Chapter 19

64 19 18
                                    

Kubukakan jendela melihat suasana pagi yang kurindukan, melihat orang-orang yang beraktivitas membuatku buru-buru keluar untuk berkeliling dan mencari aktivitas salah satunya mengunjungi pasar. 

Dalam perjalanan aku melihat Er jiejie yang membawa dua keranjang kosong aku menghampirinya dan mengambil satu keranjang.

Suasana pasar sangatlah ramai, kamipun memilih sayuran dan buah-buahan. Jujur saja aku tidak tahu cara memilih sayuran dan buah-buahan tapi aku tahu cara berbincang dengan para penjual. 

Setelah selesai membeli kami pun berjalan pulang dengan membawa keranjang yang terisi penuh.

Aku merasa canggung tiap kali berdua saja dengan Er jiejie, tidak tahu harus memulai berbicara apa karena dia orang yang serius dan tidak bisa diajak bercanda seperti Yi gege. Jujur saja aku lebih takut dengan jiejie daripada Yu Han.

Aku ingin menghilangkan rasa canggung dengan memulai perbincangan tapi aku perlu mengumpulkan keberanian dulu dan menarik napas. 

Baru saja membuka mulut jiejie pun bertanya padaku. "Meimei, kau berencana sampai kapan tinggal bersama dewa api? Sebagai pangeran dia punya tanggung jawab besar dalam enam alam. Pernakah kau berpikir keberadaanmu mungkin saja mengganggunya?" 

Seperti biasa Er jiejie memberi nasehat dan aku tidak berani membantah perkataannya. Jika tidak aku akan mendengar ocehannya berjam-jam lamanya.

Saat itu aku melihat Yi gege menghampiri kami, dimataku dia benar-benar pelindungku dan tahu aku sedang mencari bantuan sekarang. 

Datang disaat yang tepat, kuberikan keranjang pada kakakku dan berusaha pergi dari suasana mencekam. Kukatakan pada mereka berdua aku akan latihan bela diri agar tubuhku tidak kaku pada sangat kembali ke paviliun awan nanti dan kemudian pergi menjauhi mereka berdua.

Er jiejie berusaha menghentikanku tapi dihentikan oleh Yi gege dan mereka berjalan pulang bersama. Melihat mereka menjauh aku pun menghela napas lega dan mulai mencari kesenangan.

"Gege, kau selalu memanjakan Chun Hua meimei. Setiap kali kuberi nasehat dia selalu kabur dengan banyak alasan." Katanya.

Hanya dengan melihat ekspresi Chun Er, dia tahu bahwa Chun Er mengkhawatirkan Chun hua. 

"Kurasa Chun Hua sudah bertemu orang yang tepat untuk mendidiknya. Dia sangat menghormati dewa api karena itu tidak perlu khawatir." Jawab Chun Yi.

Chun Er melihat kakaknya dan terus melanjutkan pembicaraan bahwa dia khawatir bagaimana jika orang-orang salah paham dengan kedekatan mereka. Seperti yang sudah diketahui bahwa dewa api tidak pernah dekat dengan siapapun belum lagi Chun Hua meskipun masih muda tapi tetap seorang wanita. Bagaimana jika suatu saat nanti rasa hormatnya pada dewa api akan berubah.

Kemudian Chun Er pergi dan Chun Yi hanya melihat kepergian adiknya dan merenung perkataan Chun Er. 

Sebenarnya dalam hati Chun Yi juga khawatir dengan hubungan antara Chun Hua dan Yu Han. Mengingat Chun Yi sudah mengenal Yu Han sejak dulu dan belum pernah melihatnya begitu dekat dengan wanita. Jangankan dekat bahkan melirik pun tidak. Chun Yi pun menghela napas dan berjalan pulang.

Sedangkan aku sedang bersenang-senang bermain dengan anak-anak dan mengajarkan beberapa gerakan bela diri pada mereka sambil bercanda. 

Tanpa terasa hari sudah mulai malam, mereka pun satu per satu kembali pulang dan meninggalkanku sendiri. Melihat bulan membuatku ingin melakukan kebiasaan lama. 

Aku duduk dibawah pohon bunga persik dengan membawa beberapa botol arak Tao Hua untuk menghabiskan malam. Setelah beberapa saat sendiri, Yi gege pun datang menemaniku minum.

Dia melihat simbol phoenix dan mengambil pedang kayu disampingku. 

"Saat berlatih pedang tadi anak-anak mendekatiku jadi aku bermain dengan mereka dan mengajarkan beberapa gerakan bela diri" jelasku padanya. 

Melihat kakakku yang begitu serius memperhatikan aku pun merebut pedang darinya dan bertanya kenapa begitu serius dengan pedang kayu. 

"Apa itu dari Yu Han?" Tanyanya dan akumenganggukkan kepalaku. 

Kujelaskan Yu Han memberikanku untuk berlatih dan berjanji saat aku sudah menguasainya dia akan memberikan pedang asli padaku sebagai hadiah. Entah kenapa aku merasa reaksi kakakku menjadi serius.

"Gege, kau kenapa? Aku merasa kau bersikap aneh". Kataku

"Apa kau tahu pedang kayu itu memiliki simbol phoenix. Yu Han adalah phoenix dan dia memberikan barang dimana terdapat simbolnya. Tidakkah kau berpikir apa artinya?" Tanyanya dengan menatapku serius.

Aku tidak mengerti, bukankah itu hanya simbol dan kenapa hanya karena simbol membuat kakakku begitu serius. Apa salahnya aku menerima barang pemberian Yu Han yang ada simbol phoenixnya. Mengingat aku bisa dianggap muridnya sendiri. 

Kakakku hanya menatap dan pergi meninggalkanku. Akupun sendiri tapi untungnya ada arak Tao Hua menemani kesendirianku.

TAO HUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang