Chapter 27

54 17 15
                                    

Chun Yi terlarut dalam pikirannya yang bahkan tidak menyadari Yi Mei yang sedang menyajikan teh. Pada saat itu Yu Han tiba dan meminta Yi Mei keluar meninggalkan mereka berdua. Yi Mei yang sudah selesai menyajikan teh pun keluar dan bertemu dengan Ru Ling yang kemudian menariknya menjauh dari ruangan Yu Han. Melihat tingkah Yi Mei yang aneh membuatnya penasaran.

Tapi Yi Mei ragu untuk memberitahu temannya dan hanya menggelengkan kepala kemudian berjalan pergi. Sedangkan Ru Ling terus-menerus mengejar dan berusaha membujuk temannya untuk berbicara tapi Yi Mei terus berusaha menghindar.

Chun Yi menjelaskan alasan dia berkunjung karena tidak ada aktivitas dan merasa bosan. Bahkan dia mengajak Hong Ye, hanya saja dia sibuk dengan urusannya. Kemudian Chun Yi meminum tehnya dan tetap melanjutkan pembicaraan basa-basi yang tidak seperti dirinya. 

Yu Han hanya menatap diam tingkah aneh sahabatnya yang membuat suasana menjadi canggung.

Chun Yi menghela napas lalu "Aku ingin tahu tepatnya apa yang kau pikirkan tentang adikku Chun Hua?" Tanyanya dengan serius.

"Aku melihat pedang kayu Chun Hua" ujarnya lagi.

Chun Yi tetap menjelaskan bahwa awalnya dia tidak begitu memikirkan perubahan Yu Han. Tapi setelah melihat pedang kayu itu membuatnya khawatir dan berpikir lain. 

Simbol phoenix melambangkan Yu Han sebagai dewa api dan hanya dia yang boleh menggunakan simbol itu dalam enam alam. Memberikan barang atau apapun kepada orang lain dengan simbol phoenix sama saja berarti menandakan orang tersebut adalah milik dewa api.

"Aku tahu apa yang kulakukan dan akan bertanggung jawab hingga akhir. Kau mengenal baik diriku, apakah kau masih ragu dan perlu khawatir?" Katanya sambil menatap sahabatnya yang khawatir.

"Apa kau masih ingat kejadian 50.000 tahun lalu? Xi Xiao? Hal apa yang dikatakan padamu disaat-saat kematiannya" kata Chun Yi.

Mendengar hal itu membuat Yu Han memejamkan matanya dan mengingat kembali sumpah kutukan yang dilontarkan Xi Xiao saat itu.

Dalam enam alam sudah diketahui mereka yang berasal dari alam roh memiliki kekuatan mistis yang sangat kuat. Membuat sumpah kutukan pada saat-saat kematian tidak bisa dianggap remeh karena kutukan tersebut hanya bisa dibatalkan oleh mereka yang membuat kutukan itu sendiri. Bahkan Yu Han menganggap hal itu dengan serius karena sejak saat itu Yu Han mengunci rapat hatinya tapi sekarang malah membuka hatinya pada Chun Hua. Hal ini yang membuat Chun Yi dan Chun Er merasa sangat khawatir.

"Jika bukan karena sumpah kutukan, aku akan sangat senang dengan hubungan kalian"

Mendengar hal itu membuat Yu Han membuka matanya dan menatap Chun Yi.

"Aku akan menanggung sampai akhir apapun yang terjadi tanpa melibatkan adikmu. Aku bisa menjaminnya dengan nyawaku sendiri." 

Hong Ye yang berdiri diluar dan mendengar kemudian masuk dan menenangkan kedua sahabatnya. 

"Chun Yi kau tahu setiap tindakan dan perkataan Yu Han bisa diandalkan. Selain itu, tidakkah kau mempertimbangkan perasaan Chun Hua juga. Tanpa ditanya pun aku tahu Chun Hua menyukai Yu Han." Hong Ye kemudian menuangkan teh dan mengajak bersulang bersama. 

Chun Yi hanya tidak mau terjadi sesuatu yang buruk. Mengingat mereka berdua orang terdekatnya, yang satu adalah adiknya dan disisi lain adalah sahabatnya. 

Hong Ye yang melihat sahabatnya khawatir kemudian menepuk bahunya dan Yu Han meyakinkan sekali lagi bahwa dia akan menjaga Chun Hua hingga akhir.

"Jika Yu Han sudah mengatakan begitu maka tidak perlu khawatir" Hong Ye pun mengangkat cangkir dan mengajak kedua sahabatnya bersulang lagi

Sedangkan aku baru saja masuk kekamar dan kuletakkan pedang fenghuang hua diatas meja dan memperhatikan dengan senang. Tidak menyangka aku memiliki pedang yang hanya ada satu diseluruh alam. Kemudian mendengar suara, kubukakan pintu untuk melihat. 

Kulihat kakakku dan Hong Ye yang keluar dari ruangan Yu Han. Tidak tahu apa yang mereka bicarakan sampai selarut ini dan kututupkan pintu untuk istirahat mengingat besok aku akan mengunjungi alam manusia bersama Yu Han.

Kudengar suara ketukan depan kamar dan membukanya. Yu Han berdiri menatapku dengan tatapan sedih, takut dan khawatir. 

Aku menarik tangannya untuk masuk kekamarku kemudian dia memelukku dengan erat dan semakin erat.

Aku yang tidak tahu apa yang terjadi hanya bisa memeluknya kembali. Tanpa sadar Yu Han meneteskan air mata dan memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya dalam pelukanku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang