Chapter 83

37 9 6
                                    

Setiap hari kuselalu berlatih berjalan sekeliling rumah juga diluar entah dihutan bunga persik, kolam lotus atau pasar. Awalnya sulit tapi setelah beberapa hari kulatih sekarang sudah membaik dan bisa bergerak sendiri kemana pun aku mau tanpa merepotkan orang lain.

Keluargaku yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing, saat malam kami akan berkumpul bersama. Selama berhari-hari ini kami sekeluarga melewati hari dengan baik seperti tidak terjadi sesuatu. Aku tidak tahu pasti jika dibelakangku kondisi mereka seperti apa tapi berharap semua akan baik-baik saja.

Setiap hari aku akan merindukan Yu Han dan bertanya-tanya sendiri apa yang sedang dilakukannya. Jika merindukannya aku akan memegang pedang fenghuang hua untuk menyentuh simbol phoenix.

Aku sering membayangkan wajahnya agar tidak lupa bahkan hampir setiap hari. Selain itu, sejak belakangan ini pendengaranku sudah mulai terganggu. Itu berarti mahkota bunga yang keempat akan segera lepas lalu pendengaranku akan segera menghilang. Karena hal ini aku tidak diizinkan pergi kemana-mana oleh keluargaku dan mereka menjagaku secara bergantian dirumah.

Mencium aroma makanan membuatku keluar kamar, aku mendengar suara semua orang dalam ruang ini lalu ayah menuntunku duduk dikursiku. Tak berapa lama, kami semua duduk dan ibu memberitahu sayuran apa saja yang dibuat hari ini dan letaknya.

Aku pun mengerti dan sudah mengingatnya tapi tetap saja keluargaku secara bergantian akan mengambilkan lauk padaku tanpa kuminta. Mereka sudah melakukan hal ini dari sejak penglihatanku hilang. Meskipun sudah kuberitahu berhenti melakukan hal itu tapi mereka tetap masih melakukannya.

Setelah selesai makan, ibu dan Er jiejie menyuruhku istirahat dikamar dan ayah menghampiriku untuk menuntunku tapi aku menolak dan ayahpun mengerti kemudian berjalan pelan menuju kamar. Er jiejie segera masuk kamarku ketika mendengar suara terjatuh begitu juga yang lain. Er jiejie membaringkanku dipangkuannya dan melihat bunga merah keluar melepaskan mahkota keempat kemudian masuk kembali ketubuhku.

Yi gege segera menggendongku kembali keranjang dan menyelimutiku. Tubuhku sangat lemah dan terasa sakit. Aku bahkan tidak mendengar suara apapun, tidak tahu apakah pendengaranku sudah hilang atau memang karena suasana sepi. Tak lama, aku pun jatuh tertidur.

Yi gege menjagaku dikamar dengan tatapan kosong melihat keluar jendela. Sedangkan diluar kamar terdengar suara tangisan ibu yang tidak siap harus kehilangan putrinya dan suara ayah yang berusaha menenangkan.

Saat itu Chun Er masuk dan menghampiri adiknya, menggenggam tangannya dan mulai menangis. Setelah merasa tenang, Chun Er menghampiri kakaknya yang duduk dekat jendela lalu meletakkan tangan dibahu kakaknya.

Saat itu air mata Chun Yi mulai mengalir dipipi dan tangannya memegang gelang biji lotus pemberian Chun Hua. 

"Kurasa pendengarannya sudah hilang."

Chun Yi mulai menangis mengingat betapa gelap, sepi dan takutnya Chun Hua setelah bangun dari tidurnya.

Mendengar hal itu membuat Chun Er jatuh dalam tangisan. Mereka tidak menyangka adik mereka yang riang, penuh tawa, nakal dan punya banyak akal untuk membuat orang disekitarnya senang akan berakhir dengan cara kejam seperti ini. Inilah yang membuat mereka sebagai kakak dan kedua orang tua merasa sangat sedih.

Ayah, ibu, Chun Yi dan Chun Er berada dalam kamar. Chun Yi segera duduk disamping ranjang setelah melihat adiknya mulai bangun. Perlahan Chun Hua membuka mata dan Chun Yi meletakkan tangannya ditangan Chun Hua.

Aku tahu ini Yi gege setelah memegang gelang ditangannya lalu aku berusaha bangun yang dibantu oleh Yi gege dengan menyenderkan punggung kebantal. Aku sadar bahwa pendengaraku sudah hilang karena sangat sepi bahkan suara angin pun aku tidak bisa mendengarnya.

Melihat tingkahku yang diam semua keluargaku pun tahu akan hal itu. Lalu kakakku menulis kata ditelapak tanganku yang bertuliskan "jangan takut" lalu aku tersenyum dan mengangguk. Chun Er memberikan minum pada adiknya.

Aku tahu itu adalah Er jiejie dari aroma tubuhnya yang khas lalu mengucapkan terima kasih padanya. Kuberitahu bahwa aku tahu karena aroma tubuhnya lalu meminta ibu jangan menangis dan ayah jangan khawatir karena ini semua adalah proses yang sudah diprediksi sebelumnya.

Duniaku sekarang gelap dan sepi. Hal ini membuatku lebih sering melihat bayangan Yu Han dan merindukannya. Dalam kamar akan selalu ada yang menemaniku. Mereka tidak membiarkanku sendiri. Terkadang aku merasa bosan dalam kamar dan kami semua hanya akan pergi kehalaman depan untuk menikmati angin malam serta makan cemilan ditemani arak tao hua.

Aku bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan bagaimana raut wajah mereka. Sesekali akan ada orang yang menuliskan ditelapak tanganku apa yang mereka bicarakan dan aku akan tetap mengeluarkan leluconku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang