Chapter 82

37 9 4
                                    

Aku melatih langkahku agar dapat bergerak sendiri dengan menghafal berapa langkah dari satu tempat ketempat lain. Kuhabiskan selama beberapa jam hanya untuk bergerak disekitar rumah lalu menemui Yi gege dikamarnya. Melihatku membuatnya ingin membantu tapi kuhentikan karena aku ingin melakukannya sendiri dan kakakku hanya melihat dan berdiri tidak jauh dariku.

"Gege, apa yang sedang kau lakukan? Kau tidak keistana langit?"

Kakakku mengatakan bahwa dia minta liburan pada gurunya dan diizinkan dengan mudah karena dari sejak awal mejadi murid sampai menjadi tabib kemudian menjadi ketua tabib diistana langit, tidak pernah sekalipun kakakku meminta izin atau libur. Mungkin karena itu gurunya mengizinkannya kali ini mengambil liburan panjang.

Apa kakak mengambil liburan panjang hanya karena aku lalu bagaimana dengan kerjaannya di istana langit bagaimana jika terjadi sesuatu padanya karena aku. 

Chun Yi melihatku yang terdiam dan tampak tahu apa yang kupikirkan kemudian menjelaskan bahwa dia ingin libur atas kehendaknya sendiri bukan karena hal lain mengingat perang sudah selesai dan enam alam dalam masa damai jadi tidak akan ada banyak kerjaan di istana langit. 

Mendengar hal itu membuatku tenang dan mulai bicara banyak hal sambil berjalan-jalan dan mencium apapun yang kusentuh lalu menanyakan pada kakakku barang apa itu.

Kakakku lalu memberitahu bahkan menjelaskan satu per satu kegunaannya dengan sabar tanpa merasa terganggu selama beberapa waktu. Tak lama aku berdiri dan pamit keluar pada kakakku. Kuberitahu ingin mengunjungi hutan bunga persik sekaligus untuk menghafal berapa langkah untuk pergi kesana dari rumah.

Aku berjalan perlahan dan menghitung langkah ditemani kakakku. Tampaknya dia khawatir jika membiarkanku pergi sendiri dan menawarkan bantuan. Aku menyetujuinya tapi berikutnya aku ingin pergi sendiri dan dia menyetujui permintaanku.

Aku bisa tahu bahwa kami sudah tiba dihutan bunga persik karena aroma yang familiar dari hutan ini. Kakakku membawa kepohon yang biasa kududuki. Tak disangka butuh waktu yang lama untuk sampai kesini. 

Kututup mataku untuk menikmati udara dan aroma harum hutan ini dengan senyuman diwajah. Seketika aku memikirkan Yu Han dan bayangannya mulai muncul dipikiranku bahkan terasa dimataku. Tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang dan bagaimana situasi disana. 

"Gege, apakah menurutmu benar aku merahasiakan kondisiku darinya? Tidakkah menurutmu aku egois atau bersikap tidak adil padanya?" Tanyaku.

Hal yang kudengar dari kakakku membuatku merasa tenang, dia mengatakan bahwa Yu Han adalah sahabatnya dan sudah mengenalnya lama, saat nanti dia tahu pasti akan menyalahkanku karena tidak memberitahunya, akan marah, merasa tidak adil dan menganggap egois karena merahasiakan darinya. Setelah beberapa waktu, akan berakhir menyalahkan dirinya sendiri. Disaat itu aku yakin dia akan paham alasan kau tidak memberitahunya. Dia akan sadar bahwa merahasiakan darinya adalah bentuk kepedulian dan cinta darimu dengan tidak membiarkan dia menyaksikan saat-saat paling menyakitkanmu hingga hari terakhir hidupmu yang mungkin akan menjadi mimpi buruk disepanjang hidupnya karena rasa bersalah tidak bisa menjagamu dan melakukan apa-apa. 

Jadi, kau sudah melakukan hal yang benar karena dengan merahasiakannya berarti kau sudah menjaga hidupnya dari rasa bersalah sepanjang hidup menjadi kesedihan dalam waktu lama. Paling tidak rasa sedih lebih baik dari rasa bersalah karena rasa sedih dapat sembuh perlahan meskipun membutuhkan waktu lama. Tapi, rasa bersalah tidak bisa disembuhkan tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Mendengar perkataan kakakku membuat mataku berkaca-kaca dan tersenyum disaat bersamaan. 

"Bagaimana denganmu, apa kau merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa padaku?" Tanyaku lagi.

Chun Yi hanya terdiam mendengar perkataan adiknya, karena memang itu yang dirasakan oleh Chun Yi dan hal itu membuatnya mengeluarkan air mata.

Aku tahu bahwa kakakku merasa bersalah dan mungkin sekarang dia menangis sambil menatapku. Aku tidak ingin kakakku hidup dalam rasa bersalah atas kematianku.

"Kau adalah kakakku yang paling luar biasa, paling hebat dan hangat. Aku hanya ingin kau hidup bahagia bersama orang yang kau cintai dan memiliki keluarga. Bisakah kau berjanji denganku untuk tidak hidup dalam rasa bersalah dan sedih berkepanjangan?"

"Jika gege hidup bahagia itu berarti sudah membuatku bahagia karena aku akan selalu melihat dimanapun kuberada." Ujarku lagi sambil menangis.

"Kau tampak semakin bodoh dengan menangis seperti ini" katanya sambil menghapus air matanya dan menghapus air mata diwajahku lalu kami berdua tertawa bersama. 

Chun Yi mengambil tanganku dan meletakkan ditangannya. Aku bisa merasakan sesuatu dipergelangan tangannya. Jelas itu adalah gelang tapi terasa akrab bagiku lalu aku tersenyum.

"Gege masih menyimpannya? Kuingat dulu kau mengatakan itu jelek dan akan membuangnya lalu kenapa sekarang masih ada dan kau memakainya?" Tanyaku. 

Kakakku mengatakan bahwa gelang ini hadiah pertama dariku jadi bagaimana bisa membuangnya, lalu kakakku tertawa karena ingat bagaimana seriusnya dulu saat aku membuatkan gelang jelek itu dan hal itu yang membuatnya tidak tega membuang lalu menyimpannya. 

"Mulai sekarang aku akan memakainya, jadi jika kau menyentuh gelang ini kau akan tahu bahwa itu adalah aku." Katanya dan aku mengangguk mengerti. 

Gelang itu terbuat dari biji bunga lotus, aku membuatnya saat masih kecil dulu dan memberikan pada Yi gege sebagai orang pertama yang menerima hadiah buatanku. 

Aku juga ingat betapa sulitnya dulu aku membuat gelang itu dengan kedua tanganku yang kecil dan hal ini membuatku tertawa setelah mengingatnya kembali. Tak disangka sekarang gelang itu berguna untukku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang