Chapter 85

38 9 9
                                    

Ibu dan Chun Er bangun perlahan dan lebih awal untuk menyiapkan makanan serta menyiapkan bahan untuk membuat kue bulan. Saat aku bangun, aku meraba-raba mencari ibu dan jiejie bahkan memanggil mereka.

Beberapa saat menunggu tapi tidak ada respon, saat itu ada yang membuka pintu dari langkah kakinya aku tahu bahwa itu Yi gege. Dia membantuku bangun dari tempat tidur kemeja, memberikanku sumpit lalu aku mulai makan perlahan. Kakakku menuliskan kata pada tanganku berupa 'pasar'. Hanya dengan satu kata, aku pun mengerti.

Kakakku membawa kehutan bunga persik, aku hanya ingin menikmati angin dan aroma hutan ini. Bisa kurasakan kelopak bunga yang jatuh menyentuh tubuhku, suara angin yang menggerakkan pohon bunga dan banyaknya kelopak bunga yang terbang berjatuhan.

Ku ulurkan tanganku dan kelopak bunga jatuh diatasnya lalu berjalan perlahan ketempat biasa kusuka duduk. Menyenderkan punggung dan kepala dibatang pohon yang besar dengan banyak pikiran yang melintas.

Aku hanya tenggelam dalam pikiran sambil menutup mata dan ingatan bahagia masa lalu bermunculan saat aku bersama keluargaku berkumpul dan tertawa bersama, saat aku bersama dengan Yu Han dialam manusia, saat aku, kakak, Yu Han, Hong Ye dan Xi Chou berkumpul bersama dipaviliun awan dan kenangan bahagia lainnya.

Tepat saat itu, aku merasa ada yang menyentuh bahuku seperti hendak membangunkanku lalu aku membuka mata perlahan. Tampaknya aku tertidur selama duduk dibawah pohon, bahkan setelah tidur pun aku masih merasa sangat mengantuk.

Aku memegang tangan yang membangunkanku dan memegang gelang biji lotus. Aku kemudian bangun perlahan dan merasakan kaki sudah tidak memiliki kekuatan untuk berjalan.

Kakakku lalu menggendong dan berjalan pergi, tampaknya hendak membawaku kembali karena hari sudah gelap. Saat hendak pergi dari hutan bunga persik, dalam hati kukatakan 'selamat tinggal' dan meneteskan air mata. 

Chun Yi menoleh, merasakan tetes air mataku yang jatuh dilehernya. Saat itu Chun Yi mulai mengeluarkan air mata tampak tahu bahwa adiknya tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Setiba dirumah Chun Yi melihat semua keluarga sudah menunggu dihalaman depan dengan beberapa potong kue bulan serta teh yang sudah siap. Ibu memberikanku sepotong kue bulan lalu aku mencicipinya dan mengatakan dengan senyum kue tersebut sangat lembut dan enak.

Wajah semua keluargaku berubah menjadi sedih tanpa satupun yang bicara, mata mereka berkaca-kaca lalu Chun Yi memberitahu ayah, ibu dan Chun Er untuk makan kue bulan dan mengingatkan kembali keinginan Chun Hua untuk tidak bersedih. Lalu mereka semua makan kue bulan dan minum teh. Malam itu bulan bersinar sangat terang dan indah.

Meskipun aku tidak bisa melihatnya tapi aku tahu seindah apa alam bunga saat disinari cahaya bulan karena itu semua ada dalam kepalaku. Sekarang aku merasa sudah cukup membuat keluargaku sedih, aku sudah menyiapkan diri untuk pergi kapanpun.

Meskipun keluargaku tidak menunjukkan tangisan mereka dihadapanku tapi aku tahu mereka menangis dibelakangku. Karena aku juga melakukannya, saat ini aku hanya ingin menyampaikan keinginanku untuk yang kesekian kalinya.

"Ingatlah untuk tidak bersedih terlalu lama karena aku akan selalu ada bersama kalian"

Aku kemudian meminta untuk kembali istirahat kekamar dan kedua kakakku membantuku. Setiba dalam kamar aku segera terjatuh kelantai dengan posisi bersujud lalu memuntahkan darah. 

Saat itu aku hanya bisa menangis kemudian mencoba untuk mengeluarkan suara tapi tidak bisa kemudian kucoba lagi tapi hanya darah yang keluar dari mulutku. Lalu aku pecah dalam tangisan dan jiejie memelukku dengan erat menangis bersamaku.

Aku berbaring diranjang dengan pedang fenghuang hua disampingku. Saat ini aku sangat merindukan Yu Han tapi aku hanya bisa menyentuh simbol phoenix pada pedang. 

Mataku sungguh berat dan merasa sangat mengantuk. Aku bisa merasakan ada seseorang disamping ranjang. Kucoba untuk mencari tahu siapa dan saat itu, ada tangan yang menghampiri tanganku dan aku merasakan terdapat gelang biji lotus pada tangannya.

Air mataku mengalir keluar dari samping dan terjatuh dibantal. Yi gege menggenggam tanganku, aku melepaskan genggaman tanganya untuk menuliskan kata 'keluarga'. Yi gege kemudian memberitahuku bahwa mereka semua ada didekatku. Aku mengangguk mengerti dan napas mulai terasa berat.

Ayah, ibu, Chun Yi dan Chun Er semua tenggelam dalam tangisan dan mendekati Chun Hua yang tampak tidak bisa bertahan lagi. Chun Yi yang tidak tega melihat adiknya yang berusaha bertahan kemudian memberitahu lewat tulisan ditangan bahwa aku boleh pergi sekarang. Tepat saat itu aku menulis kata 'jaga diri' dan tersenyum.

Cahaya merah keluar dan mahkota bunga terakhir gugur menghilang bagai debu. Aku merasa sangat mengantuk kemudian mulai menutup mata dan menghembuskan napas terakhir dengan memegang pedang fenghuang hua. Ayah, ibu dan Chun Er menangis dengan keras atas kepergian Chun Hua sedangkan Chun Yi berjalan keluar kamar dengan lunglai dan dengan tatapan kosong serta air mata mengalir keluar.

Dia pergi menuju hutan bunga persik tempat Chun Hua biasa duduk lalu pecah dalam isak tangis dengan memegang dadanya yang terasa sesak dan berat mengingat adiknya yang nakal, ceria, dan suka menunggunya pulang sudah pergi dari sisinya.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang