Chapter 30

51 16 14
                                    

Yu Han keluar dari kamarnya menghampiri kamar Chun Hua dan memanggilnya tapi tidak ada respon apa-apa. Dia membuka pintu dan masuk tapi tidak menemukan Chun Hua. Kemudian melihat surat diatas meja.

"Sudah kukatakan jangan pergi sendirian" katanya sambil menghela napas kecil dan tersenyum kemudian mendekati jendela dan melihat keramaian diluar.

Saat ini aku sedang dalam keramaian, pagi tadi bangun terlalu awal dan tidak ingin menganggu istirahat Yu Han jadi kuputuskan untuk pergi sendiri. 

Awalnya hanya ingin melihat-lihat sekitar dan membeli makanan kemudian membawanya ke penginapan dan mencobanya dengan Yu Han. Tapi sekarang aku lupa dan berkeliaran kesana-kemari.

Begitu banyak hal yang menyenangkan untuk dilihat, bukan saja aktivitas orang-orang atau banyaknya yang menjual makanan tapi karena banyaknya yang menghiasi kota dengan lentera warna warni. 

Setiap rumah, toko, jalanan, jembatan bahkan pohon sekalipun dihiasi lentera. Setiap orang bergotong-gotong menghiasi dengan senyum bahagia diwajah mereka. melihat pemandangan ini membuatku tidak sabar melihat betapa indahnya jika dimalam hari.

Setelah berjalan-jalan aku pun lupa waktu bahkan tidak sadar begitu banyak makanan yang kubeli untuk dibawa ke penginapan. 

Sesampainya aku menghampiri kamar Yu Han dan mengetuk, setelah beberapa saat dia mengizinkanku masuk.

Aku segera menyiapkan makanan yang kubeli dari pasar dan memintanya mencicipi. Yu Han memberikan salah satu makanan padaku tapi aku menggelengkan kepala.

"Aku sudah kenyang, saat tadi membeli aku sudah mencicipi. Semua yang kubawa padamu sangat enak karena aku sudah menyeleksinya" kukatakan dengan senyum sambil melihatnya yang sedang mencobanya. 

Kami kemudian menghabiskan siang hari dikamar bersama dengannya seperti berbincang, bermain catur bahkan meditasi. Tapi yang bermeditasi hanya Yu Han sedangkan aku hanya membaca buku cerita dari alam manusia.

Yu Han baru saja selesai bermeditasi, tanpa terasa hari sudah mulai gelap dan Yu Han melihatku yang tertidur diatas meja dan buku disamping wajahku. 

Mendengar keramaian diluar membuat Yu Han melihat dari jendela dan membangunkan tidurku.

Aku mendekati jendela dan melihat seluruh kota dipenuhi cahaya warna warni lentera. Sungguh pemandangan yang sangat indah dan belum pernah kulihat. Tidak sabar ingin keluar dan bergabung aku pun mengajak Yu Han segera keluar. 

Suasana diluar sangatlah ramai dari siang tadi, mendengar suara anak-anak yang bermain, melihat banyak keluarga dan sepasang kekasih yang pergi bersama.

Aku dan Yu Han berjalan-jalan menikmati suasana yang sangat jarang bisa kami alami. Tiba-tiba kami melihat begitu banyak orang menuju suatu tempat, aku pun menggenggam tangan Yu Han dan mengikuti orang-orang kemudian melihat banyaknya kerumunan. Kami berdua masuk dan bergabung dalam kerumunan dan menyaksikan opera yang bercerita tentang sepasang kekasih yang berpisah kemudian bertemu dan bersama lagi. 

Yu Han melihat kearahku kemudian menatap tangan kami yang masih bergenggaman. Sepanjang pertunjukkan opera, dia hanya menatapku dengan senyum tanpa kusadari.

Setelah selesai melihat pertunjukkan opera, kami masih berjalan-jalan bersama. Aku dengan semangatnya menceritakan kembali cerita opera itu meskipun tahu Yu Han juga melihatnya kemudian menyadari hampir semua orang membawa lampion besar yang terbuat dari kertas yang berwarna-warni. Yu Han memintaku menunggu sebentar kemudian pergi.

Tak berapa lama dia kembali dengan membawa sebuah lampion kertas berwarna biru muda dan menggenggam tanganku lalu kami datang kejembatan yang ada dikota. 

Yu Han menjelaskan padaku, acara puncak dari festival lentera adalah menerbangkan lampion lalu menuliskan permintaan pada lampion atau berdoa saat lampion sudah terbang. Menerbangkan lampion berarti mengirim surat untuk para dewa dan ini menjadi kepercayaan bagi manusia.

Kemudian kami mulai menyalakan lampion dan melepaskannya. Perlahan lampion naik keatas, bukan hanya satu tapi sangat banyak. 

Hal ini sungguh indah, terlihat langit gelap berhiaskan lampu warna-warni. 

"Jika manusia berdoa pada dewa lalu kita sebagai dewa berdoa pada siapa?" Tanyaku.

"Kau bisa berharap padaku" katanya sambil menatapku dan aku tersenyum mendengarnya. 

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang