105. Tidak Sengaja

348 75 37
                                    

Serial The JAHat Stories - 105. Tidak Sengaja

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2021, 11 Oktober

-::-

Siang terik menerjang dua orang yang baru saja turun dari mobil. Seorang pemuda melangkahkan kaki panjang-panjang agar tiba lebih dulu di pintu kaca. Dia memegang pegangan pintu dan mendorong pintu kaca tersebut agar menjeblak terbuka, mempersilakan seorang perempuan yang dia hormati untuk melewati ambang pintu sebelum kemudian dia menyusul masuk ke dalam.

"Ini butik punya ibunya Hamzah, Mi," kata si pemuda pada perempuan yang kini melihat-lihat banyaknya pakaian di dalam sana.

Johnny menyapa ramah pada Ulya yang tengah melayani calon pembeli lain. Hari ini dia libur kuliah dan sengaja mengajak Mami ke butik untuk membeli beberapa pakaian muslimah. Dia berhasil mengajak Mami untuk melakukan tur bertiga ke tiga kota sebagaimana yang disebut Ulya pekan lalu.

Tadinya, Mami ngga mau rencana mereka untuk me-recall momen mereka di Eropa tergantikan ke tiga kota yang disebut Johnny. Tapi karena putranya itu bilang bahwa dia berjanji akan melakukan tur ke Eropa juga sesudah perjalanan ke tiga kota yang dimaksud, akhirnya Mami setuju juga. Papi sih ikut aja, karena bagian Papi cuma menyiapkan dana. Haha.

"Bagus-bagus ya," Mami memegang satu lengan gamis yang dikenakan manekin. "Mami pakai ini, apa cocok?"

"Assalamu'alaykum," sapa Ulya dengan ramah pada Johnny dan Mami. Dia meninggalkan calon pembeli lain sejenak karena prosedurnya adalah memang dia sebaiknya menyapa calon pembeli lain yang baru masuk. "Selamat siang, perkenalkan nama saya Ulya, Ibu. Ada yang bisa dibantu?"

Johnny tertawa kecil. "O iya, kenalin, Mi, ini Ulya, yang jaga toko di sini---Ini nyokap gue, Ul."

Bibir Ulya membulat kaget. Dia pikir tadi Johnny ke sini sama tante-tante siapa sih? Kirain dia udah ngga sama ciwi-ciwi, sekarang sama tante-tante. Astaghfirullaah... Ternyata Maminya!

"Oh, halo, Tante, senang banget bisa ketemu sama Tante..."

Ulya menangkupkan kedua tangan di depan dagunya sendiri. Dia memang tidak lantas mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan orang lain. Karena sungkan, belum tentu orang lain mau jabat tangan juga.

Sejenak Mami menghentikan kegiatannya memerhatikan pakaian yang dikenakan manekin, demi melihat pada Ulya. Menatap wajahnya dengan benar sebelum melepas senyum.

"Ya," kata Mami. "Halo."

Ulya jadi bingung sendiri karena Mami kembali melanjutkan melihat-lihat pakaian.

"Tinggal aja, Ul," kat Johnny sembari melirik pembeli lain yang masih pilih-pilih. "Nanti kalau butuh ukuran, gue panggil, Oke?"

Ulya mengangguk, lalu pamit permisi dan beralih ke calon pembeli lain.

"Ini bagus nih, Sayang," Mami memegang satu gamis berwarna biru pekat, "ada yang buat cowoknya juga. Buat kamu sama Papi."

Johnny mengangguk setuju. "Mau yang ini, Mi?"

"Kayaknya iya, ini satu... Hm, kamu pakai ukuran XL kayaknya ya?" Mami mendongak, melihat anak laki-lakinya yang memang besar. "Papi mestinya XXL. Tingginya sama kayak kamu, tapi gendut."

Johnny memang menuruni gen fisik ayahnya dengan sempurna. Hanya saja untuk wajah, dia cenderung mirip sang ibu.

"Sayang, nanti dari sini kita beli kacamata ya? Di sana kayaknya panas deh," kata Mami, melangkah ke manekin lainnya. "Ini bagus juga? Kita butuh bawa berapa baju?"

Johnny terkesiap. Tentang hal ini dia jelas tidak ada persiapan. Mereka harus bawa berapa baju ya? Harusnya dia tanya Hamzah atau Alif yang sudah berpengalaman tentang ini.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang