar 12 masakan dengan porsi yang besar. Kami pun mulai makan bersama. Aku makan dengan lahap tanpa bicara dan kemudian sadar ayah, ibu, dan Er jiejie memperhatikanku. 

Mereka merasa aneh dengan sikapku, biasanya setiap makan aku banyak bicara mengenai banyak hal. Tapi, sekarang aku tidak bicara apa-apa disaat banyak hal yang mereka ingin ketahui, mengingat sudah lama sejak aku meninggalkan rumah dan kembali sekarang. 

Ibu dan Chun Er menatap Yi gege untuk mendengarkan penjelasan. Tapi kakakku hanya mengangkat kedua bahu dan kembali melanjutkan makan.

Setelah selesai makan kami berkumpul duduk bersama dibawah pohon halaman depan rumah sambil menikmati teh dan suasana malam yang damai tapi tidak sesunyi paviliun awan. 

Kuberitahu mereka mungkin akan ada beberapa perubahan padaku sekarang seperti tadi saat makan aku tidak bicara. Kujelaskan bahwa itu salah satu peraturan dasar di paviliun awan dan selama disana aku mengikutinya dan tanpa sadar sudah menjadi kebiasaan.

"Dewa api sungguh luar biasa bisa membuat adikku berubah seperti ini" Er jiejie mengatakan sambil melihatku dengan tatapan sedikit mengejek.

"Dia adalah dewa api, hanya dengan tatapannya bisa membuat orang bersujud" mendengar perkataanku mereka semua tertawa. 

Aku pun terus bercerita bahwa selama tinggal di paviliun awan tidak ada waktu untuk bermalasan, setiap pagi dewa api akan mengujiku. 

Kalau gagal hukumannya tidak boleh makan. Aku melihat ayah ibuku terkejut mendengar hukuman kejam seperti itu dan kemudian kulanjutkan ceritanya bahwa aku menolak hukuman itu dengan memohon memelas kasihan dan dewa api tidak jadi menghukumku.

"Lalu menjadi pelayan bersih-bersih adalah keinginanmu sendiri?" Kata Yi gege tertawa.

Karena kebohonganku terbongkar aku pun tertawa dan menatap kakakku dengan tatapan tidak mau kalah dan kemudian mengeluarkan kertas-kertas portrait wanita yang minta dijodohkan dengannya dan menunjukkan kepada ayah, ibu dan Er jiejie.

Melihat hal itu membuat kakakku kesal dan ingin memberiku pelajaran. Akupun berlari-lari menghindarinya dan meminta pertolongan Er jiejie untuk menghentikannya sedangkan kedua orang tuaku hanya tertawa melihat tingkah anak-anaknya yang sudah dewasa tapi masih seperti anak kecil.

Kami menghabiskan malam dengan penuh tawa. Malam yang sangat membahagiakan dan tidak akan pernah kulupakan dalam hidupku bahkan jika aku harus kehilangan ingatan. Setiap wajah yang tersenyum dan tertawa akan terukir dalam hatiku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang