29. Ssst!

1.5K 207 175
                                    

Serial The JAHat Stories – 29. Ssst!

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 3 April

-::-

"Ngga, yang ini ditaruh di belakang aja, Ulya," kata Hanun dalam rangka membereskan display di toko pakaian yang ia punya. "Ini di depan. Bagus ya?"

Ulya mengangguk setuju. Baju yang ia pegang ini memang terlihat bagus, tapi lebih cocok dipakai ke pesta.

"Ini desainnya Hanifa," kata Hanun lagi. "Dia minat di bidang desain busana, tapi saya maunya dia belajar juga di manajemen. Tapi nanti gimana Hanifa aja deh. Kalau dia nyaman di desain busana, saya sekolahin di bagian itu aja."

"Berbakat ya, Bu. Udah cantik, pinter desain," kata Ulya. Baik juga, batinnya. Punya orangtua supportif, adek-adek lucu, abang-abang ganteng. Beruntung amat hidupnya.

"Kamu juga pinter jahit tuh," Hanun merujuk pada bros yang dipakai Ulya.

Jadi, Hanun berbaik hati memberikan sisa-sisa bahan konveksi untuk dibuat bros oleh Ulya. Hanun bahkan mengirimi video tutorial cara membuat bros yang lucu-lucu. Plus menyediakan alat jahitnya juga. Menurut Hanun, Ros dulu juga disupport begini, tapi Ros ngga betah. Mungkin beda single dengan yang single berbuntut ya. Ada waktu kosong enakan bengong kalau kata Ros.

"Ini juga ibu yang ajarin," Ulya cengengesan.

"Bisa aja ngerendahnya," kata Hanun dengan tawanya.

Hari ini Hanun mampir ke butik seorang diri. Zidan sedang di rumah neneknya, anak-anaknya yang lain sekolah. Si kembar dua pasang itu pulang sekolah juga akan ke rumah neneknya, dijemput oleh Faqih, keponakan Hanun; anak dari kakak perempuan Hanun.

Sebab punya waktu free, jadi Hanun berkesempatan untuk memantau bisnis yang dipercayakan padanya. Tadi sudah ke kafe terlebih dahulu, bersama Hamzah yang hari ini libur kuliah. Setelah makan siang di kafe, baru turun ke butik untuk memberikan sebungkus plastik berisi pakaian seragam untuk dikenakan Ulya sehari-hari, selama bekerja di sini.

Isinya tiga set gamis beserta kerudungnya. Untuk dipakai di hari Senin sampai Sabtu.

"Ya udah, nanti aja lanjut display-nya. Yang penting, yang tadi dipajang di depan," kata Hanun. "Sekarang, kamu coba dulu seragamnya. Saya pesan yang ukuran M buat kamu. Mestinya M ya Muat. Kalau L, Longgar," lanjutnya, kemudian tertawa.

"Kalau S?" tanya Ulya. Pake ditanggepin pula, duh.

"Sempit. Haha," kata Hanun, masih tertawa. Tangannya membuka satu bungkus, sedangkan Ulya membuka bungkus lainnya.

Satu gamis berwarna biru safir yang manis sekali, terhampar di atas meja tempat mereka berbicara sejak tadi.

"Bagus ya, warna ELF nih," kata Hanun, berdecak kagum melihat warna biru safir di tangannya.

Ulya yang tidak tahu ELF itu apa, ber-Woah ria melihat baju gamis berwarnadominasi krem dengan hiasan marun. Ada logo Ghazaala Store di bagian kantung gamisnya di sisi kanan.

Dan bungkusan terakhir dibuka, ada gamis warna kelabu dengan kerudung pink.

"Ini buat dipakai Senin dan Kamis," kata Hanun, merujuk pada satu set warna biru safir. "Ini untuk Selasa dan Jumat," ucapnya pada satu set krem dan marun, lalu beralih pada setelan terakhir, "yang ini Rabu dan Sabtu. Inget ngga?"

"Inget, Bu. InsyaaAllah," kata Ulya. Dalam hati senang sekali mendapati kenyataan dia dapat gamis tiga setel. Mana bahannya bagus. Kalau dijual, paling tidak ini harganya empat ratus ribu. "Ini kalau saya udah ngga kerja di sini, dibalikin ya, Bu?"

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang