95. Jadi Pagar

964 131 206
                                    

Serial The JAHat Stories – 95. Jadi Pagar

Penulis : Uniessy 

Dipublikasikan : 2020, 22 Juli

-::-

Pernikahan digelar pada hari Jumat, sejak pagi jam tujuh untuk akad, dan berlanjut ke resepsi yang direncanakan berlangsung dari jam sepuluh hingga jam satu siang.

Hamzah mematut dirinya di depan cermin. Mengembangkan senyum berwibawanya sembari bergerak ke kanan dan ke kiri. Akad baru usai diucapkan, makanya sekarang Hamzah didandani sebagaimana mestinya. Dia akan sibuk sekali siang ini.

"Ganteng ya gue, Zah?" tanya Alif begitu ikutan mematut diri di depan cermin.

"Nanya sekali lagi, gue lempar blangkon!" kata Johnny dari tempat duduknya. Tangannya memegang ponsel, sibuk mengecek notifikasi yang masuk.

"Nanti yang bener neh jadi pagar bagus!" pesan Hamzah pada dua sohibnya. Deg-degan juga dia, karena ini kali pertama mereka bertiga jadi pagar bagus.

Iya, jadi pagar bagus, bukan Hamzah yang nikah. Jiyaaah!

Hari ini adalah hari pernikahan dari Adit dan Emma. Adit adalah sepupu dari Benjamin. Dan Benjamin adalah Paman dari Hamzah, sebab Benjamin menikah dengan Nora yang adalah adik perempuan dari Kahfi (ayahnya Hamzah). Berhubung Adit adalah anak tunggal, jadi mau tidak mau Hamzah terseret dalam keribetan resepsi pernikahan ini. Dia didaulat menjadi man of honour atau kalau simpelnya ya tadi: Pagar Bagus.

Hamzah, Alif, Johnny, Jafar, Bilal, Umar, Uwais dan Zaid sih yang didaulat secara resmi. Mereka mengenakan pakaian seragam untuk menjadi Pagar Bagus. Sedangkan sebagai Pagar Ayu bertindak Hanifa, Hafiza, Nafisa, Uthi, Humaira, Khansa, Zahra... Dan seorang Ulya atas permintaan khusus dari Emma. Agaknya karena ini acara di Jakarta, jadi saudara-saudara Emma tidak turun tangan dalam acara, lebih baik menyerahkan kehendak acara kepada keluarga Adit saja.

Kalau Alif sih emang mau banget jadi pagar bagus, apalagi pas tahu Hanifa yang jadi pagar ayunya! Katanya, nanti mau colong-colong kesempatan ah, poto bareng Hanifa di pelaminan. Wakwakwak!

Halu aja dia sih.

Sementara Khalid dan Ali tidak ikutan karena selain seragamnya habis, mereka juga lebih pilih jadi tamu. Bisa makan bebas ke gubuk-gubuk makanan yang disediakan. Dasar bocah kelebihan hormon!

"Heh, udah diminta keluar neh," kata Johnny, bergegas bangkit dari duduknya. "Kuy."

Hamzah meraih ponsel dari atas meja dekat cermin. Alif juga langsung memastikan penampilannya oke sebelum beranjak dari sana.

Keluarga Adit tajirnya jangan ditanya. Kalau Jakarta dijual, mereka mau beli! Tapi nyicil! Yhaaa, maksudnya ngga sekaya itu sih. Tapi tajir lah, kalau dibandingin kamu.

Senyum Hamzah mengembang ketika di ruang utama pelaminannya menemukan sosok Uthi bersama yang lain juga sedang bersiap menunggu briefing. Hari masih jam sembilan lewat sepuluh. Masih banyak waktu sebelum tamu-tamu undangan berdatangan.

Pagar Ayu mengenakan seragam gamis warna hijau toska dengan model yang berbeda, dan khimar berwarna hijau pucat. Sementara pagar bagus mengenakan pakaian beskap dengan blangkon karena Adit berasal dari tanah Jawa. Keluarga Adit memang mantap dalam urusan fashion. Ngga heran, bisnisnya memang di bidang itu.

"Ya Allah, Hanifa cantik ngga ada obat!" puji Alif.

"Heh, mata lo dijaga, Golip!" omel Hamzah yang langsung istighfar. Lah kan tadi dia juga ngelihat Uthi dengan hati bahagia?!

"Tauk neh," kata Johnny. "Ngga ada akhlak emang."

"TEROS AJA, JOOON!" repet Alif pada Johnny. Abisnya, mau marah ke Hamzah, ngga berani...

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang