109. Berita Penting

507 94 83
                                    

Serial The JAHat Stories - 109. Berita Penting

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2021, 17 Oktober

-::-

Mengelus dada, Alif bersyukur akhirnya Sarah cabut juga dari kafe. Tentu saja dengan membawa nomor ponsel Alif yang sudah tersalin ke daftar kontak di ponsel perempuan itu. Ya abisnya gimana dong? Dia ngga enak lah, masa menolak memberi tahu perihal nomor ponselnya dengan alasan; Wah kakak kan udah nikah, ngga etis blablabla...

Lebih ngga estetik lagi dong alesan kayak gitu.

Tadi Sarah ngga bahas apa-apa sih, cuma nanya-nanya seputar perkuliahan Alif aja, sampe Alif menduga bahwa si Sarah ini mau daftar masuk ke kampus yang sama dengannya. Haha, becanda. Palingan itu cuma buat basa-basi aja. Setelahnya, Sarah bilang dia harus pergi karena ada urusan. Alif mengantar Sarah sampai perempuan itu mendapat taksi.

Setelahnya, Alif kembali ke sisi Hamzah yang tampak mengantuk. Tak lama, ada Ulya yang hadir di kafe karena Hamzah minta tolong Ulya untuk jaga kafe selagi mereka semua shalat Asar. Maklum, kafe masih banyak pelanggan. Ulya sih nurut aja karena memang SOP-nya kan begitu. Lagipula di toko sedang kosong pembeli.

Selesai shalat Asar, Ulya kembali pada pekerjaannya di bawah. Alif memerhatikan kepergian Ulya dengan penuh pertimbangan dalam hatinya.

Dia kasih tahu ke Hamzah ngga ya berita tentang Ulya mau dijodohin? Sebenernya ya bukan urusannya juga kan... Tapi berhubung Ulya ini pegawai di toko milik ibunya Hamzah, pasti pernikahan Ulya tuh berdampak dong ke pekerjaannya. Ya ngga sih? Ya kan? Ya dong?!

"Tadi ada berita penting apaan, Golip?" tanya Hamzah, menepak tangan Alif yang sedang berpikir.

Lagian Hamzah mah tega ya. Alif itu kan kurus kering, tangannya lagi berpegangan ke tepian meja, ditambah dia lagi bengong, mikir mateng-mateng, mau ghibahin Ulya atau ngga? Eh, ditepak. Ya oleng dong anak orang. Hampir aja dia kejungkal ke samping.

Hamzah tertawa. "Heh, sori, sori, wakwak," dibantunya Alif berdiri tegap. "Lo kenapa sik? Dari tadi ngga fokus dah gue perhatiin. Temennya Kak Alia curhat apaan, Malih?"

Bibir Alif bersungut-sungut tanpa suara. Kalau ngga inget si Hamzah ini abangnya Hanifa, dia ingin sekali mencak-mencak.

"AH! ELU MAH ZAH!" ocehnya.

"Sini, sini, mau minum apa, hah? Sini gue bikinin. Free dah buat elu," kata Hamzah. Dia beranjak dari singgasananya dan ke dapur, lalu kembali dengan segelas air putih. "Nih, minum air putih aja, sehat."

Wakwak, kurang asyem.

Alif auto inget ucapan Ulya tentang air putih sehat saat mereka bersama-sama pulang dari kondangan beberapa waktu lalu.

"Eh, Zah," kata Alif, mengurungkan niat meneguk air minum yang diambilkan untuknya. "Lu tahu ngga?"

"Apaan?" Hamzah mulai malas setiap kali siapa pun memulai bahasan dengan deretan kata begitu.

Ya maksudnya nih ya, siapa yang tahu apa yang dimaksudkan oleh si pembicara sih? Dipikir dia dukun, apa?!

"Tadi tuh ya, Zah, gue lihat di parkiran," kata Alif, sok misterius. Mata Hamzah menyipit.

"Lihat apaan? Setan? Lo lagi ngaca kali!"

"Si kamvret!" omel Alif. "Kalau ngaca mah gue lihat malaikat dong!"

"Malaikat Izrail?"

"ASTAGHFIRULLAAH ABANGNYA HANIFA MULUTNYAAA!"

Hamzah tertawa lagi. "Lagian apaan sik? Gadanta lu."

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang